Stella meraih ponselnya dan melihat panggilan dari Fano.Stella buru-buru menekan tombol jawab dan mendekatkan ponselnya ke telinganya."Halo, Kak Fano ...."Suara Fano yang hangat dan menyenangkan terdengar dari ujung telepon, "Ini aku!""Maaf mengganggu istirahatmu!" Stella menghela napas lega."Mana mungkin, aku sudah lama menunggu teleponmu."Stella terdiam sejenak, Fano sedang menunggu panggilannya? Dia langsung malu, Fano membantunya untuk memperkenalkan pekerjaan, tetapi Stella membuatnya menunggu telepon darinya, benar-benar tidak tahu terima kasih."Kak Fano, aku benar-benar minta maaf. Kemarin aku baru bisa memakai ponselku dan sesuatu terjadi hari ini, aku baru ingat lupa menghubungimu malam ini.""Nggak apa-apa, besok pagi kamu tunggu aku di depan apartemen, aku akan mengantarmu ke tempat wawancara.""Terlalu merepotkanmu, beri tahu aku alamatnya saja, aku akan pergi sendiri.""Nggak apa-apa, kebetulan aku searah, nggak perlu terlalu sungkan denganku."Mendengar ini, Stella
"Teman yang mana?" Billy bertanya setelahnya, nadanya masih halus.Stella mengerutkan kening, menatapnya dan berkata, "Seorang senior."Wajah Billy sedikit menegang dan dia melepaskan Stella.Stella mengambil kesempatan untuk menyelinap pergi dan kembali ke ruangannya.Namun, Fano tidak terlihat. Pada saat ini, pelayan mendorong pintu masuk."Apa dengan Nona Stella?""Ya, apa yang bisa kubantu?""Ini adalah hadiah dari Pak Fano."Stella melihat buket bunga yang dipegang di tangan pelayan dengan bingung. "Ini ....""Pak Fano meminta kami untuk membelikan buket bunga untukmu.""Di mana dia?""Pak Fano mengatakan ada urusan yang mendesak dan sudah membayar tagihannya untuk kamu nikmati."Dia terdiam sejenak sebelum menerima bunga itu."Terima kasih!""Selamat menikmati makanannya!" Pelayan itu membungkuk dan pergi.Stella memeluk bunga-bunga itu, hatinya terasa hangat.Dia menunduk dan mengendus, aroma samar dari bunga-bunga itu tercium sangat menyenangkan dan menyegarkan.Dia mengambil p
Keesokan harinya, Stella secara resmi memulai pekerjaannya.Setelah dia mendapatkan izin kerja, dia ditugaskan oleh Celine kepada Merry Ruana, kepala departemen bisnis.Setelah mengikutinya untuk membiasakan diri dengan lingkungan perusahaan, Merry secara acak mengatur meja di sudut untuknya.Karena Stella baru saja mulai bekerja, tidak banyak yang bisa dia lakukan.Jadi, Stella memahami informasi perusahaan terlebih dahulu.Saat waktu istirahat sore, Merry meminta Stella untuk membeli kopi dan teh susu untuk dibagikan kepada semua orang di kantor.Awalnya, Stella mengira itu adalah hadiah dari supervisor, jadi dia memberikan nota pembelian ke Merry untuk mengganti uangnya.Merry berkata dengan ekspresi jijik, "Stella, ini adalah hari pertamamu bekerja, jadi traktirlah minuman sore ini! Ini adalah caraku memberimu kesempatan untuk berhubungan baik dengan semua orang."Melihat Merry terang-terangan mengambil keuntungan dari dirinya sendiri, Stella tidak bisa menahannya."Bu Merry, tadi
Stella melihat melalui pintu kaca dan menyadari bahwa itu adalah Celine. Dia segera memukul pintu sekeras mungkin dan mengguncangnya."Buk, buk, buk."Celine yang hendak berbelok di tikungan, mendengar suara itu dan menoleh untuk melihatnya.Dia bertanya dengan bingung, "Bu Stella, kenapa kamu masih di sini?""Bu Celine, pintunya terkunci dari luar, aku nggak bisa keluar."Melihat ini, Celine menarik pintu kaca dan menemukan bahwa pintu itu benar-benar terkunci dan ketika dia membuka pintu, Stella menghela napas lega."Terima kasih Bu Celine.""Sudah semalam ini, kenapa kamu masih belum pulang?""Hari ini seseorang memberiku banyak dokumen dan menyuruhku menyusunnya untuk digunakan saat rapat besok. Aku takut nggak sempat, jadi aku berpikir untuk menyelesaikannya sebelum pulang. Siapa yang tahu waktu mau keluar, ternyata pintunya terkunci."Mendengar hal ini, Celine sedikit mengernyit. Memang ada beberapa dokumen yang perlu disortir untuk rapat besok, tetapi dia menyuruh sekretarisnya
Stella berkedip, "Oh, kalau gitu aku akan membersihkan kamar tidur utama?""Nggak, aku tidur di kamar tidur kedua.""Hah, terus aku tidur di mana?""Kamu tidur di sofa."Stella melihat Billy memasuki kamarnya sendiri.Mengingat Billy susah membantunya mengolesi obat, jadi Stella membiarkannya tidur di tempat tidur.Stella mandi cepat dan langsung berbaring di sofa untuk tidur....Pagi-pagi sekali, sinar matahari menembus tirai. Stella perlahan membuka matanya dengan sedikit bingung, menguap dan menyadari ada yang salah dengan pemandangan di depannya.Ingatannya perlahan-lahan muncul, bukannya kemarin Billy mau tidur di kamarnya dan dia tidur di sofa ruang tamu?Apa Billy menggendongnya di tengah jalan?Tampaknya pria ini masih punya sedikit perasaan.Stella menggosok matanya dan bangun. Melihat sarapan mewah di atas meja, dia berjalan mendekat dan duduk di sana.Di sebelahnya ada sebuah catatan, "Selesaikan sarapanmu. Sopir menunggu di bawah untuk mengantarmu ke tempat kerja."Stella
Meskipun Kei tersenyum, senyuman itu mengandung makna mengejek.Dia adalah sekretaris direktur dan sering menggertak pendatang baru dari departemen mana pun.Stella tersenyum ringan, "Terima kasih atas pujiannya."Tak lama kemudian, akhir pekan tiba.Stella akhirnya bisa beristirahat.Dia tidak diam di rumah atau bermain di luar, tetapi pergi ke rumah Keluarga Andara.Dia masih belum mengambil ponselnya. Meskipun dia sudah melaporkan kalau kartu ponsel dan kartu bank miliknya hilang dan menggantinya dengan KTP, dia tidak bisa mengeluarkan foto-foto itu.Sekarang Billy juga sudah menyelesaikan masalah Leo. Bahaya bagi Stella sudah hilang, makanya dia berani kembali untuk mencari ayahnya dan Dewi.Faktanya, saat Keluarga Nugroho mengetahui Leo menyinggung CEO Grup Hendrawan, mereka langsung menjual beberapa industri keluarga yang tersisa dan langsung melarikan diri ke luar negeri.Stella tiba di luar pintu rumah Keluarga Andara, Stella mengetuk beberapa kali dan pintu terbuka.Dewi tidak
"Besok ulang tahun Nenek, kamu mau pergi bersamaku nggak?"Stella terdiam sejenak, Billy tidak pernah berinisiatif untuk meminta pendapatnya sebelumnya.Mendengar Stella yang terdiam, Billy menambahkan, "Sebelumnya kesepakatan kita adalah untuk nggak mengungkapkan hubungan kita, tapi aku nggak mau Nenek kecewa karena nggak melihatmu di pesta ulang tahunnya. Aku bisa menambahkan satu miliar kalau kamu bersedia." Jarang sekali Billy mengucapkan kata-kata yang begitu panjang.Stella terdiam beberapa saat dan berkata, "Oke, aku bersedia, nggak perlu menambah uang lagi.""Bagus, kalau gitu aku akan menyuruh Nando mengirimkan pakaian nanti."Menutup telepon, Stella menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri sebelum memeriksa saldo di kartunya, di dalamnya hanya ada lebih dari enam juta.Dia sangat miskin!Kalau tahu begitu, Stella harusnya menerima satu miliar yang dikatakan Billy.Awalnya, Stella juga ingin membeli hadiah untuk Sandra. Namun, dengan uangnya, dia tidak mampu membeli sesu
Kesehatan Sandra tidak baik karena usianya yang sudah tua, jadi ulang tahunnya diadakan di dalam ruangan dan tidak terlalu terorganisir.Namun, saat ini tetap ada banyak mobil mewah di luar vila dan para tamu berbondong-bondong datang.Stella menggandeng lengan Billy dan mengikutinya ke dalam vila.Begitu Billy melangkah masuk dengan Stella, banyak mata menatap mereka penuh dengan penasaran.Billy tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah-olah semua tatapan itu tidak ada hubungannya dengannya.Billy membawa Stella ke kamar Sandra.Kamar Sandra terletak di lantai pertama dan pintu kayu berukir di sisi kiri tertutup rapat.Billy mendorong pintu dan berjalan masuk, didekorasi ruangan itu sederhana, tetapi mewah."Billy, Stella kalian sudah datang, cepat duduk." Sandra menyambut mereka dengan hangat.Billy membantu Stella untuk duduk dan mengangguk sedikit kepada Sandra."Nenek, semoga kamu berumur panjang!" ucap Stella dengan suara lembut sambil tersenyum tipis.Sandra tertawa terbahak-b