Share

Bab 51. Kemana Mereka?

Penulis: Gyara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Desya menoleh ke arah suara itu, hampir saja ia merespons dengan mengucapkan nama Dilan dan senyumnya yang tiba-tiba saja berubah saat melihat seseorang di belakangnya.

“Saya antar pulang ya,” ucap lelaki itu.

“Tidak perlu Pak, saya sudah pesan ojek.”

“Oh ya? Bisa di cancel saja,”

Desya menggelengkan kepalanya.

“Kasihan Pak, saya tahu bagaimana senangnya Driver ini saat mendapat orderan, dan saya tidak mau menghancurkannya dengan membatalkan pesanan saya,”

“Bijak sekali, oh ya kenapa Kakakmu tidak datang kesini?”

“Mas Dilan? Saya juga tidak tahu, oh ya itu ojek saya sudah datang, saya pulang dulu Pak permisi.“

Desya melambaikan tangan dan tersenyum sebelum kemudian ia pergi.

Di tengah perjalanan dengan guyuran hujan yang deras, Desya melamun menatap ke arah luar jendela mobil yang ditumpanginya itu. Ia begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada Dilan. Mengapa ia menghilang tak ada kabar?

(“Mas Dilan kenapa ya? Apakah dia marah denganku? Tapi aku tidak merasa berbuat kesalahan pada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 52. Sebuah Gift

    “Mas Dilan dimana Bu?” Desya mengulangi pertanyaannya. Dadanya mulai sesak melihat ekspresi wajah wanita itu. Bu Ratna begitu berat membuka mulutnya lagi. Ia hanya memandang Desya dalam kepanikan dan membuatnya bingung.“Desya, mari duduk.” Pak Rehan memanggil Desya yang masih berdiri menunggu jawaban Bu Ratna. Desya duduk diikuti Bu Ratna yang masih dengan wajah yang bimbang.“Sya, maaf kalau kita baru kasih tahu kamu sekarang. Alasan kami pergi hari ini karena hal yang tak di duga.”“Maksudnya apa Pak? Katakanlah,” Desya mulai susah mengatur nafasnya. Ia merasa kecemasan mulai menyerbunya. Membuat seluruh badannya dingin dan jari-jarinya kaku. Ia sangat takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Dilan.“Tenanglah Desya,” Bu Ratna mengelus pundak Desya menenangkan Desya yang tampak lemas dan pucat.“Mas Dilan baik-baik saja kan? Ayolah cepat katakan.”“Iya Sya, Dilan baik-baik saja. Kami baru saja mengantarnya ke Bandara.”Desya mematung. Nafasnya seolah berhenti. Ia tak bisa mencern

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 53. Terpesona

    “Cantik sekali,” gumam Desya seraya memandangi dirinya sendiri di depan kaca saat memakai gaun merah itu.“Tunggu sebentar, berarti Mas Dilan hendak memberikan gaun ini untuk seseorang yang akhirnya meninggal sebelum ia memberikannya. Kasihan sekali, pasti Mas Dilan sangat sedih. Dan wanita itu mungkin punya hubungan spesial dengan dirinya.”Desya tak henti-hentinya memuji gaun yang dipakainya. Sebuah gaun mewah namun terlihat anggun, berwarna merah marun dengan hiasan bunga mawar kecil di antara dada hingga membuat kesan sexy dan menawan. Cocok sekali dipakai oleh Desya yang berkulit putih langsat dan wajahnya yang manis.“Sudah pukul delapan, undangan di pukul sepuluh, belum macet di jalan.” dengan segera, Desya meraih sepatu berwarna silver dengan pernik glitter yang membuatnya semakin terlihat mewah. Ia keluar dari kamarnya kemudian berpamitan dengan Bu Ratna saja, Pak Rehan sepertinya tidak ada di rumah.“Bu, Desya berangkat dulu ya,” Bu Ratna tampak begitu kagum melihat Desya me

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 54. Di Pesta Pernikahan

    Dengan senyum yang menawan, ia menuju ke arah Desya yang juga terkejut melihatnya. Air mata Desya menggenang nyaris terjatuh ia tersenyum pada Dilan yang menghampirinya. Desya ingin menumpahkan tangisnya saat ini namun ia bingung dengan perasaannya yang sedih bercampur haru bahagia bahwa Dokter aneh itu kembali.Dilan pun tampak terpukau melihat kecantikan Desya memakai gaun yang dulunya akan ia berikan untuk seseorang yang sangat ia cintai.“Can i borrow your mic?” Dilan meminta Microfon yang Rangga pegang. Rangga dengan tatapan yang masih heran dan tak menyangka memberikan mic itu begitu saja.“Congratulation, Happy wedding for Mr. Rangga and Wife,” Dilan menatap santai Rangga yang hanya terdiam.“Perkenalkan semua, saya Dilan saya datang kesini bukan karena diundang, namun saya tidak bisa membiarkan wanita cantik bergaun merah ini pergi sendiri karena akan sangat berbahaya jika ia bertemu lelaki macam mantan suaminya yang kejam.” ungkap Dilan dengan senyum santainya melihat ke ara

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 55. A Kiss

    “Sya, bagaimana jika aku traktir kamu es krim di food street waktu itu?” Dilan mencoba mengalihkan perhatian Desya tentang rencananya pergi.“Boleh Mas,” Desya mengangguk semangat, ia masih tetap seperti seorang anak kecil meskipun statusnya itu janda.Tiba-tiba saja sebelum mereka hendak pergi, seorang lelaki datang menghampiri mereka. Tak asing rupanya, lelaki bertubuh tegap dan berwajah manis dengan kacamata itu ternyata adalah Agung.“Dokter Dilan, Desya, senang bertemu kalian disini.” ucapnya dengan senyum ramah seperti biasanya. Namun tak seperti biasa, justru Dilan tampak berubah wajahnya dan menjadi lebih dingin.“Pak Agung, senang bertemu anda disini.” ucap Dilan singkat.Agung meminta izin untuk duduk bersama mereka. Meskipun ia sudah merasakan ada yang berbeda dari Dilan terhadapnya.“Desya, ternyata acara kita di tempat yang sama ya, tahu seperti ini semalam kita rencanakan datang bersama,”Desya tersenyum namun matanya mengarah ke Dilan yang merasa kurang nyaman dengan p

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 56. Awal Kehancuran

    “Spesial? Tapi aku yakin kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku Mas, sayang sekali kau cukup berkualitas untuk diriku yang hanya seorang janda miskin yang tak punya apa-apa bahkan, aku juga tak tahu apakah aku bisa mendapatkan keturunan, kau tahu itu Mas?”Desya merendahkan dirinya di hadapan Dilan ia merasa seperti daun yang tertiup angin, tak berharga sedikitpun.“Aku tak peduli.” ungkap Dilan serius.Desya menatap wajah lelaki itu penuh haru dan rasa tak percaya. Sejujurnya ia juga sangat menyayangi Dilan namun ia merasa tak pantas ia merasa takut mengecewakan Dilan dan trauma di masalalunya masih ada di dalam hatinya.“Aku mencintaimu Desya, bukan masa lalumu, bukan fisikmu apalagi hartamu. Aku mencintai kamu apa adanya,” tegas DilanDesya menangis tak percaya, ia menumpahkan air matanya di pelukan Dilan. “Aku ingin mendengarnya darimu,” “Iya, Iya Mas, aku juga mencintaimu,” Desya menangis tersedu, namun Dilan tersenyum lega bahwa Desya memiliki perasaan yang sama dengann

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 57. Matahari Mulai Terbit

    Hari minggu yang berbeda dari biasanya. Rasanya hati Desya dan Dilan berbunga-bunga dan mekar sebelum matahari benar-benar menampakkan wajahnya secara keseluruhan. Mereka tak sabar untuk bertemu di teras rumah menyaksikan matahari terbit seraya menikmati teh hangat dan memandangi bebungaan tanaman Bu Ratna. “Kau sudah bangun Desya?” tanya Dilan yang sudah lebih dahulu duduk di kursi teras rumahnya. “Kau salah tempat Mas, rumah ini menghadap ke barat. Bagaimana kau bisa melihat matahari terbit dari arah sini?”“Oh ya? Aku hanya ingin melihat bunga-bunga itu mekar.”“Aku tahu Mas, kau sangat menyukai matahari tapi bagaimana kau bisa lupa bahwa cahaya itu akan terbit dari timur. Ikuti aku!” Desya menarik tangan Dilan kemudian berjalan menaiki tangga menuju ke lantai dua rumah itu. Membuka jendela-jendela dan pintu teras balkon lantai atas yang menghadap ke timur. “Aku tahu, aku dari kecil berada disini Desya, sudah ku bilang aku ingin melihat bunga mekar.”Dilan masih bersikeras bahwa

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 58. Kartu Kredit

    “Where are you? Kenapa kamu belum sampai disini? Aku sudah menunggumu di bandara sampai malam!”ucap wanita itu yang ternyata melakukan panggilan video dengan Dilan.“Aku masih dirumah. Kenapa ku menungguku?”“What? Kamu bilang akan sampai disini sore, jadi aku menunggu sampai malam, kau tak memberiku kabar lagi.”“Lebih baik kau beristirahat saja, tak usah menungguku.”Desya yang mendengar percakapan mereka tampak tak enak hati. Ia menjadi ragu, apakah wanita itu adalah Chika dan apakah Chika memang mempunyai hubungan dengan Dilan.“Chika! Stop doing stupid things Ok!”“Chi-ka?” Desya bergeming lirih, Bu Ratna dan Pak Rehan yang juga berada disitu hanya membisu dan berbicara dengan ekspresi yang benar-benar tak enak seperti Desya.“Please come back baby, aku Morning sickness, tidak mau makan. Anak ini sungguh menggangguku, aku tidak bisa bekerja. Aku butuh kamu,”“Apa?” Desya berdiri dan berlari pergi setelah mendengar ucapan Chika yang memberitahu tentang kehamilannya.Dilan hendak m

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 59. Jaminan

    “Bu, Rangga ingin meminjam sertifikat rumah ini.” ucap Rangga dengan nada sedikit bergetar. Sebenarnya ia sangat tidak enak hati kepada Ibunya karena ja sudah berjanji memberikan rumah itu untuk Ibunya.“Untuk apa?”Bu Ratih terkejut ketika Rangga ingin meminjam sertifikat rumah itu.“Sebenarnya, usaha Rangga sedang butuh dana banyak. Banyak investor yang kabur. Ibu harus tahu, sangat susah mendapatkan investor yang mau membantu Rangga dalam keadaan perusahaan yang terpuruk seperti ini. Dan kebetulan ada seorang yang mau membantu Rangga namun harus dengan jaminan besar, maka dari itu, Rangga ingin meminjam sertifikat ini. Boleh ya Bu?”“Tapi apakah kamu sudah yakin akan berhasil?”“Rangga sangat yakin Bu, karena ada sebuah proyek besar yang akan Rangga kerjakan dan prospeknya sangat bagus. Rangga harap dengan dana ini Rangga bisa membangkitkan kembali keuangan perusahaan yang terpuruk.”“Baiklah, Ibu ambil dulu.” Bu Ratih beranjak kemudian ia pergi untuk mengambil berkas itu.Bu Ratih

Bab terbaru

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 68. Melamar Desya

    Desya terpaku tak percaya lelaki yang ada di hadapannya adalah Dilan. Ia segera menjauhkan duduknya dan tampak sungkan pada lelaki itu.“Terima kasih cappuccino nya,” ucap Dilan Desya mengangguk lirih, ia bahkan tak bisa menoleh untuk melihat Dilan.“Kau kenapa Desya?” Dilan menaruh Cappuccinonya.Desya hanya terdiam.“Sya,” panggilnya lagi. Kali ini tangannya menyentuh tangan Desya yang dingin karena gugup.“Aku tidak apa-apa.” ucap Desya cepat.“Lalu kenapa kau pergi?”“Aku hanya tak ingin merepotkan kalian, kalian sudah terlalu baik.”“Tidak, kau pasti punya alasan lain.”Desya terdiam lagi, memang ia memiliki alasan lain yaitu kepercayaannya terhadap Dilan yang rusak hingga selalu menerka-nerka apa yang terjadi.Desya menarik tangannya yang mulai hangat dari Dilan.“Aku harus pergi,” Desya berdiri namun Dilan menarik lengannya.“Tunggu! Kau harus bilang kau ini kenapa ? Dan dimana tempat tinggalmu sekarang biar saya antar.”“Sudah aku bilang aku tak mau merepotkan kalian lagi. Men

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 67. Pencarian

    “Desya?” Dilan turun dari mobilnya kemudian berjalan menuju ke lobi Apotek.Dilan mencoba untuk tidak melepas pandangannya dari wanita itu. Namun setelah ia semakin dekat, justru Dilan sudah tak melihatnya lagi. Dilan terus masuk menerobos beberapa karyawan yang lewat diantaranya. Namun ia tak menemukan Desya. Ataukah Dilan salah lihat? Entahlah,Dilan juga tak menemukan Agung disana, ia bertanya pada seseorang yang hendak keluar.“Mas, Pak Agungnya ada?”“Oh Pak Agung sudah pulang dari siang Pak,”“Begitu ya? Dia pulang sendiri atau dengan siapa?”“Wah kalau itu saya kurang tahu Pak,”“Oh ya kalau Bu Desya ada?”Lelaki itu celingukan mencari dimana Desya.“Biasanya Bu Desya pulang bareng kita sih, tapi dari tadi saya juga tidak melihatnya.”“Ya sudah Mas. Makasih ya,”Dilan menghela nafasnya, ia kembali ke mobilnya. Rasanya hampir putus asa ia mencari Desya. Ia menyalakan mesin mobil dan kemudian pergi. Di sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan Desya. Bahkan sampai sekarang nom

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 66. Kepergian Desya

    “Sya, Desya…..” teriak Bu Ratna sembari berlarian kesana kemari, menyusuri setiap sudut rumah mencari Desya.“Bu, Ada apa?” tanya Pak Rehan.“Desya tidak ada di rumah Pak,” Bu Ratna panik.“Apa? Ibu sudah cari di luar? Di lantai atas?”“Sudah Pak, tapi tidak ada. Tunggu,”Bu Ratna kembali ke kamar Desya ia membuka lemari pakaian Desya sudah kosong, ia menunduk dan terduduk lemas di ranjang. Pan Rehan ikut masuk ke dalam kamar itu. “Bu?” ucapnya lalu memungut secarik kertas yang tergeletak di atas meja.Pak Rehan, Bu Ratna…..Maaf Desya tidak berbicara terlebih dahulu jika Desya akan pergi. Desya tidak ingin kalian menahan Desya.Tapi Desya janji, suatu saat Desya pasti akan kembali jika semua kebenaran itu sudah terungkap.Yang terpenting adalah sekarang kalian baik-baik saja, Desya sangat berterima kasih atas semua bantuan dan kebaikan-kebaikan kalian yang sangat berarti bagi Desya.Desya hanya pergi untuk mencari kebahagiaan Desya sendiri, tanpa harus merepotkan kalian terus menerus

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 65. Pergi

    “Mas Dilan, bagaimana kabarmu?” Wajah Desya menahan cemburu yang berkecamuk. Wanita itu, wanita hamil yang sedang bersama calon suaminya. Panggilan video itu tiba-tiba dimatiin oleh Desya seketika setelah Desya melihat ada Chika disana bersama Dilan.Dilan mencoba menelpon Desya berkali-kali namun Desya terlanjur kecewa. Entah semuanya benar atau tidak. Tapi kehadiran sosok Chika membuat Desya tak nyaman dan ingin bertengkar. “Sya, kamu kenapa?” terdengar suara Bu Ratna dari belakangnya. Membelai rambut panjang Desya dengan lembut. Desya yang menyadarinya langsung memeluknya erat menumpahkan air mata dan rasa sesaknya.“Bu…”Mata Desya berkaca, Bu Ratna tampak bingung, namun perlahan Bu Ratna mencoba mengetahui apa yang membuat Desya menjadi sesedih itu.“Ceritakan pada Ibu,”Desya mengusap air matanya, ia menghela nafas dan mencoba menenangkan pikirannya.“Bu, Desya mau tanya. Ibu percaya dengan Mas Dilan?”“Maksud kamu apa Sya?”Desya terdiam sejenak, ia merasa ragu bercerita dan

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 64. Spy

    “Rio?” Agung bergumam kecil, Desya merasa ia juga mengenali wajah itu. Lelaki yang pernah memperhatikannya di Caffe sebelah apotek. Desya dan Agung saling melempar tatapan heran bercampur penasaran. Apakah lelaki itu adalah orang yang sama dengan apa yang mereka pikirkan?Terlihat mereka telah selesai melepas rindu, Rio duduk di kurai pengemudi lalu dadar bahwa kaca mobil belum ia tutup. Kemudian ia sesegera mungkin menutupnya dan pergi melesat jauh dari tempat itu. Tak mau tinggal diam, Agung mengikutinya dari belakang. “Pak, untuk apa mengikuti mereka?” “Saya tahu lelaki itu, dia seperti …”“Rio?” timpa Desya,“Kamu juga mengenal Rio?”Desya mengangguk cepat, ia menceritakan kejadian saat tengah makan di Kafe bahwa lelaki itu terus memperhatikannya dan saat itu ia sedang melakukan panggilan video dengan Dilan yang akhirnya Dilan memberitahu Desya untuk segera menjauh dari Rio.“Betul, saya yakin dia itu Rio saya tak salah lihat.”Desya mulai berpikir keras, kenapa istri mantan sua

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 63. Lelaki Misterius

    “Dilan?” Agung terlihat bingung dengan tatapan Desya padanya namun memanggilnya dengan nama Dilan.“Oh, maaf.” Desya tersadar dari lamunannya, ia begitu merindukan sosok Dilan hingga ia lupa dengan siapa ia di taman itu sekarang.“Kau merindukan Dilan ya?” Agung melempar pandangannya ke arah sungai.Desya hanya tersenyum, ia bercerita pada Agung bagaimana Dilan selalu menurutinya untuk berkunjung ke tempat itu. Desya terus saja tersenyum jika mengingat tingkah konyol Dilan padanya.“Tapi Desya, ada sesuatu yang ingin ku katakan.”Desya tiba-tiba serius, ia menatap Agung penasaran. Apa gerangan yang akan Agung katakan padanya.“Apa itu Pak?”Bibir Agung bergetar, ia tak kuasa membuka mulutnya karena yang akan ia lontarkan mungkin saja akan menyakiti Desya.“Sebenarnya….”Desya meyakinkan Agung untuk mengatakannya dengan menatapnya lebih dalam dari sebelumnya.Agung terlihat gugup, sepertinya ia tak sanggup mengatakan ham itu pada Desya.“Sebenarnya saya ingin bertanya siapa lelaki baru

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 62. Mengejar Desya

    “Saya beri kamu waktu 7x24 jam untuk memikirkannya,” Agung berdiri kemudian beranjak pergi dari ruangannya.Desya bingung, ia bahkan tak memiliki modal yang besar. Keinginannya untuk terus berbisnis semakin tinggi. “Mungkin aku harus beritahu Mas Dilan,” Desya bergumam, ia mencoba mengetik pesan untuk calon suaminya yang masih berada di Liar Negeri.“Semoga Mas Dilan mendukungku, aku tahu ia sering cemburu dengan Pak Agung. Namun ini menyangkut cita-cita dan masa depanku.” Desya meminum segelas air putih yang ada di mejanya. Ia merasa lebih tertantang dan lebih semangat. Ia sangat mau mengiyakan tawaran Agung namun yang ia khawatirkan ia tak bisa menjaga amanah yang Agung titipkan yang berupa investasi itu.“Tapi aku harus yakin dan optimis, aku pasti akan berhasil dan membungkam mulut mereka yang sudah membuatku menderita bahkan selalu mengejekku! Terima kasih Rangga, Irma, kalian berdua membuatku lebih semangat untuk sukses kembali.”Tak lama, Dilan menelponnya. Menanyakan tentang

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 61. Tapi Bukan Tentang Mendaki

    “Habiskan makananmu lalu kembali ke tempatmu sekarang,”Desya mengernyitkan dahinya, ia tak tahu maksud Dilan yang tiba-tiba saja menyuruhnya untuk pergi.“Kenapa Mas?”“Nanti saya ceritakan,”Desya membayar makanan di kasir ia berjalan melewati seorang lelaki yang selalu saja menatapnya penuh nafsu itu. Desya juga merasa aneh dan risih. Ia mempercepat langkahnya kemudian sampai di ruangannya dengan nafas yang memburu.“Desya, kau sudah sampai di ruanganmu?”Dilan masih melakukan panggilan video dengan Desya. Desya tersenyum, ia melihat raut wajah tak biasa dari Dilan.“Kau kenapa Mas?” tanya Desya.“Kenapa kau tertawa? Dengar saya, lelaki itu pacarnya Chika.”Desya membulatkan matanya seolah tak percaya namun memang kelihatannya lelaki itu cukup nakal.“Kau serius?”“Apakah aku terlihat seperti pelawak?”“Iya Mas, aku percaya. Kenapa kau jadi sensi seperti ini?”“Pasalnya kau harus menghindarinya Desya, kau bisa saja terancam karena lelaki itu seperti predator.”“Betul Mas, barusan

  • Sahabatku Perebut Suamiku   Bab 60. Meeting

    “Sudah datang Bu, Pak Reymond dan beberap stafnya sudah memasuki ruangan meeting.”“Apa? Astaga! Bagaimana ini? Pak Agung hari ini libur. Tolong bilang ke mereka ya rescedule besok saja.”“Baik Bu,”Lelaki itu pergi untuk menemui Pak Reymond di ruang meeting. Desya nampak gelisah, ia berharap Pak Reymond mau bernegosiasi untuk menjadwalkan ulang pertemuan mereka dengan Pak Agung. Pria itu datang kembali, kini wajahnya nampak sangat tegang. Sepertinya habis dimarahi oleh Reymond.“Maaf Bu Desya, saya sudah coba bujuk Pak Reymond agar dia bisa datang lagi besok tapi mereka tidak mau. Mereka harus meeting sekarang, bagaimana ini Bu?”Desya mematung, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia terdiam tiba-tiba teringat kala dia menjadi seorang CEO di perusahaannya dahulu. Semua tipe klien dia hadapi dengan mudah dan selalu goal.“Oke, tolong susul saya ke ruang meeting ya. Bawa semua berkas yang sudah saya siapkan di meja kerja saya, saya akan bawa laptop ini. Terima kasih,”ucap Desya pad

DMCA.com Protection Status