Share

Bab 3

Penulis: Iffat Naura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 18:43:37
Dengan mata berkaca-kaca, Lina berlari ke arahku dan berusaha memukulku.

Aku menghindar dan seketika kemarahan yang terkumpul selama dua kehidupan ini meledak, “Kamu bilang kamu yang menulis novel ini, mana buktinya?”

Aku membuka laptopku dan melanjutkan, “Ini adalah gagasan yang aku buat dua tahun lalu saat mulai menulis novel. Ada karakter dan alur ceritanya, waktu pembuatan file juga jelas. Ini … “

Plak!

Stefi mendekat dan langsung menamparku dengan keras.

“Laptop ini milik kakakmu, jadi semua tulisan itu tentu saja hasil kerja kerasnya, apa hubungannya denganmu?”

Aku terbengong akibat tamparan itu dan menahan amarah, menjawab, “Aku punya bukti di ponselku tentang pembelian laptop ini, bisa membuktikan bahwa laptop ini milikku!”

Lina membelalakkan matanya seolah tidak percaya dan berkata, “Ternyata kamu sudah merencanakan untuk mencuri ide-ide cemerlangku saat memberikan laptop ini padaku sebagai hadiah ulang tahun?”

“Dia itu kakak kandungmu! Bisa-bisanya kamu merencanakan untuk menjatuhkannya! Aku akan menghajarmu, dasar anak durhaka!”

Stefi dengan marah menyerangku, seolah-olah aku benar-benar melakukan hal itu.

Bahkan Chris, tunanganku datang dan dengan kesal menasihatiku,

“Jeni, kamu yang mencuri karya Lina, bisa-bisanya masih mengelak? Akui saja, aku tetap akan menikahimu sesuai janji!”

Seisi ruangan mengarahkan ponsel mereka ke arahku.

Tidak ada yang percaya bahwa keluarga dan tunanganku sedang menuduhku.

“Cepat minta maaf!”

“Dasar pencuri, cepat minta maaf!”

Sorakan itu mengalir deras dan semua ditujukan untukku.

Alfred melihatku dengan penuh simpati dan berteriak, “Semua orang diam! Sebagai editor, aku akan memberikan keadilan hari ini!”

Dia menatapku dan memperingatkan,

“Jeni, kita ini keluarga, Lina juga nggak akan melapor polisi. Cepat minta maaf di depan para penggemar dan akui pada mereka bahwa Lina adalah penulisnya! Jangan keterlaluan!”

Aku sangat muak dengan kepalsuannya. Saat aku ingin melawan, ada orang yang lebih dulu berbicara,

“Aku melihat Jeni yang menulis karya luar biasa ini sendiri. Kenapa tiba-tiba menuduhnya mencuri karya kakaknya?”

Seorang kakek berpakaian kuno dengan berwibawa muncul di sampingku, membuat suasana menjadi ramai.

Dia adalah Kakek Sugi, pemenang penghargaan Nobel Sastra, sekaligus sahabatku yang jauh lebih tua. Beliau memiliki reputasi di dunia sastra internasional.

Melihatnya, mataku langsung berkaca-kaca dan berkata, “Terima kasih Kakek Sugi mau datang membantuku.”

“Aku bukan membantumu, aku mendukung kebenaran! Tenang saja, dengan aku di sini, nggak ada yang bisa mencemari namamu!”

Kakek Sugi menepuk bahuku dengan penuh kasih.

Orang-orang di sekitar langsung percaya pada kata-katanya dan mulai mengecam keluarga dan tunaganku.

“Bisa-bisanya mereka menuduh adiknya sendiri?”

“Nggak tahu malu!”

“Memalukan!”

Wajah Alfred langsung memucat dan berkata, “Kakek Sugi … “

Baru saja dia ingin berbicara, langsung dipotong oleh Kakek Sugi dengan jijik, “Kamu membalikkan fakta dan menuduh penulis baru yang berbakat, masih berani kamu menjadi editor? Orang sepertimu nggak perlu lagi terjun di dunia sastra!”

Alfred sangat marah, menangis dan berkata, “Kakek Sugi, meskipun kamu adalah tokoh terkenal dalam dunia sastra, kamu juga nggak seharusnya mencampuri urusan keluarga orang lain!”

Kakek Sugi tidak terpengaruh sama sekali dan membalas, “Berani-beraninya rakyat jelata sepertimu mengancamku? Dengan kepalsuan dan sikap licikmu ini, kamu bahkan nggak sanggup menulis karya sebesar ini!”

Chris dan keluargaku ingin membela Alfred yang sedang dimarahi.

Kakek Sugi hanya melirik mereka dan melanjutkan, “Siapa kalian? Apa kalian pantas membuang-buang waktuku? Aku sudah melaporkan kasus ini ke polisi, kalau ada yang ingin kalian katakan, sampaikan saja kepada polisi!”

Polisi datang dan langsung membawa mereka semua ke kantor polisi.

Karena mencemarkan nama baik dan telah memukulku, Stefi dan Lina, serta Alfred akan ditahan selama dua puluh hari dan dikenakan denda dua juta per orang.

Setelah keluar dari kantor polisi, Chris langsung mengomel kepadaku dengan suara keras.

“Kesehatan kakakmu memang lemah, kalau terjadi sesuatu padanya selama penahanan, siapa yang bertanggung jawab? Kamu … “

Slap!

Aku menyiram air mineral yang ada di tanganku ke wajahnya, bahkan botolnya juga kulemparkan ke kepalanya, tetap saja amarahku tidak mereda.

Di kehidupan sebelumnya, dia memaksaku untuk bercerai dengan menyuruh sekelompok preman untuk melecehkanku.

Aku bahkan belum sempat menuntutnya, dia malah datang menyerangku.

Dengan malang, Chris menyeka wajahnya yang basah. “Kamu sudah gila?”

Aku menggertaknya, “Hanya disiram air saja, kamu sudah nggak tahan? Bagaimana kalau kamu dipukul dan dimaki? Ohya dan disuruh mendonorkan darah setiap beberapa hari? Mungkin kamu akan langsung membunuh orangnya! Aku paling benci dengan orang sepertimu yang hanya bisa menyalahkan orang lain!”

“Jeni!”

“Nggak perlu teriak sekencang itu, aku nggak tuli!”

Chris menarik napas dalam-dalam dan berusaha menahan emosinya.

“Keluargamu hanya melakukan kesalahan kecil yang nggak begitu penting, kamu nggak perlu begitu mempermasalahkannya. Aku nggak mau punya istri yang selalu mempermasalahkan hal sepele. Sekarang, pergi juga ke kantor polisi dan katakan bahwa kamu bersedia berdamai. Dengan begitu, pernikahan kita masih bisa berlangsung sesuai rencana.”

“Nggak perlu, kita putus saja! Kamu nggak pantas untukku!”
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Afiati Sobariah
keren jeni
goodnovel comment avatar
NUR AQILAH SYAZANI BINTI MOHD RUHAIZAD Moe
cerita ini bagus untuk dibaca dan alur ceritanya juga bisa tahan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 4

    Ibu dan kakakku menggunakan hubungan keluarga untuk mengikatku.Chris menggunakan cinta untuk memaksaku.Kebaikanku pada mereka malah berubah menjadi pisau tajam yang menusukku.Aku sudah tidak memiliki perasaan sedikitpun padanya, hanya tersisa perasaan jijik dan muak.Chris masih ingin mengejarku, tetapi aku langsung naik mobil.Melihat keadaanku, Kakek Sugi khawatir dan mengajakku tinggal di rumahnya.Kakek dan nenek sangat baik padaku. Anak mereka adalah sutradara terkenal, sementara menantunya adalah seorang aktris papan atas. Keduanya adalah penggemar berat novelku. Mereka sudah membeli hak cipta untuk adaptasi film novelnya dan terus mendesakku ikut menjadi penulis skenario.Saat keluargaku keluar dari penjara, aku sedang bersiap pergi memancing bersama Kakek Sugi.Stefi dan Alfred menghadangku di depan pintu.Sebagai orang yang selalu peduli dengan reputasi, penahanan kali ini membuat Stefi hampir gila. Begitu melihatku, dia langsung mau memukulku.Namun aku mendorongnya jatuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 5

    Orang tua biasanya suka ketenangan, jadi aku pun tidak ingin mengganggu kakek dan nenek.Meski enggan, akhirnya aku tetap pergi menemui Alfred.Saat melihatku, tak ada lagi kebencian dan keraguan di tatapan matanya, melainkan rasa bersalah dan penyesalan.“Jeni, maafkan aku, aku sudah tahu salah.”“Aku bukan sengaja, aku … aku hanya tertipu oleh Lina dan Stefi, makanya jadi seperti itu. Aku sudah mengusir mereka dari rumah. Mulai sekarang, apapun yang terjadi, aku akan sepenuhnya ada di pihakmu!”Alfred mengeluarkan beberapa buku dan menyodorkannya padaku dengan senyuman merayu.“Jeni, ini buku dari beberapa penulis kesukaanmu. Aku sudah mencarinya dengan harga mahal untuk edisi khusus, aku juga meminta tanda tangan pribadi dari penulisnya untukmu.”Aku mendorong buku-buku itu kembali padanya dan menjawab, “Ini hadiah ulang tahun yang kuminta darimu lima tahun lalu, aku sudah nggak suka lagi sekarang.”Dulu, dia rela menghabiskan gaji setahunnya untuk membeli jam tangan mewah untuk Lin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 6

    Setiap kali aku melontarkan pertanyaan tajam, Stefi mundur selangkah demi selangkah dalam kondisi memalukan, hingga akhirnya jatuh terduduk sambil menangis tersedu-sedu.Aku tak menopangnya, apalagi mencoba menghiburnya. Hanya menatapnya dari atas.“Bagaimana caramu menebus semua ini? Dengan menampar dirimu sendiri? Menyedot darahmu sendiri? Atau menyiksa diri setiap hari?”Tatapan Stefi berkedip, tak tahu harus menjawab apa, hanya terus menangis sambil mengulang-ulang, “Jeni, maafkan ibu … “Namun, aku tak butuh kata maafnya, aku hanya ingin dia benar-benar mendapat karma atas kesalahannya.Aku malas meladeninya dan berjalan kembali ke rumah Kakek Sugi.Setelah Alfred dan Stefi, kali ini giliran Chris yang meneleponku. Kupikir dia juga mau meminta maaf.Memang sudah sepantasnya dia meminta maaf.Aku mengangkat teleponnya, tapi yang kudengar justru suara Chris dengan nada marah.“Kamu yang menyuruh kakakmu mengusir Lina dari keluargamu? Kamu juga menyuruh ibumu memutus hubungan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 7

    Mereka yang biasanya sangat akrab kini justru berdiri terpisah dan bertengkar.Alfred berkata, “Jeni itu anak kandungmu, bisa-bisanya kamu membantu anak haram itu memalsukan hasil medis dan menindas Jeni bertahun-tahun. Kamu nggak pantas menjadi seorang ibu!”Stefi menjawab, “Aku bahkan nggak tahu kalau Lina itu anak haram. Aku membelanya karena mengira dia anakku sendiri. Lalu bagaimana dengan dirimu yang selalu memihak anak haram itu? Padahal jelas-jelas Jeni adalah adik kandungmu. Kamu juga terlalu bodoh untuk menjadi seorang kakak!”Aku langsung merasa kesal begitu melihat mereka berdua. Aku berniat untuk langsung menutup pintu.Namun, Alfred dengan sigap menahan pintu dan melangkah masuk. Stefi yang takut ditinggal di luar, juga buru-buru melangkah masuk.Hatiku terasa kacau begitu melihat mereka dan tanpa sadar, aku mengernyitkan kening.“Kamu nggak mau melihat mereka?” ujar Samuel yang berjalan mendekatiku.Tubuhnya tinggi dan memiliki aura intimidasi yang kuat, membuatku tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 8

    Berita tentang Chris yang masih berusaha mengejarku entah dari mana terdengar oleh Kakek Sugi.Mereka sekeluarga khawatir dan meminta Samuel untuk pindah ke rumah di seberang rumahku keesokan harinya.Aku merasa agak merepotkannya dan tidak tahu bagaimana cara berterima kasih padanya.Dia mengusulkan, “Kakek sering memuji masakanmu, aku juga mau mencobanya.”“Baiklah, mulai sekarang kamu nggak perlu masak lagi. Selama aku di rumah, kamu bisa datang dan makan di rumahku.”“Kalau begitu, aku nggak akan sungkan.”Hanya saja hari ini aku harus bertemu dengan Alfred, jadi aku tidak sempat masak makan siang.Mendengar hal ini, Samuel langsung menemaniku pergi ke rumah keluargaku. Namun, dia tetap menjaga batasan diri dan hanya menunggu di mobil. Lalu menyuruhku untuk teriak saja kalau ada masalah.Di rumah, Alfred langsung menyerahkan bagian warisan dan kompensasi yang kuminta. Dia mengira aku akan berbaikan dengannya begitu menerimanya. Jadi, dengan berhati-hati, dia mengusulkan, “Jeni,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 1

    “Hanya mengambil 400 ml darahmu saja, kenapa nggak mau? Jeni, kamu psikopat? Kamu puas melihatku menderita?”Begitu membuka mata, aku melihat kakak perempuanku, Lina sedang menangis dan menuduhku.Alfred, kakak laki-lakiku datang dan langsung menendangku, dia memarahiku, “Jeni, dia itu kakakmu! Dia hanya butuh sedikit darahmu saja untuk bertahan hidup. Kenapa kamu bahkan nggak mau memenuhi permintaan kecilnya?”Setiap beberapa hari sekali, aku harus mendonorkan darah untuk Lina dan tubuhnya selalu dalam keadaan tidak sehat.Tendangan itu langsung membuatku terjatuh, tubuhku bergetar kesakitan dan berusaha bangkit beberapa kali, tetapi tidak bisa.Alfred menjambak rambutku dan mengangkatku, lalu melanjutkan, “Jangan berpura-pura! Aku tahu kamu baik-baik saja! Cepat berdiri dan pergi ke rumah sakit untuk transfusi darah untuk Lina!”Rambutku dijambak, rasa sakitnya membuat air mata mengalir.Aku mendorongnya dan melawan, “Kamu pergi saja sendiri kalau begitu murah hati! Aku nggak mau!”L

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 2

    Aku tak ingin tinggal di rumah dan terus disiksa, jadi aku berusaha bangkit dan pergi.Lina hampir putus asa dan berkata, “Jeni nggak mau mendonorkan darah kali ini? Dia nggak akan mau memberiku tranfusi darah lagi? Dia mencuri kesehatanku, mencuri orang yang kusuka, apakah dia juga mau mencuri nyawaku?”Stefi marah dan mengejarku, lalu menarikku dengan paksa.“Jeni, kamu dilahirkan untuk menyelamatkan kakakmu! Nggak peduli kamu mau atau nggak, kamu harus mendonorkan darah untuk kakakmu hari ini!”Aku menolak, kemudian Stefi mengambil obat penenang dan ingin menyuntikku.Kapan pun dan di mana pun, dia akan selalu membela Lina.Alfred mengenyit melihatnya, ada rasa kasihan dan ketidaksetujuan di wajahnya, tetapi dia tetap membantu menahanku.“Lepaskan! Kalau kalian berani menyentuhku hari ini, aku akan memasukkan kalian ke penjara!”Aku berjuang sekuat tenaga, tetapi tidak bisa melepaskan diri. Keputusasaan dan kemarahan memenuhi dadaku, hampir membuatku hancur.Saat jarum suntuk hampir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 8

    Berita tentang Chris yang masih berusaha mengejarku entah dari mana terdengar oleh Kakek Sugi.Mereka sekeluarga khawatir dan meminta Samuel untuk pindah ke rumah di seberang rumahku keesokan harinya.Aku merasa agak merepotkannya dan tidak tahu bagaimana cara berterima kasih padanya.Dia mengusulkan, “Kakek sering memuji masakanmu, aku juga mau mencobanya.”“Baiklah, mulai sekarang kamu nggak perlu masak lagi. Selama aku di rumah, kamu bisa datang dan makan di rumahku.”“Kalau begitu, aku nggak akan sungkan.”Hanya saja hari ini aku harus bertemu dengan Alfred, jadi aku tidak sempat masak makan siang.Mendengar hal ini, Samuel langsung menemaniku pergi ke rumah keluargaku. Namun, dia tetap menjaga batasan diri dan hanya menunggu di mobil. Lalu menyuruhku untuk teriak saja kalau ada masalah.Di rumah, Alfred langsung menyerahkan bagian warisan dan kompensasi yang kuminta. Dia mengira aku akan berbaikan dengannya begitu menerimanya. Jadi, dengan berhati-hati, dia mengusulkan, “Jeni,

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 7

    Mereka yang biasanya sangat akrab kini justru berdiri terpisah dan bertengkar.Alfred berkata, “Jeni itu anak kandungmu, bisa-bisanya kamu membantu anak haram itu memalsukan hasil medis dan menindas Jeni bertahun-tahun. Kamu nggak pantas menjadi seorang ibu!”Stefi menjawab, “Aku bahkan nggak tahu kalau Lina itu anak haram. Aku membelanya karena mengira dia anakku sendiri. Lalu bagaimana dengan dirimu yang selalu memihak anak haram itu? Padahal jelas-jelas Jeni adalah adik kandungmu. Kamu juga terlalu bodoh untuk menjadi seorang kakak!”Aku langsung merasa kesal begitu melihat mereka berdua. Aku berniat untuk langsung menutup pintu.Namun, Alfred dengan sigap menahan pintu dan melangkah masuk. Stefi yang takut ditinggal di luar, juga buru-buru melangkah masuk.Hatiku terasa kacau begitu melihat mereka dan tanpa sadar, aku mengernyitkan kening.“Kamu nggak mau melihat mereka?” ujar Samuel yang berjalan mendekatiku.Tubuhnya tinggi dan memiliki aura intimidasi yang kuat, membuatku tanpa

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 6

    Setiap kali aku melontarkan pertanyaan tajam, Stefi mundur selangkah demi selangkah dalam kondisi memalukan, hingga akhirnya jatuh terduduk sambil menangis tersedu-sedu.Aku tak menopangnya, apalagi mencoba menghiburnya. Hanya menatapnya dari atas.“Bagaimana caramu menebus semua ini? Dengan menampar dirimu sendiri? Menyedot darahmu sendiri? Atau menyiksa diri setiap hari?”Tatapan Stefi berkedip, tak tahu harus menjawab apa, hanya terus menangis sambil mengulang-ulang, “Jeni, maafkan ibu … “Namun, aku tak butuh kata maafnya, aku hanya ingin dia benar-benar mendapat karma atas kesalahannya.Aku malas meladeninya dan berjalan kembali ke rumah Kakek Sugi.Setelah Alfred dan Stefi, kali ini giliran Chris yang meneleponku. Kupikir dia juga mau meminta maaf.Memang sudah sepantasnya dia meminta maaf.Aku mengangkat teleponnya, tapi yang kudengar justru suara Chris dengan nada marah.“Kamu yang menyuruh kakakmu mengusir Lina dari keluargamu? Kamu juga menyuruh ibumu memutus hubungan dengan

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 5

    Orang tua biasanya suka ketenangan, jadi aku pun tidak ingin mengganggu kakek dan nenek.Meski enggan, akhirnya aku tetap pergi menemui Alfred.Saat melihatku, tak ada lagi kebencian dan keraguan di tatapan matanya, melainkan rasa bersalah dan penyesalan.“Jeni, maafkan aku, aku sudah tahu salah.”“Aku bukan sengaja, aku … aku hanya tertipu oleh Lina dan Stefi, makanya jadi seperti itu. Aku sudah mengusir mereka dari rumah. Mulai sekarang, apapun yang terjadi, aku akan sepenuhnya ada di pihakmu!”Alfred mengeluarkan beberapa buku dan menyodorkannya padaku dengan senyuman merayu.“Jeni, ini buku dari beberapa penulis kesukaanmu. Aku sudah mencarinya dengan harga mahal untuk edisi khusus, aku juga meminta tanda tangan pribadi dari penulisnya untukmu.”Aku mendorong buku-buku itu kembali padanya dan menjawab, “Ini hadiah ulang tahun yang kuminta darimu lima tahun lalu, aku sudah nggak suka lagi sekarang.”Dulu, dia rela menghabiskan gaji setahunnya untuk membeli jam tangan mewah untuk Lin

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 4

    Ibu dan kakakku menggunakan hubungan keluarga untuk mengikatku.Chris menggunakan cinta untuk memaksaku.Kebaikanku pada mereka malah berubah menjadi pisau tajam yang menusukku.Aku sudah tidak memiliki perasaan sedikitpun padanya, hanya tersisa perasaan jijik dan muak.Chris masih ingin mengejarku, tetapi aku langsung naik mobil.Melihat keadaanku, Kakek Sugi khawatir dan mengajakku tinggal di rumahnya.Kakek dan nenek sangat baik padaku. Anak mereka adalah sutradara terkenal, sementara menantunya adalah seorang aktris papan atas. Keduanya adalah penggemar berat novelku. Mereka sudah membeli hak cipta untuk adaptasi film novelnya dan terus mendesakku ikut menjadi penulis skenario.Saat keluargaku keluar dari penjara, aku sedang bersiap pergi memancing bersama Kakek Sugi.Stefi dan Alfred menghadangku di depan pintu.Sebagai orang yang selalu peduli dengan reputasi, penahanan kali ini membuat Stefi hampir gila. Begitu melihatku, dia langsung mau memukulku.Namun aku mendorongnya jatuh

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 3

    Dengan mata berkaca-kaca, Lina berlari ke arahku dan berusaha memukulku.Aku menghindar dan seketika kemarahan yang terkumpul selama dua kehidupan ini meledak, “Kamu bilang kamu yang menulis novel ini, mana buktinya?”Aku membuka laptopku dan melanjutkan, “Ini adalah gagasan yang aku buat dua tahun lalu saat mulai menulis novel. Ada karakter dan alur ceritanya, waktu pembuatan file juga jelas. Ini … “Plak!Stefi mendekat dan langsung menamparku dengan keras.“Laptop ini milik kakakmu, jadi semua tulisan itu tentu saja hasil kerja kerasnya, apa hubungannya denganmu?”Aku terbengong akibat tamparan itu dan menahan amarah, menjawab, “Aku punya bukti di ponselku tentang pembelian laptop ini, bisa membuktikan bahwa laptop ini milikku!”Lina membelalakkan matanya seolah tidak percaya dan berkata, “Ternyata kamu sudah merencanakan untuk mencuri ide-ide cemerlangku saat memberikan laptop ini padaku sebagai hadiah ulang tahun?”“Dia itu kakak kandungmu! Bisa-bisanya kamu merencanakan untuk men

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 2

    Aku tak ingin tinggal di rumah dan terus disiksa, jadi aku berusaha bangkit dan pergi.Lina hampir putus asa dan berkata, “Jeni nggak mau mendonorkan darah kali ini? Dia nggak akan mau memberiku tranfusi darah lagi? Dia mencuri kesehatanku, mencuri orang yang kusuka, apakah dia juga mau mencuri nyawaku?”Stefi marah dan mengejarku, lalu menarikku dengan paksa.“Jeni, kamu dilahirkan untuk menyelamatkan kakakmu! Nggak peduli kamu mau atau nggak, kamu harus mendonorkan darah untuk kakakmu hari ini!”Aku menolak, kemudian Stefi mengambil obat penenang dan ingin menyuntikku.Kapan pun dan di mana pun, dia akan selalu membela Lina.Alfred mengenyit melihatnya, ada rasa kasihan dan ketidaksetujuan di wajahnya, tetapi dia tetap membantu menahanku.“Lepaskan! Kalau kalian berani menyentuhku hari ini, aku akan memasukkan kalian ke penjara!”Aku berjuang sekuat tenaga, tetapi tidak bisa melepaskan diri. Keputusasaan dan kemarahan memenuhi dadaku, hampir membuatku hancur.Saat jarum suntuk hampir

  • Saat semua Memihak Kakakku   Bab 1

    “Hanya mengambil 400 ml darahmu saja, kenapa nggak mau? Jeni, kamu psikopat? Kamu puas melihatku menderita?”Begitu membuka mata, aku melihat kakak perempuanku, Lina sedang menangis dan menuduhku.Alfred, kakak laki-lakiku datang dan langsung menendangku, dia memarahiku, “Jeni, dia itu kakakmu! Dia hanya butuh sedikit darahmu saja untuk bertahan hidup. Kenapa kamu bahkan nggak mau memenuhi permintaan kecilnya?”Setiap beberapa hari sekali, aku harus mendonorkan darah untuk Lina dan tubuhnya selalu dalam keadaan tidak sehat.Tendangan itu langsung membuatku terjatuh, tubuhku bergetar kesakitan dan berusaha bangkit beberapa kali, tetapi tidak bisa.Alfred menjambak rambutku dan mengangkatku, lalu melanjutkan, “Jangan berpura-pura! Aku tahu kamu baik-baik saja! Cepat berdiri dan pergi ke rumah sakit untuk transfusi darah untuk Lina!”Rambutku dijambak, rasa sakitnya membuat air mata mengalir.Aku mendorongnya dan melawan, “Kamu pergi saja sendiri kalau begitu murah hati! Aku nggak mau!”L

DMCA.com Protection Status