Share

Hadirnya Malaikat Kecil

Author: Bintang Senja
last update Last Updated: 2022-07-13 04:41:07

Waktu terus bergulir, kini usia kandungan Saras sudah memasuki bulan sembilan, mereka tinggal menunggu hari saja. Kini Bima tengah menikmati perannya sebagai seorang suami dan calon ayah, butuh ekstra kesabaran dalam menghadapi sikap istrinya yang berubah-ubah. Tak jarang, Bima harus mempunyai stok kesabaran yang cukup banyak.

Seperti malam ini, saat Bima tengah sibuk dengan pekerjaannya. Saras terus saja mengganggunya, entah itu meminta di pijit kakinya, dan masih banyak lagi. Beruntung, Bima termasuk orang yang penyabar, tetapi orang juga mempunyai batas kesabaran.

"Sudah ya, aku selesein kerjaan dulu, biar nanti tinggal nemenin kamu tidur," ujar Bima seraya bangkit dari duduknya. Jika terus berada di samping istrinya pekerjaan yang menumpuk tidak akan pernah selesai.

"Tapi jangan lama-lama," sahut Saras.

"Iya, nggak lama kok." Bima mencolek hidung istrinya. Setelah itu ia beranjak menuju meja kerjanya.

Baru saja Bima menjatuhkan bobotnya di kursi, tiba-tiba Saras sudah memangg
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Mempermalukan Suami

    "Lihat ini, alamat rumah sudah aku temukan, kamu tinggal labrak aja ke sana." Dila menyodorkan sebuah tumpukan foto. Dengan perlahan Saras mengambil tumpukan foto tersebut, dan melihatnya satu persatu. "Kamu terlihat begitu bahagia, Mas." Saras menatap foto tersebut satu persatu, rasanya sangat perih melihat suaminya sendiri tersenyum bahagia bersama wanita lain. Setelah itu Saras mengambil kertas yang berisi alamat rumah suaminya itu. Sedetik kemudian, Saras terkejut setelah mengetahui alamat tersebut. Rumah yang pernah Rayyan beli setahun yang lalu, bahkan sertifikat rumah itu adalah atas nama dirinya. "Ini kan alamat rumah yang pernah, mas Rayyan beli setahun yang lalu," ucap Saras. Seketika Dila tersentak, itu artinya Rayyan sengaja membeli rumah itu untuk istri mudanya. "Jadi kamu tahu kalau Rayyan membeli rumah itu?" tanya Dila. Akan sangat mudah jika Saras tahu kalau suaminya membeli rumah yang sekarang di tempati oleh istri muda Rayyan. "Iya, sertifikat juga atas namaku,"

    Last Updated : 2022-06-25
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Mendadak Melarat

    "Saras kamu tidak bisa seenaknya saja seperti itu, apa kamu lupa kalau aku yang membeli rumah ini. Memang sertifikat atas nama kamu tapi aku juga berhak karena .... ""Karena apa? Apa kamu lupa dengan perjanjian pra-nikah kita, Mas? Yang di dalamnya, jika siapa saja di antara kita selingkuh, maka semua harta tidak akan dibagi menjadi dua. Dalam arti akan menjadi milikku sepenuhnya, karena di sini kamu yang selingkuh." Saras memotong ucapan Rayyan, seketika pria itu kembali terkejut. Dan yang Saras katakan memang benar adanya. "Dan satu lagi, kamu juga sudah menanda tangani surat persetujuan yang kemarin aku bawa. Apa kamu lupa," lanjutnya.Jlep, rasanya seperti ditusuk dengan belati yang tajam, semua apa yang Saras ucapkan memang benar. Ada perjanjian pra-nikah yang mereka buat dulu, dan sekarang Rayyan yang akan kalah. Karena pria itu ketahuan selingkuh, sebagai akibatnya harta akan menjadi milik Saras seutuhnya. "Heh, Rayyan itu tidak selingkuh, karena dia menikahi wanita yang ber

    Last Updated : 2022-06-25
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Mengusir Benalu

    Rayyan melempar map tersebut ke atas meja, lalu ia menyenderkan kepalanya di sandaran sofa. Sesekali Rayyan memijit pelipisnya yang terasa pusing, ingin marah tapi semua itu terjadi atas ulahnya sendiri. Rayyan yang kurang hati-hati membuatnya harus menelan kekecewaan. "Kalau aku tidak mau bercerai?" tanya Rayyan. Mata hitamnya menatap wanita yang sepuluh tahun ini sudah mendampinginya. Bahkan Saras lah yang telah menemani Rayyan mulai dari nol hingga sesukses sekarang. "Kita akan tetap bercerai, bukankah kamu sudah bahagia dengan istri mudamu itu, terlebih kalian sudah mempunyai anak," ungkap Saras. Ia berharap Rayyan tidak mempersulit perceraiannya. "Aku menikah dengan Alexa karena keinginan mama, mama yang sudah memaksaku," ujar Rayyan yang terus berusaha untuk membela diri. Namun semua yang Rayyan katakan sama sekali tidak mempengaruhi niat Saras untuk berpisah. "Maaf ya, Mas. Aku tidak peduli dengan semua itu, entah keinginan siapa dan permintaan siapa, itu sama sekali tidak

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Sertifikat Rumah

    "Mas bagaimana ini, istrimu itu benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya dia mengusir kita, hanya karena sertifikat atas nama dia," ungkap Alexa dengan raut wajah panik, sementara itu Rayyan berusaha untuk tetap tenang. Karena ia sudah mempunyai tujuan, di mana sebuah rumah yang cukup mewah berhasil Rayyan beli tanpa sepengetahuan Saras. "Kamu tidak perlu khawatir, kemasi saja barang-barang kita. Ayo, Ma biar kita bisa cepat pergi dari rumah ini," ujar Rayyan dengan sangat santai, tapi justru hal tersebut membuat istri dan ibunya merasa heran. "Terus kita mau tinggal di mana, rumah mama kan sempit. Tidak seluas rumah ini," ujar Erika yang merasa bingung. "Mama tidak perlu khawatir, ayo." Rayyan mengajak ibu serta istrinya untuk segera mengemasi barang-barang mereka. Sementara itu, Saras saat ini tengah sibuk menemani bu Ani untuk berkeliling melihat rumah tersebut. "Bagaimana, Ibu tertarik untuk mengontrak rumah ini?" tanya Saras. Ia yakin jika orang yang bersamanya pasti akan sangat

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Sebuah Tawaran

    Hari telah berganti, pagi ini Saras sudah siap untuk berangkat ke kantor. Kini wanita berjilbab itu akan membiasakan diri untuk hidup tanpa adanya seorang suami. Saras benar-benar sudah ikhlas melepaskan Rayyan, baginya suami seperti dia tidak pantas untuk dipertahankan lagi. "Sepertinya hari ini aku akan sibuk di kantor," gumamnya seraya merapikan jilbabnya, setelah dirasa sudah rapi. Saras meraih tas serta kunci mobil, setelah itu ia beranjak keluar dari kamarnya. Saras berjalan menuruni anak tangga, setibanya di bawah, ia bergegas menuju garasi untuk mengambil mobil miliknya. Setelah masuk ke dalam mobil, Saras melajukannya dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba saja ponselnya berdering, dengan terpaksa ia menepikan mobilnya terlebih dahulu. "Siapa sih jam segini nelpon." Saras mengambil ponselnya, lalu menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan. [Assalamu'alaikum, halo ada apa, Van][Wa'alaikumsalam, bisa ke rumah sakit sekarang. Hasil tesnya sudah keluar][Ya sudah,

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Tindakan Istri Cerdas

    "Saras bagaimana?" tanya Rayyan untuk memastikan, berharap semoga istrinya itu bisa diajak kerja sama. Tapi mungkin tepatnya kerja sama demi keuntungan sendiri. "Maaf, Mas. Tapi aku nggak mau, keputusanku udah bulat untuk bercerai, apa pun tawarannya aku tetap pada pendirianku." Saras menolak tawaran yang Rayyan ajukan. Karena bagi Saras, tidak ada kata maaf untuk suami yang berselingkuh, terlebih sampai menikah dan memiliki seorang anak. Rayyan menghela napas. "Jadi kamu benar-benar menginginkan perceraian ini.""Iya, Mas. Mungkin ini yang terbaik untuk kita," ucap Saras, baginya tidak ada yang perlu dipertahankan lagi. Sementara Rayyan terlihat sangat gusar, usahanya untuk membujuk istrinya telah gagal. "Baiklah, tapi perlu kamu tahu, sampai kapanpun aku tidak akan pernah setuju dengan perceraian ini," ungkap Rayyan, mata hitamnya menatap lekat wajah wanita yang selama ini sudah menemaninya. "Kita lihat saja nanti, aku pastikan kita akan tetap bercerai," sahut Saras. Sampai kapa

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Membungkam Mulut Benalu

    Setelah itu, Saras segera membereskan rantang tersebut dan bergegas keluar dari ruangan Rayyan, tak lupa ia juga mengembalikan dompet milik suaminya ke tempat semula. Kini Saras sudah berada di parkiran, setelah itu ia segera masuk ke dalam mobil dan beranjak meninggalkan tempat tersebut. "Sekarang tinggal meluncur ke resto, Dila pasti sudah nunggu." Saras melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Kini tujuannya adalah resto tempat ia dan Dila sering makan bareng. "Mudah-mudahan proses perceraian aku dengan, mas Rayyan berjalan dengan lancar," gumamnya. Saras sangat berharap semoga Rayyan tidak mempersulit proses perceraian mereka. Setelah cukup lama dalam perjalanan kini Saras sudah tiba di resto, dan ternyata Dila sudah sampai sepuluh menit yang lalu. Saras berjalan menghampiri Dila yang tengah menunggunya, melihat sahabatnya datang, Dila tersenyum lalu meletakkan ponselnya. "Maaf ya, di jalan macet." Saras menarik kursi untuk duduk. "Iya, nggak apa-apa kok, aku juga belum la

    Last Updated : 2022-06-28
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Rayyan Jantungan

    "Kenapa diam, takut." Saras menatap tiga manusia yang berdiri di hadapannya itu, tak peduli dengan tatapan serta bisikan dari pengunjung resto yang lain. Saras sama sekali tidak takut, karena ia tidak merasa bersalah. "Saras, ikut aku." Rayyan menarik pergelangan tangan Saras dan membawanya pergi dari tempat tersebut. Entah apa yang akan ia lakukan, hal tersebut membuat Alexa merasa geram. Sementara itu, Bima memilih untuk kembali duduk. Kini Saras dan Rayyan sudah berada di taman yang berada tak jauh dari resto. Entah ada apa kenapa Rayyan tiba-tiba membawa istrinya itu menjauh. Mungkinkah Rayyan cemburu melihat Saras bersama dengan pria lain, tidak sadarkah dirinya yang sudah menghancurkan kepercayaan terhadap sang istri. "Ada apa, Mas." Saras melepaskan tangannya yang Rayyan cekal. Entah apa yang akan suaminya itu lakukan. "Apa benar pria yang bersamamu itu seorang pengacara?" tanya Rayyan. Sorot matanya menunjukkan jika lelaki itu cemburu saat melihat Saras bersama dengan pria

    Last Updated : 2022-06-28

Latest chapter

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Hadirnya Malaikat Kecil

    Waktu terus bergulir, kini usia kandungan Saras sudah memasuki bulan sembilan, mereka tinggal menunggu hari saja. Kini Bima tengah menikmati perannya sebagai seorang suami dan calon ayah, butuh ekstra kesabaran dalam menghadapi sikap istrinya yang berubah-ubah. Tak jarang, Bima harus mempunyai stok kesabaran yang cukup banyak. Seperti malam ini, saat Bima tengah sibuk dengan pekerjaannya. Saras terus saja mengganggunya, entah itu meminta di pijit kakinya, dan masih banyak lagi. Beruntung, Bima termasuk orang yang penyabar, tetapi orang juga mempunyai batas kesabaran. "Sudah ya, aku selesein kerjaan dulu, biar nanti tinggal nemenin kamu tidur," ujar Bima seraya bangkit dari duduknya. Jika terus berada di samping istrinya pekerjaan yang menumpuk tidak akan pernah selesai. "Tapi jangan lama-lama," sahut Saras. "Iya, nggak lama kok." Bima mencolek hidung istrinya. Setelah itu ia beranjak menuju meja kerjanya. Baru saja Bima menjatuhkan bobotnya di kursi, tiba-tiba Saras sudah memangg

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Ngidam Atau Menyiksa

    "Itu suara mama," batin Bima."Kami di ruang makan, Ma." Bima berteriak, setelah itu ia melanjutkan niatnya untuk melihat hasil tes yang baru saja istrinya itu lakukan. Dengan hati berdebar, Bima membuka benda pipih yang di tangannya. "Dua garis, itu artinya Saras hamil. Sayang kamu hamil." Bima menatap wajah ayu istrinya itu. Saras hanya mengangguk, seketika Bima menarik tubuh istrinya dan memeluknya dengan erat. Bahkan Bima juga menghujani Saras dengan kecupan, tak lupa juga ucapan terima kasih. "Terima kasih ya, Sayang. Sebentar lagi kita akan jadi orang tua." Bima mencium kening Saras dengan lembut, setelah itu ia membingkai wajah istrinya, saat hendak mendekatkan bibirnya, tiba-tiba suara ibunya mengagetkan mereka. "Ehem, ehem, mentang-mentang udah sah." Rahma berdehem, mendengar itu reflek Bima melepaskan tangannya lalu menoleh. Sementara Saras menunduk karena malu. "Ish, Mama. Oya, Ma kami punya kejutan." Bima menyerahkan test peck tersebut kepada ibunya. Seketika Rahma men

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Dua Garis Merah

    "Ok, kalau begitu kita langsung datangi Dian dan juga tante Dyah, kita ajak mereka untuk ketemu lalu tunjukkan video ini," ungkap Bima. Ia ingin masalah itu cepat selesai, dengan begitu tidak ada lagi yang menggangu ketentraman mereka nantinya. "Sayang kamu ikut kan?" tanya Bima seraya menoleh ke arah istrinya, sementara itu Saras hanya mengangguk. "Ya sudah langsung sekarang saja atau kapan?" tanya Dody. Ia khawatir akan mengganggu pengantin baru. "Sekarang saja, lebih cepat jauh lebih baik," jawab Bima. Jika dibiarkan terlalu lama nanti mereka keburu membuat rencana lagi. Karena orang seperti Sintia tidak akan tinggal diam jika usahanya belum ada yang berhasil. "Ya sudah, kasihan kalian. Seharusnya lagi asyik mikirin mau honeymoon ke mana, eh ini malah ngurusin masalah," ujar Dody, mendengar itu Bima hanya tersenyum. Jujur, apa yang dikatakan Dody memang ada benarnya juga, itu sebabnya Bima ingin secepatnya masalah yang kini menimpanya segera selesai. Setelah itu mereka bergega

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Dalang dibalik Fitnah

    "Siapa perempuan ini, kenapa tiba-tiba datang ke sini," batin Bima. Ia sama sekali tidak mengenal perempuan yang kini sudah berdiri di hadapannya itu. Apa mungkin itu kerabat istrinya, Saras. Tapi rasanya tidak mungkin, karena karena Saras tidak pernah bercerita apapun. "Siapa kamu, dan ada urusan apa kamu datang ke sini?" tanya Rahma. Ia merasa jika wanita hamil itu tidak beres, karena setahu Rahma, putranya itu tidak pernah melakukan hal di luar batas. "Saya datang ke sini untuk meminta pertanggung jawaban dari anak, Tante." Wanita hamil itu berucap seraya menunjuk ke arah Bima. Seketika pandangan mereka tertuju pada Bima, begitu juga dengan Saras. Bima tetap diam dan bersikap tenang, karena memang apa yang dituduhkan padanya itu tidak benar. Kenal saja tidak, apa lagi sampai berbuat hal di luar batas, itu rasanya tidak mungkin. Bima melirik wanita yang baru saja sah menjadi istrinya, ada rasa khawatir jika sampai Saras termakan omongan yang tidak nyata itu. "Maaf, tapi saya tid

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Kepergian Rayyan

    Satu jam kemudian, kini Saras sudah berada di ruang rawat, saat ini Irma dan Dila yang sedang menemaninya. Sementara Bima dan Roby tengah bersama dengan Rayyan, beruntung kondisi Rayyan sudah stabil, hanya butuh istirahat yang cukup agar segera pulih. "Rayyan terima kasih, aku tidak tahu harus ngomong apa lagi. Kamu sudah menyelamatkan hidup Saras," ucap Bima. Sementara Rayyan hanya mengangguk, ia merasa berguna, walaupun apa yang Rayyan lakukan tidak akan sebanding dengan luka yang pernah ditorehkan kepada Saras. "Tolong jaga Saras," ucap Rayyan dengan suara lemah. Sejujurnya ia ingin melihat Saras untuk yang terakhir kalinya, tapi Rayyan sudah bersumpah. Bahwa ia hanya akan melihat mantan istrinya itu saat menikah dengan Bima nanti. "Mas, apa kamu tidak ingin melihat Saras?" tanya Roby. Walaupun Rayyan pernah berbuat jahat, tapi Roby kini sudah memaafkannya. Begitu juga dengan yang lain, mereka telah memaafkan kesalahan Rayyan. Rayyan menggeleng. "Aku akan melihat Saras saat dia

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Pengorbanan Rayyan

    "Bima, kenapa kamu diam saja." Dyah berjalan menghampiri Bima, ia cukup kesal saat melihat calon tunangan putrinya yang seperti tidak peduli terhadap Sintia. "Kalau Sintia memang tidak bersalah, pasti nanti akan dibebaskan. Jadi, Tante tidak perlu khawatir seperti itu, dan satu lagi. Sintia tidak akan berurusan dengan polisi kalau memang dia tidak bersalah," ungkap Bima. "Apa yang dikatakan Bima itu benar, lebih baik sekarang kita ke kantor polisi saja untuk mengetahui lebih lanjut." Rahma, ibunda Bima menimpali. Tanpa banyak bicara, kini mereka memutuskan untuk ke kantor polisi. "Sintia, apa yang kamu lakukan. Kamu tidak akan pernah berurusan dengan polisi kalau memang tidak membuat ulah." Bima membatin, kini mereka sudah dalam perjalanan menuju ke kantor polisi. Entah kenapa perasaan Bima biasa saja saat melihat Sintia ditangkap polisi. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, kini mereka tiba di kantor polisi. Bahkan kini mereka sudah berada di dalam, polisi sedang

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Terancam Masuk Penjara

    "Sekarang aku tanya pada kalian, kalian lebih percaya dia atau saya?" tanya Saras pada semua karyawan yang berkumpul. Mendadak suasana menjadi hening, para karyawan saling lirik dan berbisik. Sedetik kemudian mereka bersuara, jika mereka lebih percaya dengan Saras. "Kami lebih percaya dengan, Ibu Saras. Karena kami tahu betul pribadi, Ibu Saras seperti apa," ucap salah satu karyawan yang mungkin sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan milik Saras. "Benar, Ibu Saras tidak mungkin melakukan hal di luar batas," timpal seorang karyawan satunya. Mendengar itu, Sintia bertambah geram, usahanya benar-benar gagal. Malu itu yang kini Sintia rasakan, karena rencana untuk menjatuhkan Saras, justru berbalik pada dirinya. "Kamu dengar sendiri bukan, masih mau lanjut atau mundur pelan-pelan?" tanya Saras dengan senyum mengejek. Terlihat jelas jika Sintia bukan hanya menahan rasa malu, tapi juga rasa kesal serta amarah. "Baik, kali ini kamu boleh menang, tapi ingat satu hal. Mantan suamimu it

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Sintia Mati Kutu

    "Saras bangun, Saras." Dengan raut wajah panik, Rayyan terus berusaha untuk membangunkan mantan istrinya itu. Namun Saras sama sekali tidak meresponnya. Selang berapa menit, Dila datang. Wanita itu cukup terkejut saat melihat Rayyan, tetapi pandangan matanya beralih pada Saras yang tak sadarkan diri. Melihat itu, Dila menjadi panik, terlebih saat melihat hidung Saras yang kembali mengeluarkan darah. "Astagfirullah, Saras. Saras bangun, Rayyan Saras kenapa?" tanya Dila dengan panik, ia juga berusaha untuk membangunkan Saras, tetapi sahabatnya itu tetap tidak meresponnya. "Aku tidak tahu, tadi katanya kepalanya pusing," jawab Rayyan. Seketika Dila terdiam, ini bukan untuk yang pertama kali Saras mengeluh kepala pusing. Dila pernah menyarankan untuk ke dokter tetapi Saras menolaknya. "Rayyan kita bawa ke rumah sakit, ayo." Dila menyarankan untuk membawa Saras ke rumah sakit, dengan segera Rayyan mengangkat tubuh mantan istrinya itu dan membawanya ke mobil. Rayyan membaringkan tubuh

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Menjadi Buronan

    Kini Erika sudah dibawa ke rumah sakit, Rayyan yang mendengar kabar tersebut dengan segera menyusulnya. Kondisi Erika cukup parah, bahkan dokter mengatakan jika Erika mengalami lumpuh permanen, karena hampir semua saraf mati. Jujur, Rayyan sempat terkejut mendengar kenyataan itu. "Yang sabar ya, kamu harus kuat, ini ujian yang harus kamu dan tante Erika hadapi," ucap Roby seraya menepuk pundak Rayyan. Walaupun Roby tahu seperti apa kelakuan mereka, tetapi ia masih punya rasa kasihan. Terlebih mereka adalah saudara. "Terima kasih, maaf jika sering merepotkan kamu," sahut Rayyan. Ia benar-benar bingung, apa yang harus Rayyan lakukan untuk ke depannya. Untuk biaya rumah sakit saja Rayyan tidak tahu harus membayarnya dengan apa. "Bagaimana ini, aku sama sekali tidak ada uang untuk biaya rumah sakit mama." Rayyan membatin, otaknya berusaha untuk mencari solusi, tetapi justru bayang-bayang saat menodai Sintia yang terlintas. "Roby, aku mau keluar sebentar. Aku titip mama ya," ucap Rayya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status