Share

Sebuah Tawaran

Author: Bintang Senja
last update Last Updated: 2022-06-27 15:27:11

Hari telah berganti, pagi ini Saras sudah siap untuk berangkat ke kantor. Kini wanita berjilbab itu akan membiasakan diri untuk hidup tanpa adanya seorang suami. Saras benar-benar sudah ikhlas melepaskan Rayyan, baginya suami seperti dia tidak pantas untuk dipertahankan lagi.

"Sepertinya hari ini aku akan sibuk di kantor," gumamnya seraya merapikan jilbabnya, setelah dirasa sudah rapi. Saras meraih tas serta kunci mobil, setelah itu ia beranjak keluar dari kamarnya.

Saras berjalan menuruni anak tangga, setibanya di bawah, ia bergegas menuju garasi untuk mengambil mobil miliknya. Setelah masuk ke dalam mobil, Saras melajukannya dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba saja ponselnya berdering, dengan terpaksa ia menepikan mobilnya terlebih dahulu.

"Siapa sih jam segini nelpon." Saras mengambil ponselnya, lalu menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan.

[Assalamu'alaikum, halo ada apa, Van]

[W*'alaikumsalam, bisa ke rumah sakit sekarang. Hasil tesnya sudah keluar]

[Ya sudah, ini aku langsung ke rumah sakit]

[Ok, aku tunggu ya, assalamu'alaikum]

[W*'alaikumsalam]

"Alhamdulillah, hasil tesnya sudah keluar." Saras kembali meletakkan ponselnya ke dalam tas, setelah itu ia melajukan mobilnya dan bergegas pergi ke rumah sakit.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kini Saras sudah tiba di rumah sakit Medika Husada, bahkan kini wanita berjilbab itu sudah berada di ruangan Dokter Alvan. Jujur, jantung Saras rasanya tidak tenang, ia khawatir jika hasil tesnya mengecewakan.

"Sudah siap?" tanya Dokter Alvan, yang tak lain sahabatnya dulu saat di SMA.

"Sudah." Saras mengangguk. Meski perasaannya tidak karuan, sebisa mungkin ia tetap tenang.

Setelah itu Dokter Alvan membuka amplop yang ada di tangannya. Setelah dibuka, Dokter Alvan segera membaca hasilnya, matanya sempat melirik ke arah Saras, terlihat raut wajahnya yang begitu panik.

"Ini hasilnya, kamu lihat sendiri." Dokter Alvan menyerahkan hasil tesnya, dengan cepat Saras mengambilnya dan membacanya. Sedetik kemudian Saras nampak terkejut setelah mengetahui hasilnya.

"Jadi yang mandul itu, Mas Rayyan." Saras bergumam, entah apa yang ia rasakan saat ini. Harus bahagia atau sedih, selama ini mertua dan suaminya sudah menuduhnya mandul, tapi sekarang sudah ketahuan siapa yang mandul sebenarnya.

"Terima kasih ya," ucap Saras, ia benar-benar bingung dengan perasaannya sendiri. Haruskah ia memberitahu tentang hasil tes yang pernah Rayyan lakukan.

"Sama-sama, kamu yang sabar ya, pasti ini sulit untuk kamu terima," ujar Dokter Alvan memberikan nasehat. Pria itu memang tidak tahu tentang masalah yang tengah Saras hadapi saat ini. Bagi Saras itu tidak penting, mengumbar masalah rumah tangganya.

"Iya, ya sudah aku pamit sekarang ya, assalamu'alaikum." Saras berpamitan untuk keluar dari ruangan Dokter Alvan. Karena setelah ini ia akan langsung meluncur ke kantor.

"Iya, hati-hati, w*'alaikumsalam." Dokter Alvan mengangguk. Setelah itu Saras beranjak keluar dari ruangan Dokter Alvan. Setelah ini tujuan Saras adalah ke kantor, karena pagi ini ada meeting, berharap meeting belum dimulai.

***

Waktu berjalan begitu cepat, pukul sembilan Saras baru saja keluar dari ruang meeting. Wanita berjilbab itu melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya. Saat tiba di ruangan, Saras cukup terkejut ketika melihat suaminya sudah tengah menunggu di sofa.

"Untuk apa, mas Rayyan datang ke sini," batin Saras. Ia berusaha untuk tetap bersikap tenang, setelah itu ia melangkah masuk ke dalam ruangannya.

"Sudah lama, Mas. Maaf tadi aku langsung meeting." Saras menaruh tasnya di atas meja, lalu berjalan menuju sofa dan ikut menjatuhkan bobotnya.

"Lumayan lama, iya nggak apa-apa," ujar Rayyan. Pria itu tak henti memandangi wajah wanita yang ada di hadapannya itu. Kecantikannya memang tidak ada duanya, bahkan jika dibandingkan dengan Alexa.Saras jauh lebih cantik, karena bukan hanya wajahnya saja yang cantik tapi juga hatinya.

"Ngomong-ngomong ada apa, tidak biasanya kamu datang ke sini, Mas." Saras melemparkan pertanyaan, ada rasa curiga karena Rayyan jarang sekali datang ke perusahaan yang ia kelola. Bukan hanya jarang, tapi seperti tidak pernah, selama ini Rayyan sibuk dengan perusahaan miliknya bersama dengan sang istri.

Rayyan berdehem. "Msksud kedatangan aku ke sini untuk mengajak kamu berdamai. Tolong batalkan niatmu untuk bercerai, aku berjanji akan melakukan apa saja, asal kita tetap bersama. Aku benar-benar tidak bisa pisah dengan kamu, Saras tolong kamu pertimbangan lagi."

Saras menghela napas, ternyata dugaannya benar. "Maaf, Mas tapi aku tidak bisa, keputusan aku untuk bercerai sudah bulat. Aku tidak suka dengan penghianatan, dan kamu yang memulainya lebih dulu, jadi jangan menyesal jika perpisahan yang akan menjadi jalan satu-satunya."

"Saras, untuk apa kita bercerai kalau kenyataannya masih dapat kita perbai. Apa kamu tidak sayang, kita sudah sepuluh tahun menikah, dan itu bukan waktu yang sebentar," ungkap Rayyan, ia berharap istrinya itu akan luluh.

"Maaf, Mas. Tapi aku tetap nggak bisa," tolaknya. Saras cukup paham dengan pria di hadapannya itu. Seorang Rayyan tidak akan minta tanpa sebuah imbalan.

Rayyan menghela napas, lalu mengusap wajahnya dengan gusar. Ia bingung harus bagaimana lagi, cara membujuk Saras agar mengurungkan niatnya untuk bercerai. Karena Rayyan punya rencana, agar ia bisa menguasai semua aset yang kini ada di tangan Saras.

"Saras aku mohon, tolong beri aku kesempatan lagi. Jika kamu mau, aku akan menceraikan Alexa, dan kita bisa merawat Seril, untuk pancingan agar kamu bisa hamil. Aku yakin Alexa akan mau, apa lagi kalau kita kasih bayaran," ungkap Rayyan, mendengar itu Saras sempat tercengang.

Saras tidak habis pikir, kenapa Rayyan bisa mempunyai pikiran seperti itu. Yaitu menceraikan Alexa dan mengambil anaknya, lalu memberi Alexa bayaran. Sayangnya Saras bukan wanita bodoh yang akan tergiur oleh tawaran konyol itu. Karena ia yakin jika itu adalah jebakan yang sengaja Rayyan rencanakan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
jangan mau dgn rayuan Rayyan dia tskut miskin karena blum dpt aset2mu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Tindakan Istri Cerdas

    "Saras bagaimana?" tanya Rayyan untuk memastikan, berharap semoga istrinya itu bisa diajak kerja sama. Tapi mungkin tepatnya kerja sama demi keuntungan sendiri. "Maaf, Mas. Tapi aku nggak mau, keputusanku udah bulat untuk bercerai, apa pun tawarannya aku tetap pada pendirianku." Saras menolak tawaran yang Rayyan ajukan. Karena bagi Saras, tidak ada kata maaf untuk suami yang berselingkuh, terlebih sampai menikah dan memiliki seorang anak. Rayyan menghela napas. "Jadi kamu benar-benar menginginkan perceraian ini.""Iya, Mas. Mungkin ini yang terbaik untuk kita," ucap Saras, baginya tidak ada yang perlu dipertahankan lagi. Sementara Rayyan terlihat sangat gusar, usahanya untuk membujuk istrinya telah gagal. "Baiklah, tapi perlu kamu tahu, sampai kapanpun aku tidak akan pernah setuju dengan perceraian ini," ungkap Rayyan, mata hitamnya menatap lekat wajah wanita yang selama ini sudah menemaninya. "Kita lihat saja nanti, aku pastikan kita akan tetap bercerai," sahut Saras. Sampai kapa

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Membungkam Mulut Benalu

    Setelah itu, Saras segera membereskan rantang tersebut dan bergegas keluar dari ruangan Rayyan, tak lupa ia juga mengembalikan dompet milik suaminya ke tempat semula. Kini Saras sudah berada di parkiran, setelah itu ia segera masuk ke dalam mobil dan beranjak meninggalkan tempat tersebut. "Sekarang tinggal meluncur ke resto, Dila pasti sudah nunggu." Saras melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Kini tujuannya adalah resto tempat ia dan Dila sering makan bareng. "Mudah-mudahan proses perceraian aku dengan, mas Rayyan berjalan dengan lancar," gumamnya. Saras sangat berharap semoga Rayyan tidak mempersulit proses perceraian mereka. Setelah cukup lama dalam perjalanan kini Saras sudah tiba di resto, dan ternyata Dila sudah sampai sepuluh menit yang lalu. Saras berjalan menghampiri Dila yang tengah menunggunya, melihat sahabatnya datang, Dila tersenyum lalu meletakkan ponselnya. "Maaf ya, di jalan macet." Saras menarik kursi untuk duduk. "Iya, nggak apa-apa kok, aku juga belum la

    Last Updated : 2022-06-28
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Rayyan Jantungan

    "Kenapa diam, takut." Saras menatap tiga manusia yang berdiri di hadapannya itu, tak peduli dengan tatapan serta bisikan dari pengunjung resto yang lain. Saras sama sekali tidak takut, karena ia tidak merasa bersalah. "Saras, ikut aku." Rayyan menarik pergelangan tangan Saras dan membawanya pergi dari tempat tersebut. Entah apa yang akan ia lakukan, hal tersebut membuat Alexa merasa geram. Sementara itu, Bima memilih untuk kembali duduk. Kini Saras dan Rayyan sudah berada di taman yang berada tak jauh dari resto. Entah ada apa kenapa Rayyan tiba-tiba membawa istrinya itu menjauh. Mungkinkah Rayyan cemburu melihat Saras bersama dengan pria lain, tidak sadarkah dirinya yang sudah menghancurkan kepercayaan terhadap sang istri. "Ada apa, Mas." Saras melepaskan tangannya yang Rayyan cekal. Entah apa yang akan suaminya itu lakukan. "Apa benar pria yang bersamamu itu seorang pengacara?" tanya Rayyan. Sorot matanya menunjukkan jika lelaki itu cemburu saat melihat Saras bersama dengan pria

    Last Updated : 2022-06-28
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Pelakor Kena Mental

    Rayyan mengusap wajahnya dengan gusar, bagaimana kehidupannya nanti jika semua aset sudah Saras jual. Ada rasa menyesal karena pernah melakukan perjanjian pra-nikah, bukan itu saja. Tetapi hampir semua harta atau barang berharga miliknya memakai atas nama Saras. "Sebentar ada yang ingin aku kembalikan." Saras berlalu masuk ke dalam rumah, sementara Rayyan memilih untuk duduk di kursi yang ada di teras. Sesekali Rayyan memijit pelipisnya yang terasa begitu pusing. Selang beberapa menit Saras kembali, Rayyan meliriknya sekilas. Pria itu benar-benar kecewa dengan apa yang Saras lakukan, tetapi seorang istri tidak akan bertindak di luar batas jika suaminya tidak berulah. Mungkin ini karma untuk Rayyan yang sudah menyia-nyiakan Saras. "Aku cuma mau ngembaliin ini, Mas." Saras menyodorkan kartu ATM yang sempat ia ambil. Berhubung isinya sudah kosong, jadi Saras kembalikan. "Ini, jadi kamu yang ambil." Rayyan nampak terkejut saat melihat Saras mengembalikan kartu ATM yang beberapa hari i

    Last Updated : 2022-06-29
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Awal Kehancuran

    "Ini tidak bisa dibiarkan, Saras tidak boleh membongkar rahasiaku. Jika mas Rayyan dan mama sampai tahu, bisa bahaya," batin Alexa. Ia akan mencari cara agar rahasianya aman, karena akan sangat berbahaya jika sampai suami dan ibu mertuanya tahu siapa dia yang sebenarnya. "Kamu lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan." Setelah mengatakan itu, Alexa memutuskan untuk pergi dari ruangan tersebut. Saras menghela napas, ia harus lebih cerdik dan juga bergerak cepat, karena Alexa tidak bisa diremehkan. Di dalam perjalanan, Alexa terus berpikir dari mana Saras tahu, karena selama ini ia sudah merahasiakannya. Alexa harus mencari cara agar bisa mengambil bukti yang sudah ada di tangan Saras. Akan sangat berbahaya jika Rayyan dan ibu mertuanya sampai tahu. "Apa yang harus aku lakukan, Saras benar-benar licik," gumamnya. Tiba-tiba saja ponsel Alexa berdering, khawatir ada yang penting ia langsung mengambil benda pipih miliknya itu, lalu menggeser tombol berwarna hijau. [Halo ini siapa ya]

    Last Updated : 2022-06-29
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Ketuk Palu

    "Apa mungkin ini karma untukku, Ma. Karena sudah menyia-nyiakan Saras, apa lagi pabrik itu aku bangun tanpa sepengetahuan darinya. Karena memang aku membangunnya untuk Alexa," gumamnya. Ada rasa menyesal karena sudah terlalu banyak kebohongan. "Hus, jangan ngomong seperti itu. Bisa saja ini ulah Saras, karena ingin menghancurkan kamu." Erika yakin jika pabrik terbakar karena ulah Saras. Mendengar itu Rayyan terdiam, apa mungkin dugaan ibunya itu benar, jika iya. Entah apa lagi yang akan terjadi nanti. "Tidak mungkin, Ma. Saras tidak akan berbuat hal seburuk itu," ujar Rayyan yang menolak akan dugaan ibunya. Karena Rayyan paham betul seperti apa sifat Saras. "Apanya yang tidak mungkin, buktinya dia menjual semua aset di perusahaan milik kamu, dia juga mengambil rumah yang sudah lama mama dan Alexa tempati. Jadi tidak mungkin Saras akan diam saja, dia pasti akan mencaritahu apa yang kamu miliki," ungkap Erika. Bahkan ia khawatir jika nanti Saras mengetahui rumah yang saat ini mereka

    Last Updated : 2022-06-30
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Rumah disita

    "Oh, itu ... anu, em. Itu ... itu anu." Alexa mati kutu saat mendapati ada foto dirinya saat pemotretan. Bukan itu saja, karena terdapat foto dirinya bersama Baron, ketika di hotel. Alexa tidak tahu dari mana suaminya itu mendapatkan foto-foto tersebut. "Jawab dengan jujur." Rayyan menatap istrinya dengan tatapan mata yang tajam. Bahkan sorot matanya menunjukkan kemarahan yang sudah tidak bisa dibendung lagi. "Itu bukan aku, Mas. Tapi saudara kembar aku, aku nggak mungkin kaya gitu lah," ujar Alexa. Dengan segala cara ia akan mengelabui Rayyan karena jika sampai terbongkar rahasianya akan sangat fatal dan berbahaya. Bisa-bisa Rayyan langsung menceraikannya, jika suaminya tahu yang sebenarnya. "Saudara kembar kamu, memangnya kamu punya saudara kembar?" tanya Rayyan, ia tidak begitu yakin jika istrinya memiliki saudara kembar. Karena selama ini baik Alexa dan ibu mertuanya tidak pernah bilang. "Iya, Mas. Maaf karena belum pernah cerita, soalnya mama udah ngusir dia gara-gara kelakua

    Last Updated : 2022-06-30
  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Kejutan untuk Alexa

    "Apa kamu punya hutang, Mas?" tanya Alexa dengan penuh selidik. Bahkan wanita itu memicingkan matanya, berusaha untuk mencari kebenarannya. "Untuk apa aku berhutang, kurang kerjaan aja," ketusnya. Rayyan cukup kesal dengan tuduhan istrinya itu, disaat kepalanya pusing memikirkan banyak hal, tapi dengan mudah Alexa menuduhnya berhutang. "Aku kan cuma nanya, kenapa malah ngegas sih," ujar Alexa yang tidak terima jika suaminya berbicara dengan nada cukup tinggi. "Gimana aku nggak ngegas, aku pusing mikir nyari kerjaan. Tapi kamu malah nuduh yang nggak-nggak," sahut Rayyan. Istrinya itu benar-benar sedang menguji kesabarannya. Alexa mendengus kesal. "Makanya biar aku aja yang nyari kerja, kamu cukup jaga Seril saja di rumah.""Memangnya kamu mau kerja apa?" tanya Rayyan. Ia merasa jika istrinya itu tidak akan bisa berbuat apa-apa, wanita manja seperti Alexa hanya bisa duduk dan meminta. Pekerjaan rumah saja, Alexa tidak pernah becus, apa lagi pekerjaan yang lain. Rasanya Rayyan tidak

    Last Updated : 2022-07-01

Latest chapter

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Hadirnya Malaikat Kecil

    Waktu terus bergulir, kini usia kandungan Saras sudah memasuki bulan sembilan, mereka tinggal menunggu hari saja. Kini Bima tengah menikmati perannya sebagai seorang suami dan calon ayah, butuh ekstra kesabaran dalam menghadapi sikap istrinya yang berubah-ubah. Tak jarang, Bima harus mempunyai stok kesabaran yang cukup banyak. Seperti malam ini, saat Bima tengah sibuk dengan pekerjaannya. Saras terus saja mengganggunya, entah itu meminta di pijit kakinya, dan masih banyak lagi. Beruntung, Bima termasuk orang yang penyabar, tetapi orang juga mempunyai batas kesabaran. "Sudah ya, aku selesein kerjaan dulu, biar nanti tinggal nemenin kamu tidur," ujar Bima seraya bangkit dari duduknya. Jika terus berada di samping istrinya pekerjaan yang menumpuk tidak akan pernah selesai. "Tapi jangan lama-lama," sahut Saras. "Iya, nggak lama kok." Bima mencolek hidung istrinya. Setelah itu ia beranjak menuju meja kerjanya. Baru saja Bima menjatuhkan bobotnya di kursi, tiba-tiba Saras sudah memangg

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Ngidam Atau Menyiksa

    "Itu suara mama," batin Bima."Kami di ruang makan, Ma." Bima berteriak, setelah itu ia melanjutkan niatnya untuk melihat hasil tes yang baru saja istrinya itu lakukan. Dengan hati berdebar, Bima membuka benda pipih yang di tangannya. "Dua garis, itu artinya Saras hamil. Sayang kamu hamil." Bima menatap wajah ayu istrinya itu. Saras hanya mengangguk, seketika Bima menarik tubuh istrinya dan memeluknya dengan erat. Bahkan Bima juga menghujani Saras dengan kecupan, tak lupa juga ucapan terima kasih. "Terima kasih ya, Sayang. Sebentar lagi kita akan jadi orang tua." Bima mencium kening Saras dengan lembut, setelah itu ia membingkai wajah istrinya, saat hendak mendekatkan bibirnya, tiba-tiba suara ibunya mengagetkan mereka. "Ehem, ehem, mentang-mentang udah sah." Rahma berdehem, mendengar itu reflek Bima melepaskan tangannya lalu menoleh. Sementara Saras menunduk karena malu. "Ish, Mama. Oya, Ma kami punya kejutan." Bima menyerahkan test peck tersebut kepada ibunya. Seketika Rahma men

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Dua Garis Merah

    "Ok, kalau begitu kita langsung datangi Dian dan juga tante Dyah, kita ajak mereka untuk ketemu lalu tunjukkan video ini," ungkap Bima. Ia ingin masalah itu cepat selesai, dengan begitu tidak ada lagi yang menggangu ketentraman mereka nantinya. "Sayang kamu ikut kan?" tanya Bima seraya menoleh ke arah istrinya, sementara itu Saras hanya mengangguk. "Ya sudah langsung sekarang saja atau kapan?" tanya Dody. Ia khawatir akan mengganggu pengantin baru. "Sekarang saja, lebih cepat jauh lebih baik," jawab Bima. Jika dibiarkan terlalu lama nanti mereka keburu membuat rencana lagi. Karena orang seperti Sintia tidak akan tinggal diam jika usahanya belum ada yang berhasil. "Ya sudah, kasihan kalian. Seharusnya lagi asyik mikirin mau honeymoon ke mana, eh ini malah ngurusin masalah," ujar Dody, mendengar itu Bima hanya tersenyum. Jujur, apa yang dikatakan Dody memang ada benarnya juga, itu sebabnya Bima ingin secepatnya masalah yang kini menimpanya segera selesai. Setelah itu mereka bergega

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Dalang dibalik Fitnah

    "Siapa perempuan ini, kenapa tiba-tiba datang ke sini," batin Bima. Ia sama sekali tidak mengenal perempuan yang kini sudah berdiri di hadapannya itu. Apa mungkin itu kerabat istrinya, Saras. Tapi rasanya tidak mungkin, karena karena Saras tidak pernah bercerita apapun. "Siapa kamu, dan ada urusan apa kamu datang ke sini?" tanya Rahma. Ia merasa jika wanita hamil itu tidak beres, karena setahu Rahma, putranya itu tidak pernah melakukan hal di luar batas. "Saya datang ke sini untuk meminta pertanggung jawaban dari anak, Tante." Wanita hamil itu berucap seraya menunjuk ke arah Bima. Seketika pandangan mereka tertuju pada Bima, begitu juga dengan Saras. Bima tetap diam dan bersikap tenang, karena memang apa yang dituduhkan padanya itu tidak benar. Kenal saja tidak, apa lagi sampai berbuat hal di luar batas, itu rasanya tidak mungkin. Bima melirik wanita yang baru saja sah menjadi istrinya, ada rasa khawatir jika sampai Saras termakan omongan yang tidak nyata itu. "Maaf, tapi saya tid

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Kepergian Rayyan

    Satu jam kemudian, kini Saras sudah berada di ruang rawat, saat ini Irma dan Dila yang sedang menemaninya. Sementara Bima dan Roby tengah bersama dengan Rayyan, beruntung kondisi Rayyan sudah stabil, hanya butuh istirahat yang cukup agar segera pulih. "Rayyan terima kasih, aku tidak tahu harus ngomong apa lagi. Kamu sudah menyelamatkan hidup Saras," ucap Bima. Sementara Rayyan hanya mengangguk, ia merasa berguna, walaupun apa yang Rayyan lakukan tidak akan sebanding dengan luka yang pernah ditorehkan kepada Saras. "Tolong jaga Saras," ucap Rayyan dengan suara lemah. Sejujurnya ia ingin melihat Saras untuk yang terakhir kalinya, tapi Rayyan sudah bersumpah. Bahwa ia hanya akan melihat mantan istrinya itu saat menikah dengan Bima nanti. "Mas, apa kamu tidak ingin melihat Saras?" tanya Roby. Walaupun Rayyan pernah berbuat jahat, tapi Roby kini sudah memaafkannya. Begitu juga dengan yang lain, mereka telah memaafkan kesalahan Rayyan. Rayyan menggeleng. "Aku akan melihat Saras saat dia

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Pengorbanan Rayyan

    "Bima, kenapa kamu diam saja." Dyah berjalan menghampiri Bima, ia cukup kesal saat melihat calon tunangan putrinya yang seperti tidak peduli terhadap Sintia. "Kalau Sintia memang tidak bersalah, pasti nanti akan dibebaskan. Jadi, Tante tidak perlu khawatir seperti itu, dan satu lagi. Sintia tidak akan berurusan dengan polisi kalau memang dia tidak bersalah," ungkap Bima. "Apa yang dikatakan Bima itu benar, lebih baik sekarang kita ke kantor polisi saja untuk mengetahui lebih lanjut." Rahma, ibunda Bima menimpali. Tanpa banyak bicara, kini mereka memutuskan untuk ke kantor polisi. "Sintia, apa yang kamu lakukan. Kamu tidak akan pernah berurusan dengan polisi kalau memang tidak membuat ulah." Bima membatin, kini mereka sudah dalam perjalanan menuju ke kantor polisi. Entah kenapa perasaan Bima biasa saja saat melihat Sintia ditangkap polisi. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, kini mereka tiba di kantor polisi. Bahkan kini mereka sudah berada di dalam, polisi sedang

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Terancam Masuk Penjara

    "Sekarang aku tanya pada kalian, kalian lebih percaya dia atau saya?" tanya Saras pada semua karyawan yang berkumpul. Mendadak suasana menjadi hening, para karyawan saling lirik dan berbisik. Sedetik kemudian mereka bersuara, jika mereka lebih percaya dengan Saras. "Kami lebih percaya dengan, Ibu Saras. Karena kami tahu betul pribadi, Ibu Saras seperti apa," ucap salah satu karyawan yang mungkin sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan milik Saras. "Benar, Ibu Saras tidak mungkin melakukan hal di luar batas," timpal seorang karyawan satunya. Mendengar itu, Sintia bertambah geram, usahanya benar-benar gagal. Malu itu yang kini Sintia rasakan, karena rencana untuk menjatuhkan Saras, justru berbalik pada dirinya. "Kamu dengar sendiri bukan, masih mau lanjut atau mundur pelan-pelan?" tanya Saras dengan senyum mengejek. Terlihat jelas jika Sintia bukan hanya menahan rasa malu, tapi juga rasa kesal serta amarah. "Baik, kali ini kamu boleh menang, tapi ingat satu hal. Mantan suamimu it

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Sintia Mati Kutu

    "Saras bangun, Saras." Dengan raut wajah panik, Rayyan terus berusaha untuk membangunkan mantan istrinya itu. Namun Saras sama sekali tidak meresponnya. Selang berapa menit, Dila datang. Wanita itu cukup terkejut saat melihat Rayyan, tetapi pandangan matanya beralih pada Saras yang tak sadarkan diri. Melihat itu, Dila menjadi panik, terlebih saat melihat hidung Saras yang kembali mengeluarkan darah. "Astagfirullah, Saras. Saras bangun, Rayyan Saras kenapa?" tanya Dila dengan panik, ia juga berusaha untuk membangunkan Saras, tetapi sahabatnya itu tetap tidak meresponnya. "Aku tidak tahu, tadi katanya kepalanya pusing," jawab Rayyan. Seketika Dila terdiam, ini bukan untuk yang pertama kali Saras mengeluh kepala pusing. Dila pernah menyarankan untuk ke dokter tetapi Saras menolaknya. "Rayyan kita bawa ke rumah sakit, ayo." Dila menyarankan untuk membawa Saras ke rumah sakit, dengan segera Rayyan mengangkat tubuh mantan istrinya itu dan membawanya ke mobil. Rayyan membaringkan tubuh

  • Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya   Menjadi Buronan

    Kini Erika sudah dibawa ke rumah sakit, Rayyan yang mendengar kabar tersebut dengan segera menyusulnya. Kondisi Erika cukup parah, bahkan dokter mengatakan jika Erika mengalami lumpuh permanen, karena hampir semua saraf mati. Jujur, Rayyan sempat terkejut mendengar kenyataan itu. "Yang sabar ya, kamu harus kuat, ini ujian yang harus kamu dan tante Erika hadapi," ucap Roby seraya menepuk pundak Rayyan. Walaupun Roby tahu seperti apa kelakuan mereka, tetapi ia masih punya rasa kasihan. Terlebih mereka adalah saudara. "Terima kasih, maaf jika sering merepotkan kamu," sahut Rayyan. Ia benar-benar bingung, apa yang harus Rayyan lakukan untuk ke depannya. Untuk biaya rumah sakit saja Rayyan tidak tahu harus membayarnya dengan apa. "Bagaimana ini, aku sama sekali tidak ada uang untuk biaya rumah sakit mama." Rayyan membatin, otaknya berusaha untuk mencari solusi, tetapi justru bayang-bayang saat menodai Sintia yang terlintas. "Roby, aku mau keluar sebentar. Aku titip mama ya," ucap Rayya

DMCA.com Protection Status