Share

Elang junior

Penulis: Purwa ningsih
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-23 22:48:11

Bara kecemburuan seketika berkobar menjadi api, saat Zhia melihat kemesraan Arum dan sang mantan suami membuat emosi Zhia berada di tingkat tinggi. Panas dan sesak bersamaan menyeruak, mendesak berebut ingin segera ditumpahkan. Semakin tersiksa karena bisa melampiaskannya, dengan mendorong tubuh Arum tadi.

"Zhia, kau ini. ada apa denganmu, bukankah tadi kamu bilang akan di rumah saja. Hah." Levin memarahi Zhia kali ini kelakuan Zhia benar-benar diluar batas.

Diam. Seketika suasana mejadi hening sampai Satpam menelepon pihak yang berwajib.

Sejenak Levin memejamkan mata untuk meredam amarah. "Apa yang adikku lakukan, Pak?" tanya Levin pada satpam.

"Wanita ini, mendorong tubuh wanita hamil, hingga wanita itu pendarahan hebat, Pak." jelas lelaki yang menyqndang gelar sebagai Satpam itu.

"Astaqfirullah. Zhia kenapa kau menjadi liar dan bar-bar begini, hah. Jangan bilang wanita itu adalah Arum?" tanya Levin curiga.

Sorot mata Zhia tajam menghujam setelah teriakan sang kakak, Zhia ter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Saat Istri Memilih Pergi   Terharu

    Elang terbangun, saat mencium aroma minyak kayu putih di hidung. Perlahan matanya terbuka. Kepalanya terasa berat dengan samar-samar ia melihat Angga dan pak Dibyo mertuanya menemainya ia tetidur di bangkar. Elang merasakan kepalanya berdenyut luar biasa, ia berusaha beranjak, tapi badan terasa sangat lemas. Elang pegangi kepala yang luar biasa pusing. Sesaat ia sadar bahwa bagaimana keadaan sang istri. "Astaqfirullah, Arum.... " teriak Elang saat sudah kembali tersadar dari pingsannya. "Syukurlah kamu sudah bangun, Lang," ucap Angga, seraya menutup tutup minyak kayu putih. Aroma minyak kayu putih menguar dipenciuman Elang. "Bagaimana, Arum, Mas?" tanya Elang lirih, merasakan denyutan kepala yang belum membaik.Pak Dibyo tersenyum. "Arum dan anakmu baik-baik saja, Lang.""Alhamdulillah ... apa papa serius?" tanya Elang bahagia. "Iya, selamat ya sudah menjadi papa lagi." Jelas Pak Dibyo. Elang memeluk tubuh papa mertuanya. "Iya, Pa.""Sabar-sabar, karena sabar juga do'amu yang me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Saat Istri Memilih Pergi   Hamil lagi

    Beberapa tahun kemudian, Levin menyeret koper di tangan menuju kamar apartment milik Zhia adiknya. Dengan langkah tegak Levin berjalan ke luar lift setelah pintu besi itu terbuka. Setelah yakin telah berada di kamar yang tepat, Levin mengetuk pintu. Lalu sapaan hangat Zhia menyambut Levin. "Sudah sampai juga akhirnya, Mas." Zhia meraih tangan Levin dan menuntun masuk setelah mereka saling berpelukan karena lama tak berjumpa. "Iya, tadi agak macet soalnya. Gimana kerjaannya lancar?" "Alhamdulillah, Mas."Levin memeluk dan menguatkan Zhia. Membuatnya merasa benar-benar ada dan dihargai. Ya, ternyata memang hanya Levin yang selalu memberikan dukungan untuknya. Seketika Zhia merasa beruntung bisa memiliki kakak sebaik Levin. Karena kebaikan Arum makanya ia tak menuntutapapun dari Zhia dan membebaskannya. Zhia pernah benar-benar berada pada titik terendah. Di mana ia merasa begitu terpuruk saat berada di penjara beberapa hari. Sesaat Zhia menatap diri sendiri, merasa begitu buruk. Di

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Anugrah terindah

    "Apa, hamil, astaga Rum. Ini bahaya lo? Kamu ini ada-ada saja ya." Kata sang Mama mengomel dihadapan Arum. "Bukan begitu, Ma. Rum hanya ingin keluarga kita tambah banyak," sergah Arum, mencoba menenagkan sang Mama. "Astaga Rum, Kamu ini ya. Ga kapok melahirkan Arsha waktu itu? Ga main-main lo nyawa kamu taruhannya."Wanita paruh baya itu merasa kesal terhadap Arum. "Sudahlah, Ma. Tenang saja."Semua orang menghakimi Arum, membuat Arum begitu bersedih tak ada yang mendukungnya kali ini. Wanita itu terdiam merasakan sakit yang mendalam dalam hatinya. "Ma sudahlah. Itu juga pasti sudah dipikirkan oleh Arum." Jelas Angga kakaknya. "Tapi, Mama ...!""Ya, Angga tahu Mama khawatir, tapi sudahlah. Ma. Kita bantu doa dan dukung Arum."Wanita paruh baya itu menggeleng lalu berjalan mendekati Arum dan memeluknya erat. "Mama ga mau tahu kamu harus hati-hati tidak boleh kecapekan dan harus dengar apa kata Mama."Arum tersenyum. "Iya, Ma."Hati Arum lega karena kehamilannya datang di saat yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Kecemasan Naura

    Naura pulang ke rumah dengan muka kusut. Dia mengucap salam dengan tak semangat. Arum yang sedang duduk di sofa ruang tamu segera membuka pintu."Baru pulang, sayang?" tanya Arum. Sebenarnya dia ingin menanyakan kenapa Naura pulang terlambat, tapi wajah lelah itu membuat Arum hanya tersenyum. "Iya, Ma. Cape sekali." Naura menjawab dengan malas.Arum tersenyum, mengikuti Naura duduk di sofa. "Kenapa?"Naura menarik nafas lalu memeluk Arum dengan erat. "Naura hanya cape saja, Ma.""Ya sudah mandi dan makan ya.""Baik, Ma."Setelah mandi dan berpakaian, Naura membaringkan tubuh yang lelah. Ada perasaan tak enak mengingat sikapnya pada sang Mama tadi. Namun, moodnya benar-benar sedang buruk. Wanita itu, Ibunya Zhia habis menemuinya, membuat Naura merasa tertekan.Bahkan Naura sudah puluhan tahun diasuh oleh Arum. Selama ini bahkan sang Mama sambungnya itu tak pernah bersikap buruk padanya. Sang Mama selalu menyempatkan diri dekat dengan Naura. Bahkan Arum tak pernah berkata kasar juga t

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   indah itu berjuang

    Rumah terlihat masih sangat sepi, sepertinya Bibi belum pulang. Setelah hari beranjak siang, Arum merasakan tubuhnya yang sedikit enakan. Sepertinya mual membuatnya enggan untuk berdiri, mulut yang pahit, kepala yang tidak lagi sakit, dengan perut dan kepala yang terasa lebih nyaman. Arum meraih ponsel, memeriksa deretan pesan yang masuk sejak tadi pagi, setelah pulang dari menjemput Ardha, tadi pagi Arum selesai mengantar ke sekolah langsung kerumah sakit memeriksakan kandungannya bersama sang Mama. "Mama lagi apa?" tanya Ardha yang baru saja menganti pakaian seragam sekolah. "Ardha, sebentar lagi punya adek!" "Mama enggak lagi bercanda 'kan? Ini serius, Ma?" tanya Ardha tidak percaya.Ardha terlihat tersenyum dan memeluk Arum, anak seusia Ardha bukankah belum faham soal kehidupan. "Selamat ya, Ma!" "Iya, Sayang."Diraihnya ponsel diatas nakas, Arum ingin membuat kejutan untuk sang suami, Matanya terpaku pada deretan pesan, dari sang suami. [Mas, dimana? kenapa belum juga pulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Elang khawatir

    "Mau pesan apa, Elang?""Kopi hitam saja, Ilham," jawab Elang sambil meletakkan tas di datas meja. Fahmi memesan dua cangkir kopi hitam, dan kembali duduk di depan sahabatnya. Elang tersenyum menatap Ilham meski mereka bekerja satu pekerjaan namun ia jarang sekali bertemu. Sesaat pramusaji datang membawakan dua cangkir kopi. "Bagaimana, Arum?" tanya Ilham sambil mengambil kopi panas meniup pelan lalu menyesapnya. "Alhamdulillah, kalau dilihat dari luar sih dia baik-baik saja, namun entah jika hatinya.""Kenapa?""Sebenarnya Arum, hamil lagi.""Hah, Bukannya kata kamu?"Elang tersenyum kecut. "Entahlah aku juga kurang paham, padahal dokter sudah wanti-wanti buat, Arum tak hamil lagi."Terlihat kekecewaan dari wajah tampan Elang. "Ya, aku mengerti. Tapi kan semua juga sudah ada yang mengatur," kata Ilham yang tak lain adalah rekan bisnisnya. Elang hanya menarik napas dalam"Kau kecewa? Dukunglah Arum?""Iya kau benar."Elang meraih gelas dan menyesap kopinya. Terkadang, Elang mener

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Masih merindumu

    "Terus ...?""Ya cuma ketemu saja, ia ingin bertemu dengan, Ilham sih katanya." Jelas Elang. "Oh.""Oh saja nih. Gimana dengar soal mantan?" tanya Elang menggoda. "Mas, ih."Elang tertawa, melihat Arum cemberut. Berharap jika Arum akan marah namun kali ini Arum tersenyum seraya memukul lengan kekar Elang. Hidup tanpa ada masalah adalah sesuatu yang mustahil. Elang tahu betul hal itu. Selama napas masih berembus, masalah akan selalu mengiringi hidup bukan. "Jadi ...?""Ya begitu lah, coba dekati Naura, Mas. Dia seharian diam. Aku sudah coba sih bicara dengannya namun, ya datar saja ia tak mau cerita."Elang lelaki berwajah tampan juga bertubuh kekar itu menarik napas. "Emm, baiklah tapi janji ya. Jangan dipikirkan. Ingat kandunganmu, Sayang."Arum mengangguk seraya memeluk Elang dengan erat. "Iya, Mas. Aku janji.""Hidup memang selalu beriringan dengan masalah. Namun, tak ada masalah yang hadir tanpa solusi. Jadi aku harap kau sabar ya."Arum mengangguk beberapa kali. "Kau benar, Ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Saat Istri Memilih Pergi   Ambisi Levin

    "Kamu sehat?" tanya Elang berjalan mendekati Arum yang lagi duduk sendiri di balkon kamarnya. Kalimat itu menjadi pertanyaan setiap hari yang dikeluarkan Elang pada sang istri setiap harinya. "Alhamdulillah, sehat. Mas. Lalu sendirinya bagaimana?" tanya Arum balik mencoba membangun rasa nyaman saat bersama sang suami. Elang tersenyum tipis. "Aku juga sehat. Asal kau juga sehat, sayang."Arum menunduk begitu mendengar pengakuan dari suaminya. Seandainya bisa, ingin sekali Arum terbang melayang menganggap bahwa jawaban itu sebatas rayuan gombal saja. Sayangnya, Arum begitu mengenal pria di depannya ini. Sejak awal, dari kecil dia tak pernah berbohong sama sekali."Mas jangan bicara membual begitu, geli aku dengarnya."Elang menatap lekat ke arah Arum. "Aku sudah mencoba, tapi itu langsung keluar begitu saja dari mulut ini, gimana dong." Goda Elang pada istrinya seraya mengelus perut Arumi. Kali ini, Arum mengelus rambut suaminya. "Sejak kapan sih jadi lebay gini kamu, Mas.""Dari a

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12

Bab terbaru

  • Saat Istri Memilih Pergi   Indah pada akhirnya End

    Cakrawala memancarkan warna, dan tiba-tiba matahari muncul berada diantara percakapan Erlan dan Reni. Sejenak Erlan bernafas lega melihat wajah gadis itu, lalu menunduk lagi tangannya mencekeram kuat ujung kursi roda yang ia duduki. Seolah harinya begitu ragu akan ketulusan hati Reni. "Karena wanita itu, yang bernama Kamila, kau jadi kecelakaan, Pak?"Reni mendecih, sedangkan Erlan tidak melakukan tindakan apapun. Tidak mengiyakan tidak pula menentang. Merasa ucapan Reni tepat dia mengujar lagi, pertanyaan yang diluar dugaan. "Sudah kubilang, tidak karena siapa-siapa. Kenapa kau bertanya seperti itu? Sudahlah.""Bisa-bisanya kau menghilang dariku, Pak. Terus mengapa jadi begini? Kenapa jadi lumpuh dikursi roda, Pak?"Erlan meremas rambutnya dengan kasar. Agar Reni mau menghentikan ocehannya. Ia begitu kesal oleh sikap Reni yang tidak menghargainya. "Sudahlah Ren, bukan urusanmu."Reni tersenyum jahat. "Maksudku aku akan menikah lagi. Pak"Kali ini Erlan membulatkan matanya, bahk

  • Saat Istri Memilih Pergi   menuju bahagia

    "Mas, kenapa tak memberi tahu Mbak Reni, padahal dia sudah kesini beberapa kali mencari, Mas."Erlan terdiam. Merasakan detak jantung yang meningkat cepat. Kenapa Dimas tiba-tiba bertanya itu?"Apa aku pantas untuk sekedar dicintai, bahkan untuk berjalan saja aku tak bisa, Dim."Dimas mengehela nafas berat. " Ga boleh putus asa begitu, Mas. Bukankah dokter Reyga juga memberi tahu bahwa untuk kesembuhan, Mas sangatlah besar."Erlan menatap jendela dari balik kamarnya. "Entahlah Dimas, aku merindukan Alifa."Dimas tersenyum, sejak kapan kakaknya ini berubah baik. Bahkan ia tahu jika sang kakak selama ini tak pernah peduli dengan Alifa sang keponakan. "Iya, kapan-kapan kita ke sana ya.""Tidak, Dimas. Aku tak mau membuat Kamila susah dengan hadirku."Dimas tersenyum. "Mas, pikir mbak Kamila orangnya pendendam. Satu hal, Mas. Hati Mbak Kamila itu bagaikan sutra sangat lembut, jadi kayaknya ga ada masalah kalau kita menemui Alifa. Lagian bukankah Alifa adalah masih tanggung jawab Mas Erla

  • Saat Istri Memilih Pergi   mencintaimu

    Ponsel di tangan Dimas hampir terjatuh saat melihat wanita yang tengah melintas di depannya. Dimas sambil mendorong kursi roda sang kakak Erlan. Mudah-mudahan kakaknya tak mengetahuinya. Namun, sepertinya ia tahu jika Kamila berjalan bersama seorang dokter yang tak lain adalah suaminya. Erlan terdiam, seketika ingatannya tertarik jauh ke masa lalu. Ia pikir selama sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk melupakan sosok Kamila. Ternyata, Erlan salah dan salah. Ia begitu terluka saat melihat ke arah sang mantan istri yang terlihat begitu cantik. Bagaimanapun pedihnya luka yang pernah ditorehkannya dulu, tetap saja kenangan indah sebelum luka itu ada, kembali hadir. Dengan cepatnya rasa itu muncul menembus batas pertahanan yang selama ini mereka pertahankan. Namun pecah dihantam gelombang perceraian. Memakai pashmina hitam dan masih sama, wajahnya tampak lebih sangat cantik dan begitu dewasa. Berbagai pikiran berkecamuk antara ingin menegur juga tak ingin bertemu dengannya. Untung

  • Saat Istri Memilih Pergi   Bayangan semu

    "Pak, meeting sudah mau dimulai.""Baiklah, ayo."Dengan hitungan langkah Erlan menuju tempat yang telah disediakan oleh Reni. Hati Erlan terasa berkeping-keping melirik Kamila yang tak melepas genggaman suaminya, Erlan terlihat kesal tidak dapat berdusta jika hatinya belum pulih sepenuhnya melupakan Kamila.Angin senja menerbak membelai wajah Erlan,yang menerpa angin berganti dengan semburat kuning di ujung langit. Ia telah selesai meeting hari hampir magrib. Entah mengapa Erlan begitu sibuk hingga tidak sedikitpun melirik jam di pergelangan tangannya. Saat menoleh Kamila dan suaminya telah pergi dari kafe itu. Dan sudah tak terlihat lagi. Kalaupun saat ini dia berkerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan sang Ibu. Semenjak kejadian itu Erlan tak pernah pulang ke rumah. Tak sekalipun dia melihat ponsel sejak kejadian itu, untuk sekedar menjawab panggilan dari adiknya. Hal yang tidak pernah absen dilakukan Erlan selama ini, menuruti perintah sang Ibu. Duh, hari ini rasanya rindu d

  • Saat Istri Memilih Pergi   Penyesalan

    Brakk! Erlan membanting pintu rumah Reni. "Pak sabarlah, mungkin Ibu Pak Erlan masih bergabung. Sudahlah jangan marah-marah terus.""Aku malas selalu dipojokkan, Ren.""Iya aku tahu Pak. Sabar ya." Reni menenangkan Erlan. Erlan berjalan ke arah kamar, sedangkan Reni ke dapur membuat kopi. Terdengar suara barang jatuh cukup keras dari arah kamar, disusul suara dentingan beberapa alat yang berjatuhan, membuat Reni terkejut."Pak ...!"Reni memanggilnya, namun, tak ada jawaban, seketika kamar terasa hening membuat perasaan Reni mulai tidak enak.Khawatir terjadi sesuatu pada Erlan, Reni berjalan cepat kearah kamar, tampak tubuh Erlan yang tersungkur dilantai, dengan mata tertutup."Ya Tuhan, Pak Erlan!"Reni menghampirinya, langsung meraih kepalanya dan meletakkannya di atas pangkuan, Reni berusaha tenang ia tahu jika Erlan lagi banyak masalah. Meskipun hati sangat cemas. "Pak! Ayo ke ranjang." Panggilnya pelan.Ia hanya mengangguk. "Kau sakit, Pak?" tanya Reni lagiErlan memegang ke

  • Saat Istri Memilih Pergi   Kesalahan

    Erlan berjalan melewati jalanan yang sudah sangat ia hapal tiap kelokannya. Beberapa motor melintas mendahului mobil Erlan di sepanjang jalan ia hanya terpaku tak percaya oleh Kamila dan Alifa bersama lelaki itu yang baru sama terlihat sari pandangannya. Perasaannya yang semakin hancur tatakala menginggat semua kejadian saat pernikahaannya dengan wanita yang sangat ia sayangi yang kini sudah hancur. Entah apa yang terjadi dengannya saat ini, Erlan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cepat. Mobil berjalan di depan rumah Kamila. Seperti dulu, saat masih kecil, Erlan mencuri waktu untuk bertemu Kamila. Dulu, Ayah Kamila sering terlihat marah karena Erlan menemuinya. Sekarang semuanya sudah berbeda, Ayah Kamila telah pergi, dan saat sang Ibu sudah memberi kebebasan, namun Erlan menghianatinya dan beliau mungkin sudah tidak berdaya. Lucunya, tak pernah sekalipun Erlan meminta maaf pada wanita yang sangat ia sayangi itu. Ah, Erlan mendengus kesal sambil membanting setir mobilnya, kadan

  • Saat Istri Memilih Pergi   Mencintaimu

    Malam semakin larut, sunyi sepi setelah anak-anak tertidur, Kamila langsung menuju kamar. Reyga sudah menunggu di dalam kamar."Sayang, sudah tidur jangan kecapekan," pinta Reyga pada Kamila untuk beristirahat."Iya Mas, aku baru saja nemenin anak-anak tidur," jawabnya ikut duduk di samping sang suami. "Oh, Mama sudah tidur?""Sudah, Mas." "Sayang terima kasih ya sudah mau menjadi ibu untuk anak-anakku," ucapnya pada Kamila. Kamila saat ini berada pada dada bidang Reyga. Ia menikmati wangi tubuh sang suami, entah akhir-akhir ini Kamila lebih suka berada di bawah ketiak sang suami. Kamila menarik tangan Reyga lalu meletakkan telapak tangan di atas perutnya."Mama sepertinya betah disini, sayang." Kamila mengangkat kepalanya, lalu menumpu dagunya di bahu sang suami. Reyga mengusap pelan perut yang mulai membuncit. Menikmati keanehan yang terasa di dalam perut Kamila saat tangan Reyga berada di sana."Alhamdulillah, itu yang Kamila harapkan, Mas."Reyga mengangguk. "Mungkin, ini aka

  • Saat Istri Memilih Pergi   Arum melahirkan

    Angga berteriak, Elang dan Bu Fatma panik. Elangengbil akih Arum dan menggendongnya ke dalam mobil sedangkan Angga berlari menyetir mobil. Dan mobil meninggalkan rumah milik. arum Dan Elang."Ya Allah, Arum! bangun, Nak! jangan tidur buka matamu, Rum!" Bu Ftama begitu cemas. Elang menepuk-nepuk pelan pipi istrinya. "Mama Arum, ga apa-apa kan, Bu?" tanya Elang.Bu Fatma tak sanggup menjawab, hanya mampu memeluk kepala putrinya itu dengan erat. "Arum, kenapa, Elang?" tanya Angga dari depan."Tadi juga ga papa kok, Mas Angga," jawab Elang ketakutan dengan suara bergetar."Ya Allah ... sabar dikit lagi kita sampai. Bismillah ... mudahkan ya Allah ...." Angga terus memacu mobilnya menembus jalanan kota yang ramai. Motor-motor didepan masih terus merangsek membelah jalanan yang dipenuhi kendaraan yang padat. Lalu lintas ibu kota yang tau sendirilah padatnya seperti apa.Bu Fatma terus berdzikir benar-benar berada dalam titik pasrah kepada Allah. Pengharapan tertinggi saat ini hanya mem

  • Saat Istri Memilih Pergi   Berlibur

    "Bangun, Mila. Sudah aku masakan air hangat untukmu."Kamila masih menggeliat dan mengucek matanya yang masih terpejam. "Harusnya ga usah repot masakin air segala, Rey," tukas Kamila. "Ya sekali-kali ga papa kan, kan selama ini kamu yang mengurusku. Apa mau aku gendong?"Pagi buta Kamila mendengar gombalan romantis dari suaminya, tiba-tiba bibir Kamila tersenyum kecut mendengarnya."Ayo sudah keburu dingin air hangatnya.""Iya... iya." Gerutu Kamila malas. Kamila menghela nafas pelan. Sekali lagi tersenyum dan melangkah keluar kamar mandi dan bersiap menjadi makmum untuk menjalankan salat Subuh berjamaaah dengan suaminya. Di akhiri dengan doa sebagai penutup, Kamila melipat mukena dan kembali menaruhnya di atas nakas. Ia berjalan ke dekat jendela dan menyibak gorden kamarnya. Saat buka pintu jendela suasana masih gelap. Di langit timur nampak semburat warna jingga menebar dari balik bukit nan jauh di sana. Membuat Kamila tersenyum lalu menatap suaminya yang masih bertilawah. "Kami

DMCA.com Protection Status