Share

Part35

Penulis: Oscar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dwi menatap kembali wajah Dimas. Masih tidak bisa percaya dengan ucapan pria itu. Bisa-bisanya laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu melakukan negosiasi dengannya.

Apakah itu sungguhan, atau sebuah candaan. Atau mungkin sebuah jebakan agar Dwi terpancing, lalu dengan mudah dapat disalahkan kembali oleh suaminya itu. Dimas bisa saja memutar balikkan fakta yang ada. Menuduh, bahwa Dwi lah yang memiliki afair dengan pria lain hingga sudah sepantasnya dia ceraikan.

Bagi Dwi, Dimas merupakan seseorang yang pandai bersilat lidah dan pembohong besar. Dwi tak mau lagi percaya pada ucapannya.

Kali ini, Dwi tidak akan terperangkap dalam rencana Dimas. Dwi tetap akan menuntut cerai dengan kasus perselingkuhan.

"Ayo! Tunggu apa lagi?" tegas Dimas.

"Dwi nggak mau! Kenapa nggak makan sama Lena aja tadi? Mau pencitraan di depan Dwi? Maaf, Mas. Dwi udah nggak peduli. Dan jangan harap Dwi masih mau makan bareng mas Dimas!" Dwi berucap tegas.

Dimas tampak kecewa. Dia bisa melihat sorot a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part36

    "Bukankah orang-orang mengaggap kita ini kakak adik? Kamu sendiri yang mengakui Mas sebagai kakak kamu. Jadi, Mas berhak merangkul dan menunjukkan sikap Mas sebagai seorang kakak!"Dimas tak lagi peduli. Dia kembali menarik Dwi dalam rangkulannya. Dia benar-benar menginginkan Dwi di sisinya saat ini. Meski harus mengakuinya hanya sebagai seorang adik.Dwi ingin berontak, tapi Dimas bersikeras dan tak mau melepaskan."Nurut! Atau Mas bongkar sekalian identitas kita."Hish!Dwi mengentakkan kaki dengan kesal. Tak bisa lagi berbuat apa-apa. Kini dia merasa seperti seorang tawanan di film perang.Dimas kembali tersenyum menang. Meski dengan cara yang jahat, akhirnya pria itu punya kesempatan untuk memeluk istri kecilnya itu.*"Kamu ini, sudah tahu alergi kok makan kacang sih, Arya!" Sonia memarahi anaknya yang sedang terbaring di balik selimut di atas tempat tidur.Arya hanya diam. Tak mungkin dia mengaku pada mamanya bahwa semua dia lakukan hanya demi bisa makan berdua dengan Dwi. Jika

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part37

    Dwi menundukkan wajah, merasa malu dipandangi oleh Arya seperti itu. Bagaimanapun juga, dirinya masih berstatus sebagai istri orang. Apalagi suaminya sedang berdiri di hadapan mereka.Harusnya ini merupakan kesempatan emas untuk membalaskan sakit hatinya pada Dimas. Membuat Dimas tahu bagaimana rasanya dikhianati dengan bermesraan bersama orang lain. Namun Dwi tak ingin seperti itu. Jika dia melakukannya, itu artinya bahwa dia sama saja dengan pria pengkhianat itu."Udah, Dwi. Kelihatannya Arya baik-baik saja. Kita pulang! Kasihan mama kalau nggak ada kamu." Dimas memotong pembicaraan mereka dan mengajak istrinya untuk tak berlama-lama di sana.Saat ini Dimas merasa begitu gerah dan tak betah berlama-lama untuk menetap di tempat itu. Hati siapa yang tidak hancur ketika melihat istrinya bermesraan dengan laki-laki lain di depan mata kepalanya sendiri, sedangkan dia seperti tak punya hak apa-apa.Ingin sekali rasanya dia mencekik leher dan mencolok mata Arya agar tak bisa memandangi ist

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part38

    "Baru juga datang. Mbok Asri udah buatin minum tuh. Sebentar lagi aja, ya." Dwi melirik sekilas ke arah Dimas, menunggu keputusan dari suaminya itu."Kasihan Arya, Tante. Dimas dan Dwi nggak mau mengganggu istirahatnya. Biar cepat sembuh." Dimas beralasan.Arya memutar bola mata, mendengar alasan yang dibuat-buat oleh Dimas. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu mulai menyadari, Diam-diam Dimas juga menaruh perasaan pada Dwi."Kalau begitu kita minum di ruang tamu aja.""Oh, boleh, Tante." Dimas tak enak lagi menolak. Lalu memberanikan diri menarik bahu Dwi dan merangkulnya di depan Arya."Yuk, Sayang." Dwi melotot ke arah Dimas. Hanya saja pria yang hatinya sedang berdentam-dentum karena cemburu itu pura-pura tak melihat. Dia harus membuktikan di hadapan Arya, bahwa pernikahannya dengan Dwi masih baik-baik saja.Arya tertunduk lesu. Sepertinya penyakitnya akan bertambah parah melihat kemesraan mereka."Arya kenapa nggak dinikahkan aja, Tante? Biar ada yang ngurus kalau sakit." Dim

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part39

    Dwi terperanjat mendengar ucapan suaminya. Perkataan Dimas terdengar serius. Membuatnya merasa takut. Jantung Dwi berdebar-debar tak menentu. Pipinya kini terasa panas dan terlihat memerah.Dwi tak menyangka jika suaminya tersinggung dengan ucapannya sore tadi. Pantas saja Dimas langsung terdiam dan tak lagi membela diri. Biasanya dia selalu protes dan mengajak Dwi berdebat jika ada kata-kata Dwi yang salah. "Mas Dimas bicara apa? Memangnya nyelonong masuk ke kamar orang lain itu bukan tindakan dari anak kecil?" Dwi mencoba menepis pikiran buruknya tentang malam pertama.Dwi sudah beranggapan, satu-satunya cara menunjukkan bahwa Dimas bukan anak kecil lagi adalah menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Dan Dwi takut jika harus mendadak seperti ini."Siapa bilang ini kamar orang lain? Ini bukan kamar kamu!" Dimas menjawab datar."Iya, Iya. Dwi sadar. Dwi cuma numpang di sini. Semua yang ada di rumah ini adalah milik Mas Dimas. Puas?" Dwi mengalah. Dia bosan bertengkar terus de

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part40

    "Dwi!" Dimas langsung menarik tubuh Dwi dan membawanya dalam dekapan. Dwi meronta, namun tenaganya kalah kuat dengan lengan kekar suaminya. Dimas memeluk Dwi dengan lebih erat."Mas minta maaf, Sayang." Dimas berbisik di telinga istrinya.Dwi semakin menangis. Entah apa yang dia rasakan saat ini. Pelukan Dimas terasa sangat nyaman. Dia laki-laki pertama setelah ayah Dwi yang memeluk Dwi dengan kasih sayang seperti itu. Namun di sisi lain hati Dwi, wanita itu merasa jijik jika membayangkan bahwa tubuh yang memeluknya saat ini telah lebih dulu memberi kehangatan pada wanita lain."Lepas, Mas. Dwi benci sama Mas." Dwi semakin sesenggukan."Mas tahu. Mas yang salah. Tapi kamu juga harus tahu. Sumpah demi Allah, Mas nggak pernah berhubungan sejauh itu dengan Lena atau wanita mana pun." Dimas kembali berbisik. Tangan besarnya membelai lembut rambut panjang Dwi untuk menenangkan istrinya."Asal kamu tahu, Dwi. Mas nggak bohong soal putus dari Lena. Bahkan sebelum malam ke tujuh tahlilan alm

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part41

    Dimas begitu terpukul mendengar penolakan dari istrinya. Namun demi menunjukkan rasa sayang dan ketulusan hatinya, Dimas mengalah. Dia tak mau lagi bersikap kasar dan memaksa wanita itu. Dia akan menunggu sampai Dwi benar-benar siap."Mas akan menunggu kamu, Dwi. Mas juga akan buktikan kalau Mas tidak main-main dengan ucapan Mas."Dengan membawa rasa kecewa, Dimas keluar dan meninggalkan istrinya untuk menenangkan diri.Dwi langsung bergerak dan mengunci pintu. Lalu menjatuhkan diri, duduk bersandar di balik pintu. Dia menangis sambil memeluk lututnya sendiri. Dia tak menyangka, ciuman pertamanya telah dimiliki Dimas malam ini.*Di ruangan terpisah, Lena duduk bersandar dalam dekapan seseorang di sofa apartemen milik seorang pria. Pakaian yang sebagian terbuka menunjukkan bahwa keduanya baru saja melakukan pertempuran yang luar biasa."Kamu bahagia sekarang, kan, Sayang?" Pria itu mengecup ceruk leher Lena dengan lembut."Tentu saja, Rangga. Aku senang kok, bisa sama kamu seperti ini

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 42

    "Hentikan itu, Len! Jangan lagi mengungkit masa lalu. Ini terakhir kali kamu ke sini. Kalau tidak ingin dipermalukan karena diusir oleh sekuriti, jangan pernah lagi menginjakkan kaki ke tempat ini lagi!" Dimas berucap tegas sembari mendorong tubuh Lena agar menjauh."Masa lalu?" Lena mendecih. "Kamu anggap aku apa? Habis manis sepah dibuang. Kamu harus tanggung jawab dengan bayi yang ada di perutku ini!" Lena tersenyum licik."Apa?" Dimas terperanjat ketika mendengar ucapan wanita itu."Aku hamil. Dan itu anak kamu!"Dimas melotot sembari menelan ludah. "Jangan main-main, Lena. Bagaimana bisa?""Main-main? Kamu nggak ingat apa yang kita lakukan di villa sebulan yang lalu?"Dimas memutar ulang memori di kepalanya. Saat itu Dimas baru saja mendengar kabar yang mengejutkan. Orang tuanya meminta dia untuk menikahi Dwi. Saat itu papanya sudah sakit-sakitan. Lalu meminta Dimas untuk mengabulkan permintaannya agar bisa tenang dan cepat sembuh.Tentu saja Dimas tidak langsung menerima. Apal

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part43

    Dimas merasa tak percaya dengan apa yang dia lihat. Foto saat dirinya bertelanjang dada dan tertidur sambil memeluk Lena. Sungguh dia tidak mengingat peristiwa apa yang terjadi hingga dia harus berada dalam posisi seperti itu."Tidak, Lena. Itu tidak mungkin. Aku tidak pernah melakukan hal serendah itu padamu." Lutut Dimas bergetar, lemas."Tidak mungkin apanya? Kamu lihat sendirikan, wajah kamu begitu lelah karena kehabisan tenaga?" Lena tertawa mengejek."Kamu pasti menjebakku, kan?" Dimas memegang bahu Lena dengan kuat."Jangan beralasan, Dim! Kita melakukannya atas dasar suka sama suka.""Bohong! Kenapa baru sekarang kamu mengatakannya?""Tentu saja karena aku masih percaya sama kamu. Tapi kenyataannya sekarang kamu benar-benar telah mengkhianatiku. Dan sekarang, kamu nggak bisa mengelak lagi. Kamu harus menikahiku.""Tidak. Tidak bisa. Aku sudah menikah.""Aku tidak peduli. Kamu harus ceraikan anak pungut itu dan segera nikahi aku. Aku nggak mau anakku lahir tanpa ayah." "Berhen

Bab terbaru

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 69

    "Kenapa Mama pergi, Sayang? Apa mama masih benci sama Mas?" tanya Dimas ketika melihat ibunya langsung pergi begitu dia baru sampai. Tanpa menyapa apalagi bertanya tentang keadaannya terlebih dahulu."Sudah, Mas. Tidak usah dipikirkan. Ayo kita masuk." Dwi langsung menarik lengan suaminya agar ikut masuk dengannya. "Apa Mas sudah sarapan? Mau Dwi buatin kopi, atau apa?""Sebenarnya belum, sih. Tapi ketika melihat kamu, Mas sudah kenyang.""Ilih, Mas Dimas suka gombal, deh. Jangan-jangan sudah dibuatin sarapan sama Lena tadi, iya kan?" Mengingat nama itu sebenarnya hati Dwi terasa perih, namun nama itu tidak akan bisa dia lupakan begitu saja dari dalam hidupnya."Kok ngomongin dia lagi, sih? Apa Dwi belum bisa percaya seutuhnya sama Mas?""Dwi percaya kok sama Mas. Jika Dwi tidak percaya sama Mas Dimas, untuk apa juga Dwi nyuruh Mas pulang." Dwi meralat kembali ucapannya agar suaminya tidak jadi marah."Eh, suasana rumah kok sepi? Bik Siti kemana?" tanya Dimas begitu menyadari tidak ad

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 68

    "Ibu!" ucap Rangga ketika memasuki ruangan yang ditempati oleh Ratih. Pria itu mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu sembari mengacungkan jari telunjuk ke arah wanita paruh baya itu. Raut wajah wanita yang sedang mengenakan busana serba putih itu seperti tidak asing baginya."Kamu mengenal saya?" tanya Ratih dengan penuh tanda tanya. Seingat wanita paruh baya itu, dia tidak pernah mengenal ataupun melihat pemuda yang sedang berada dihadapannya kini."Oh, iya. Saya ingat sekarang. Bukankah Anda itu adalah Bu Ratih, salah satu donatur tetap di Panti Asuhan 'Sahabat Sejati'?" ucap Rangga penuh dengan keyakinan."Benar itu saya. Saya adalah salah satu pemilik dan pengurus yayasan itu. Kamu siapa? Kenapa kamu tahu tentang yayasan itu?" Ratih balik bertanya pada pemuda yang baru saja memasuki ruangannya itu."Oh, perkenalkan. Nama saya Rangga Adiyasa, saya adalah salah satu anak penghuni Panti Asuhan itu tempo dulu. Senang bisa bertemu dengan anda kembali." Dengan ramah, pemuda yang memilik

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 67

    "Dimas! Dimana kamu? Ayo keluar! Jangan coba-coba sembunyi dariku Dimas!" teriak Lena dari luar sembari menggedor-gedor pintu ruangan yang biasa ditempati oleh Dimas dengan sangat keras. Sudah beberapa hari ini wanita itu datang ke kantor ini untuk mencari keberadaan kekasih hatinya itu dan ingin meminta pertanggung jawaban darinya.Namun sayang, apa yang dia cari tak kunjung ketemu. Bak ditelan bumi, keberadaan Dimas tidak dia ketahui. Yang ada hanya Arya, pemuda yang begitu menyebalkan baginya.Ratih dan Arya yang sedang memeriksa berkas-berkas pekerjaan kantor di dalam ruangan itu sontak terkejut."Siapa itu Arya?" tanya Ratih kepada putra temannya itu."Sepertinya itu suara Lena, Tante.""Kenapa wanita itu bisa bebas berkeliaran di kantor ini?""Dia sudah biasa melakukannya, Tante. Beberapa hari ini saja, dia sudah berkali-kali datang ke sini untuk mencari Dimas.""Kenapa kamu tidak mengusirnya?""Saya sudah mencoba untuk memberinya peringatan, namun wanita itu tidak juga mau meny

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 66

    Dimas dapat merasakan tentang betapa beratnya kerinduan yang dirasakan oleh istri kecilnya itu. Sebab saat ini Dimas juga merasakan hal yang sama. Tapi, dia tidak bisa berbuat banyak dan segera keluar dari masalah yang sedang menderanya. "Kamu yang sabar ya, Sayang. Mas akan segera membuktikan bahwa Mas tidak pernah berhubungan sejauh yang Lena tuduhkan pada Mas. Kamu percaya kan sama Mas?" Hanya kata-kata itu yang dapat Dimas ucapkan untuk meyakinkan istrinya."Dwi percaya sama Mas Dimas."*Sepanjang malam Dwi tidak bisa tidur memikirkan tentang keadaan suaminya. Sebagai istri, seharusnya saat ini Dwi berada di samping suaminya dan melayani segala kebutuhan Dimas. Dalam hati yang paling dalam, Dwi benar-benar merasa bersalah karena telah menuntut Dimas dengan berlebihan dan memberi sebuah beban yang sangat berat dipundak suaminya itu.Karena tidak bisa tidur, Dwi memutuskan untuk membuat sarapan untuk ibu mertuanya. Dwi harus mencari perhatian dari ibu suaminya itu agar tetap bersi

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 65

    "Kamu mengenalku?" tanya Dimas heran.Pria yang ada dihadapannya itu tersenyum sinis sembari membuang muka, seperti tak ingin melihat wajah Dimas."Tentu saja aku mengenalmu. Kamu orang yang telah merebut Lena dariku, bukan?"Sontak Dimas terkejut dengan pernyataan pria itu. Dimas merasa khawatir jika akan terjadi selisih paham diantara mereka. Kemudian dia melirik Arya yang berada disampingnya. Dimas curiga bahwa Arya sengaja melakukan semua ini untuk menjebaknya. Agar pria yang tidak dia kenali ini salah sangka dan menghajarnya.'Licik sekali kamu, Arya!' gumam Dimas dalam hati."Tenang saja, Bro. Aku tidak akan berbuat macam-macam terhadapmu. Justru dengan kedatanganmu kesini, akan menguntungkan buatku. Bukankah begitu kawan?" ucap pria itu menatap kearah Arya.Arya tersenyum sembari mengangguk. Membenarkan semua ucapan pria yang bernama Rangga tersebut."Apa maksud kalian?" tanya Dimas semakin tak mengerti. Menatap Arya dan Rangga secara bergantian."Oh, perkenalkan! Saya Rangga,

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part64

    Dwi yang melihat itu menjadi tak enak hati. Lalu semakin mengeratkan diri dalam pelukan suaminya itu."Dwi cuma bercanda, Sayang. Dwi ke sini sengaja mau ngasi kejutan buat Mas Dimas. Dwi kangen banget sama Mas Dimas," ucap Dwi dengan sangat manja.Hati Dimas terenyuh mendengarnya. Suara manja Dwi membuat wanita itu terlihat begitu menggemaskan."Oh, gitu. Sengaja mau bikin Mas marah, gitu?""Dih. Emang kalau Mas Dimas marah gimana?""Mmm... nantangin, ya?""Emang mau ngapain?"Dimas tersenyum nakal, lalu menarik hidung mancung Dwi dengan gemas."Mas mau ngasi kamu hukuman sampai sore." Dimas langsung menarik tubuh Dwi dan merebahkannya di atas ranjang."Ish, Mas Dimas nakal." Dwi menjerit kecil.Dimas tak peduli, lalu terus mencumbu istrinya dengan semangat."Awas kelewatan, ya. Tepati janji Mas.""Berisik! Pokoknya hukuman kamu sampai sore!"*Sore harinya Dimas dan Dwi turun dari kamar. Setelah menghabiskan waktu seharian, Dwi akhirnya harus pulang. Dimas punya sesuatu untuk dikerj

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 63

    Dimas terkejut saat mendengar suara yang begitu dia kenal. Merasa tak percaya, pria itu langsung menoleh, lalu berdiri saat mendapati istrinya telah berdiri di sampingnya."Sayang? Kamu di sini?" Dimas menyentuh pundak Dwi. Merasa khawatir, sekaligus senang dengan kehadiran sosok yang begitu dia nantikan.Sementara seseorang yang masih duduk di hadapan mereka memandang keduanya dengan perasaan sedih mendengar ucapan sayang dan juga perhatian yang ditunjukkan Dimas pada istrinya.Ada rasa amarah dan juga cemburu di hati orang itu. Namun tak ada lagi yang bisa dia lakukan selain mengikhlaskan agar orang-orang yang dia sayang merasa bahagia."Mas Arya ngapain di sini?" Dwi memandang sahabat, yang belakangan sedang menjadi musuh suaminya.Hal itu membuat Dwi merasa khawatir atas pertemuan mereka. Takut kalau keduanya akan kembali bertengkar dan membuat keributan. Dwi takut pertemuan mereka akan menarik perhatian semua orang.Arya tersenyum kaku, lalu bangkit dan menyapa Dwi."Mas ada perl

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part62

    "Lancang kamu! Tidak punya sopan santun. Seenaknya saja datang dan menuduh saya yang bukan-bukan. Saya tidak akan sudi punya menantu seperti kamu." Mamanya Dimas yang semula mulai luluh dan meminta Dimas bertanggung jawab, kini harus mengurungkan niatnya.Wanita yang selama ini menjadi kekasih anak laki-lakinya itu telah menunjukkan sifat aslinya. Pagi-pagi sekali Lena datang dengan keadaan kacau balau. Bau alkohol dan asap rokok bercampur dan masih bisa tercium oleh siapa pun yang berada dekat dengannya.Sejak tadi malam, Lena memang tidak pulang ke rumahnya. Tentu saja Rangga yang sedang dimabuk cinta tak mungkin begitu saja melepaskannya. Mantan narapidana itu membawanya menginap di apartemen. Tentu saja untuk melayaninya sepanjang malam.Dwi hanya terdiam melihat Lena berteriak-teriak memanggil nama Dimas. Bahkan dia sempat memaki Dwi karena telah merebut Dimas dari dia. Tapi tentu saja mertuanya selalu pasang badan untuk membelanya. Hingga wanita paruh baya itu harus memanggil m

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part61

    Dimas terbangun dari ranjang hotel saat mendengar bunyi panggilan masuk dari ponselnya. Dimas langsung tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar yang sedang menyala itu. Nama seseorang sedang melakukan panggilan video dari aplikasi whatsapp."Pagi, Sayang." Dimas menyapa dengan suara serak khas bangun tidur."Ish, ini udah siang, tau!" Suara Dwi berdecak manja dari seberang sana.Dimas melirik ke arah jam beker di atas nakas. Lalu tertawa kecil saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Hari sudah hampir siang."Iya, iya. Mas kesiangan." Dimas menggaruk rambutnya yang masih acak-acakan."Emang tadi malam tidur jam berapa? Begadang sama siapa?""Nggak ada, Sayang. Mas tidurnya larut karena kepikiran terus sama kamu.""Gombal!"Dimas kembali tertawa."Keenakan ya, mentang-mentang sekarang udah nggak kerja lagi," rajuk Dwi. "Bebas. Nggak perlu lagi bangun pagi.""Eh, kan cuma sementara, Sayang. Kalau nanti Mas ke kantor__.""Barusan Lena datang nyariin Mas!" Bibir D

DMCA.com Protection Status