Tara bahkan tidak mengatakan pada Anton jika foto anak laki-laki itu adalah dirinya. Tapi sesampainya di rumah Tara kembali iseng untuk ikut mencari kembali berita viral tersebut karena diam-diam dia juga mulai penasaran.
Tara memperhatikan baik-baik foto dirinya dan Mina yang bersumber dari sebuah akun instagram milik seorang wanita. Wanita yang cantik, bahkan terlalu cantik dan glamor tentunya. Tara sempat melihat beberapa postingan lainnya dan rasanya semakin mustahil ada wanita seperti itu mencarinya. Tapi anak-anak di foto itu memang benar dirinya. Lantas dari mana dia bisa mendapatkan foto lama tersebut. Bahkan sampai sekarang Tara sendiri tetap tidak ingat pernah memiliki foto itu.
Tara kemudian juga membaca beberapa berita mengenai wanita cantik yang ternyata bernama Jemy. Sepertinya beritanya memang sangat viral dan
"Maaf sebaiknya aku berpakaian dulu."Tara sudah menghampiri Jemy dan merasa malu karena Jemy benar-benar sosok yang jauh melampaui ekspektasinya. Cantik dalam arti yang menyenangkan. Dia langsung menyambut Tara dengan senyum akrab tanpa sekat kesenjangan sama sekali. Dari sekilas melihatnya saja Tara sudah bisa menilai jika wanita itu memiliki pribadi yang penuh semangat dan supel. Bahkan sama sekali tidak masalah ketika sepatu mahalnya tertancap di pasir ketika ikut buru-buru menghampiri Tara dan menjabat tangan pemuda itu dengan senyum dan genggaman yang mantap."Tunggu saja di sini akau tidak akan lama." Tara buru-buru pergi untuk berpakaian sekalian menitipkan papan selancarnya pada Anton."Siapa lagi itu? " tanya Anton penasaran.
Tara tidak menyangka jika foto-foto pertemuannya dengan Jemy kemarin tiba-tiba sudah beredar di banyak media online. Baru kali ini Tara melihat dirinya sedang dibahas di sebuah media apalagi akun gosip. Itu pun Tara baru tahu dari Aldi yang mengirim screenshot berita yang dia temukan pagi ini. Sekilas melihat judul beritanya saja Tara jadi mual.Jika dilihat dari berbagai angel foto yang diambil diam-diam itu, Tara yakin jika Jemy juga tidak tahu bila dirinya sedang diikuti. Seharusnya Tara sadar jika wanita seperti Jemy pasti akan sangat menarik perhatian. Tara benar-benar masih geli untuk sekedar membaca judul beritanya sendiri sampa ia lempar begitu saja ponselnya ke atas kasur.Tara belum sempat mandi ketika Jemy tiba-tiba sudah menelpon dan minta maaf. Tara paham jika Jemy khawatir dirinya akan marah.
"Walau sekarang rumah Tara sudah merupakan rumah permanen tapi memang belum sempurna selesai walaupun sudah bertahu-tahun. Sebenarnya Tara tidak pernah malu dengan kondisi keluarganya dia hanya khawatir Jemy tidak biasa melihat rumah kampung seperti ini. Bahkan melihat Jemy masuk kedalam rumah mereka saja rasanya sudah sangat tidak cocok apa lagi dengan ekspresi keheranan ibu dan adiknya Mina."Maaf seperti inilah tempat tinggal kami."Jemy hanya tersenyum tidak masalah sampai Tara memperkenalkan pada ibu dan adik perempuannya. Tara tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Jemy ketika akhirnya melihat kondisi Mina. Meski banyak yang bersimpati melihat kondisi Mina tapi nyatanya orang-orang cenderung menjauhinya walaupun bisu dan lumpuh bukan penyakit menular. Selama ini cuma Tara yang tetap menganggap Mina sempurna tidak perduli bagaimanap
Setelah sekian lama baru kali ini Tara kembali melangkahkan kaki di dermaga. Hari masih pagi dan beberapa kapal besar mulai merapat menurunkan tangkapan yang sedang ramai hingga para penimbang juga terlihat kerepotan menangani antrian. Tara jadi ingat ketika dirinya dulu juga duduk di samping timbangan seperti itu. Musim ikan seperti ini adalah berkah untuk semua orang yang hidup di dermaga.Tara memperhatikan kapal-kapal besar yang baru merapat. Sebagian besar masih tetap merupakan milik Haji Sofyan yang sepertinya memang semakin kaya raya. Tara juga mendengar jika sekarang Haji Sofyan memiliki dua pabrik pengalengan ikan. Nama Larisa selalu tertulis di masing-masing sisi lambung kapal layaknya nama keberuntungan bagi semua bisnis ayahnya. Tara segera berpaling bukan karena takut memikirkan wanita itu. Tara hanya tidak mau menjadi pendendam cuma karena kemarahannya sendiri&n
Tara sudah kembali bekerja di pantai ketika Jemy menghampirinya."Kupikir kau sudah kembali ke LA." Nampaknya Tara memang terkejut dengan kemunculan Jemy yang agak ajaib setelah kemarin berpamitan untuk segera pulang."Apa bisa kita bicara sebentar.""Tentu."Tara mengajak Jemy ke kafe tempat mereka bicara tempo hari. Jemy cuma memesan minuman karena dia bilang tidak akan lama."Maaf kemarin aku belum sempat menemui saudariku, dan lupa memberitahumu.""Tidak masalah." Tara menyandarkan punggung ke sandaran kursi sambil mengetukkan ujung jari di tepi meja ketika melihat sepintas jejak kebiruan di sisi leher Jemy yang masih terlihat meskipun dia sudah coba mengenakan pakaian berkrah tinggi."Jadi kau masih berada di Bali seminggu ini?" tanya Tara terdengar tenang meski sebenarnya dia juga sedang sangat penasaran dengan siapa wanita it
Tara mendapat berita dari pamannya jika ibunya baru saja terpeleset jatuh di dekat sumur. Dengan panik Tara segera mencari tiket penerbangan tapi sudah terlambat karena memang cuma ada dua penerbangan dalam sehari, besok pagi baru akan ada penerbangan lagi. Terpaksa Tara pulang dengan mengunakan feri dan bermotor seperti biasanya. Karena bermotor memang lebih cepat sebab juga tidak ada akses angkutan umum yang sampai ke kampungnya kecuali dia harus menyewa taksi gelap. Sebagian besar orang dari kampungnya juga sudah biasa bermotor untuk pergi ke Bali, tapi tetap saja berkendara di tengah malam hingga hampir menjelang pagi memang baru kali ini Tara lakukan.Walau sudah memakai jaket tebal dan sarung tangan tetap saja tangan Tara serasa kebas untuk mencengkram stang motornya. Dua jam perjalanan dari Denpasar ke penyebrangan feri dan dua jam lagi untuk sampai ke rumah Tara. Tara sampai tepat menjelang subuh itu pun setelah dia tidak berhenti sama
"Bagaimana kau bisa sampai kemari?" tanya Tara yang masih sulit percaya Jemy bisa datang sendiri kerumahnya. "Aku mencarimu karena kau sama sekali tidak mau mengangkat teleponku." "Oh , maaf." Tara benar-benar tidak menyangka dan tidak habis pikir jika wanita itu akan nekat datang sendiri jauh-jauh ke mari hanya karena perkara sesepele itu. "Kau sendirian ?" Tara semakin heran karena memang tidak ada siapapun yang nampak bersamanya. Tara segera mempersilahkan Jemy masuk. "Di mana yang lain?" "Ibu beristirahat di kamar, Mina masih kutitipkan pada saudara." "Apa yang terjadi?"
"Kau mau kemana?" tanya Jemy begitu melihat Tara memakai helm dan meraih kunci motor dari atas meja."Aku mau keluar sebentar untuk membeli susu dan sereal untuk ibu.""Boleh aku ikut?""Aku naik motor.""Tidak apa-apa aku bisa berpegangan jok motor jika kau tidak mau aku memegangmu.""Jangan konyol!" tepis Tara meski ia tahu Jemy hanya bercanda, tapi jujur saja Tara masih belum seratus persen dapat beradaptasi dengan wanita itu setelah semalam."Jadi aku boleh ikut?""Aku tidak punya helm lagi.""Kulihat banyak yang naik motor tanpa helm," protes Jemy yang memang melihat orang lalu lalang di kampung tanpa helm saat bermotor."Baiklah, pakai saja ini!" Tara memberikan helm teropongnya untuk Jemy."Maksudnya kau justru tidak pakai? ""Sudah pakai saja