"Ayo, masuk!"ajak wanita tersebut sambil membuka pintu. Sesampai di dalam, Dokter Pamela segera menghidupkan AC. "Biar otak gak ngebul."Rendi yang duduk berbatas meja kerja dengan Dokter Pamela hanya bisa tersenyum, meski terkesan dipaksakan. Wanita ini duduk menghadap Rendi dengan tersenyum tipis. "Apa itu?""Sebentar, Nyonya,"balas Rendi lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas selempang. Beberapa saat pria ini membuka menu dalam ponsel lalu menyodorkan layar ke arah Dokter Pamela. "Ini Dokter.""Ini kan Tuan Dylan. Maksudnya apa?"tanya Dokter Pamela sambil memandang wajah pada layar datar. "Ini foto dari mana?""Dari Diana." Jawaban Rendi seketika membuat Dokter Pamela kaget."Dia dapat dari mana?"tanya Dokter Pamela semakin heran. Rendi tersenyum tipis lalu pria ini menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan kembali lewat mulut."Diana bilang suaminya telah datang dan ini suami dia,"jawab Rendi."Saya liat Diana ini ada gangguan jiwa. Bisa jadi dia sedang berhalusinasi,"sahut Dok
Apakah dia akan jadi pelakor dalam rumah tangga Dylan dengan Diana?Apakah mereka beneran jadi pasangan suami istri?Ia tidak pernah mau angkat telepon dari Dylan, setelah diberitahu oleh Rendi dan Dokter Pamela tentang pernikahan pria itu. Alena masih teringat dengan pesan terakhir Dylan.[Ini adalah pernikahan siri dan aku akan ceraikan Diana setelah jiwanya stabil. Aku lakukan demi nyawa Mama. Kita akan selalu menikah setelah itu.]Alena hanya membalas singkat. [Aku ingin sendiri.]Setelah itu beberapa kali telepon maupun pesan dari Dylan tidak dihiraukan lagi. Cukup baginya rasa sakit yang tertoreh. Tok! Tok! Tok!"Dokter Adista, keluarlah!"Lamunan Alena seketika buyar demi mendengar seseorang memanggil nama tersebut. Hanya orang-orang tertentu yang tahu nama pemberian orang tua angkatnya itu.Tok! Tok! Tok!Dokter Adista, buka pintu!" Terdengar lagi teriakan seorang wanita.Alena bangkit lalu berjalan menuju pintu. Begitu ia membuka pintu, wanita itu menatapnya tajam. "Dasar p
"Nak, Bapak mendengar langsung seorang dokter bicara ke orang yang mengaku istri Tuan Dylan. Padahal bekas majikan kamu itu pernah ke rumah untuk meminta restu. Dia berniat meminang kamu. Bagaimana mungkin?"tanya Pak Hidayat dengan ekspresi sedih."Bapak sedang berobat?""Iya, Nak. Bapak diantar Ibu sedang kontrol. Kebetulan dilayani oleh Dokter Vira. Kebetulan ada wanita mencari keberadaan Tuan Dylan ke Dokter Vira,"urai Bu Hidayat. Tentu saja ucapan kedua orang tua angkat ini membuat Elena berpikir keras.Ada hubungan apa antara Dokter Vira--dulu sesama perawat--dengan Diana. Elena bisa pastikan itu sebuah persekongkolan. Elena jadi semakin penasaran dengan kabar yang dibawa oleh kedua orang kesayangan tersebut."Bapak dan Ibu dengar Dokter Vira ngomong apa?"tanya Elena."Bapak kamu yang dengar. Ibu menunggu di luar," jelas Bu Hidayat sambil duduk. Elena menyimak omongan ibunya dengan saksama sambil berpikir tentang segala kemungkinan."Nama wanita itu Diana?"tanya Elena kemudian."
"Tempat ini sungguh tidak pantas bagimu, Adista. Sudah seharusnya kamu sadar diri dengan status keluarga kamu. Sok banget ingin bikin Diana menderita di rumah sakit jiwa. Lihatlah sekarang! Hidup Diana gak akan bisa kamu atur sesuka hati bertameng demi kesehatan."Ucapan Vira bernada sangat tajam, menyiratkan penghinan atas kehadiran Alena dengan orang tua asuhnya. Dia khawatir kehadiran Alena akan merusak citra pesta yang begitu terhormat.Diana bahkan menambahkan dengan tudingan yang pedas. "Aku paham akan keadaan ekonomi kamu. Gak sepantasnya kau cari kesempatan mencuri perhiasan keluarga Albert Binar. Setelah mencuri dengan enaknya kabur."Kedua mata Diana menyelidiki dengan tajam perhiasan yang dipakai Alena. Wanita dengan pandangan masih belum bisa fokus ini mau melanjutkan kata-kata kembali. Namun, sebelum Diana melanjutkan ucapan, Alena secara mengejutkan telah mengempaskan kasar tangan Diana yang hendak meraih kalung Alena. "Jangan pernah menyentuhku!"seru Alena dengan panda
Konflik antara ketiga wanita semakin memanas. Pesta yang seharusnya sebagai sebuah ajang kegembiraan, justru berubah menjadi sebuah pertarungan ego dan flexing harta masing-masing.“Terserah kalian! Mau percaya apa kaga? Aku harap kalian tidak jadi bertambah gila karena ini," ucap Alena yang mengakhiri pertikaian dengan menjentikkan dua jari di depan mic yang sedang dipegang oleh MC acara.Layar besar di dinding segera menyala. Dalam tampilan layar tersebut muncul panorama keindahan hotel. Objek beralih menuju bagian depan hotel hingga rooftop. Tayangan layaknya film dokumenter. Semua hal tentang hotel diliput secara detail.Akhirnya, beralih ke semua jajaran manajemen hotel termasuk karyawan honorer. Detik-detik akhir film menayangkan pemilik beserta seluruh anggota keluarga. Tampak Tuan Syailendra Wijaksana beserta istri dan anak semata wayang mereka. Rekaman keluarga ini diambil berpuluh tahun yang lalu.Seorang gadis kecil berusia dua tahun dalam tayangan yang merupakan ahli waris
"Bapak kok gak bilang aku, kalo diberi kaki palsu sama Tuan Dylan? Gimana, sih? Bapak dan Ibu perlu tahu, dia itu suami dari Nona Diana. Apa kalian suka, kalo aku dicap pelakor?" Alena tampak sangat kecewa mendengar ucapan bapak angkatnya."Bapak minta maaf, Nak. Sungguh gak kepikiran sampai ke sana. Tuan Dylan sering ke rumah sejak kamu berhenti kerja. Gak tahu, kalo beliau telah menikah dengan Nona Diana. Sebaiknya Bapak balikkan saja kalo gitu.""Ibu setuju, Pak. Lebih baik dikasihkan kembali dan kita ngomong apa adanya, biar Tuan Dylan gak tersinggung. Kalo memang suami Nona Diana, kenapa tadi gak ikut hadir di hotel?"tanya Bu Hidayat dengan nada heran."Bisa jadi Tuan Dylan sedang ada pesanan khusus yang harus ditangani. Beliau itu super chef paling terkenal di kota ini," jelas Alena dengan pandangan fokus ke depan.Ketiga orang dalam mobil tidak tahu bahwa pria yang mereka bicarakan berada beberapa di belakang mereka. Dia sengaja mengikuti mobil Alena. Dylan merutuki dirinya yan
Alena tersipu malu mendengar pujian tersebut. Dylan menutup pintu lalu menuju kursi kemudi. "Pasang ini, biar aman." Dylan meraih seat belt dan memasangkannya.Alena menahan napas saat wajah mereka begitu dekat. Sampai embusan napas hangat Dylan menerpa wajah Alena. Tanpa diduga pria ini mendaratkan kecupan yang begitu dalam ke bibir Alena. Kedua insan benar-benar menikmati rasa rindu yang tersalurkan.Alena membuka bıbırnya. Dylan melumat bıbır wanita ini lembut dan mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulut Alexa. Dokter cantik mendesah sexy dan mendorong leher si pria agar memperdalam ciumannya.Pagutan mesra mereka berlangsung lama dan semakin memanas. Dylan menurunkan ciumannya ke leher Alena. Wanita ini memejamkan matanya, merasakan sensasi rasa yang diberikan Dylan. Pria ini mendorong Alena ke sandaran mobil. Dia menciumi wanita itu dengan penuh gairah.Alena semakin larut dalam alur permainan liar lalu menyebutkan nama Dylan dengan lembut. Hal tersebut membuat Dylan menegang te
"Tapi, Vira, ada yang lapor ke polisi. Orang ini bawa bukti rekaman CCTV dan juga rekam jejak medis. Gimana, dong?""Coba tanya ke dia langsung! Gue pikir, bukan dia yang bikin laporan. Apa mungkin Dokter Pamela yang lapor polisi?""Vira, gimana kalo kita bertiga diskusikan soal ini. Gue kaga mau kehilangan suami kedua kalinya. Apa pun yang terjadi, gue kaga mau pisah sama Dylan.""Ya, gue paham. Dylan memang cinta sejati lu. Buruan lu siap-siap! Gue jemput lu sekarang." Suara Vira terdengar tenang. Wanita ini memang sudah ahli dalam bermain peran.Diana segera mempersiapkan diri. Setelah itu dia cekatan menelepon Vira. Wanita ini punya rencana lain. Dia meraih ponsel dari atas nakas. Tak butuh waktu lama, panggilan telah dijawab Vira."Lu udah siap?"tanya Vira dari ujung telepon."Gue mau telepon Dylan dulu. Jangan sampai dia cariin gue," balas Diana dengan percaya diri. Dia membayangkan Dylan yang selalu khawatir akan keadaan dirinya. Diana tersenyum."Ya, sudah. Begitu lu udah siap