Susah ya matinya
“Benar.” Dean mengakuinya karena memang tepat.“Karena itulah kami ingin memperbaiki keadaan itu. Bukan membela yang terlalu buruk, tapi memperbaiki yang masih bisa diselamatkan. Syarat adanya sesi konseling ini tentu termasuk derajat keburukannya seperti apa. Tidak disarankan untuk kekerasan yang sudah termasuk kriminal berat yang kau sebutkan tadi. Dan tentu saja kami juga mencakup kekerasan yang terjadi pada pria. Ini sering dilupakan, tapi pria sangat bisa dan ada yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. ”Napas Monroe masih cukup lega, dan serangan balasannya cukup kuat karena mencoba mengambil hati pihak yang sejak tadi belum tersebut oleh Dean—yaitu pria. Dean ingin mendecak kesal, tapi yang muncul tentu senyuman, tidak akan mengakui telah terpukul.“Itu amat benar, Randall. Untuk konteks ini, kita berdiri pada sisi yang sama.” Dean memilih mengaku dan menumpang. Setidaknya ia tidak terlihat amat ‘mengabaikan’ pria.“Senang mendengar itu. Menjaga keutuhan keluarga mema
Suara Carol mengalun—terdengar merdu untuk Dean, apalagi sangat penuh dengan penghayatan. Ratu drama yang bahkan bisa terdengar sangat meyakinkan dari suara saja.Seisi studio itu langsung diam. Bahkan ada kameramen yang menjengukkan kepala untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri, karena tidak puas melihat hasil rekaman dari layar. Terutama untuk memandang wajah pucat Monroe yang terlihat seperti baru ditampar—atau ditendang—boleh apa saja, yang pasti menyakitkan.[Namanya—-Dia sekarang sudah menikah dan saya harap hidupnya bahagia, tapi sebelumnya ia mengalami kejadian mengerikan akibat Sir Monroe]Dean meminta Brad menyensor penyebutan nama Mae tentu. Ia tidak akan mengumumkannya pada satu dunia. Ini juga tidak akan dianggap aneh. Secara umum, sebagai korban tentu saja identitasnya harus dilindungi.[Saat pertama kali mendekat—, Sir Monroe merayu dan menyebut kalau— sangat mirip dengan istrinya yang sudah meninggal. Ia berjanji akan memperlakukannya dengan penuh cinta. Tapi yang
Mae masih menatap ke arah layar televisi, meski tayangan sudah berganti sekitar sepuluh menit yang lalu.Acara perdebatan yang disiarkan langsung tadi berakhir dengan kegugupan canggung saat Bryan menutup dengan ucapan terima kasih. Stasiun televisi itu kini menayangkan berita, yang merupakan rangkuman apa yang terjadi saat perdebatan tadi.Sudah jelas mereka bekerja dengan tergesa, karena yang ditayangkan hanyalah potongan dari perdebatan tadi, sementara pembaca beritanya berulang kali hanya mengucapkan ‘tidak tahu apa yang terjadi’, dan ‘belum mendapat kabar tentang situasi terbaru.’Mereka hanya ingin mendapat alasan untuk menayangkan potongan aneka adegan seru yang terjadi, padahal sebenarnya belum ada informasi tambahan yang ingin disampaikan pada penonton.“Mary?” Ash memanggil dengan lembut, sambil mengusap punggung tangan Mae.Tangan yang sejak tadi menggenggam erat sampai tangan kiri Ash mati rasa sekarang. Saat Dean menayangkan suara Carol terutama, Mae mencengkram tangan Ash
“Sleeping.” (Tidur)Ash menjawab dalam bisikan saat Dean bertanya dengan pandangan matanya. Ia perlu bertanya karena Mae masih berbaring di paha Dean. Pemandangan yang boleh saja terjadi, tapi tentu tidak normal.“Sudah berapa lama?” Dean bertanya dalam bisikan juga.“Mmm… Empat jam.” Ash tidak amat menghitung, jadi perlu memeriksa ponselnya untuk tahu.“Kakimu baik-baik saja?” Dean jelas membelalak, heran Ash bisa bertahan dalam posisi itu selama empat jam.“Tidak ada rasanya.” Ash menggeleng. Kakinya sudah mati rasa entah sejak kapan.Dean menggelengkan kepala dan tertawa pelan. Tidak lagi akan berkomentar atas kegilaan anaknya pada Mae.“Bagaimana?” tanya Ash, tentu bertanya kelanjutan yang tidak ditampilkan televisi.“Hell broke loose.” (Neraka lepas kontrol—idiom yang berarti keadaan tidak terkontrol/kacau karena suatu kejadian)Dean mengucap hal buruk, tapi bibirnya tersenyum. Tujuannya memang membuat kekacauan.“Apa kau akan terpengaruh?” tanya Ash.Dean langsung tersentak denga
“Apa kau sudah menyiapkannya?” tanya Monroe, begitu melihat penampakan Stewart. Ia yang akan menjadi pengacaranya selama kasus ini.Ini pertemuan kedua mereka setelah Stewart mendampinginya saat interogasi pertama beberapa hari lalu.Suasananya sudah jauh berbeda. Kemarin Monroe masih memakai jas dan terlihat beberapa polisi masih memperlakukannya dengan segan. Tapi kini Monroe sudah memakai seragam jumpsuit orange yang mencolok dengan nomor. Tidak ada juga yang menyediakan minuman dan lainnya di dalam ruang penjengukan penjara itu.Rambut Monroe yang menipis di bagian kepala kini menampakkan kebotakan. Biasanya Monroe akan menyempatkan waktu untuk melakukan perawatan untuk memperlambat kebotakannya. Tapi dengan perkembangan yang ada, kemungkinan dua bulan lagi rambut bagian atasnya akan habis—karena stress.“Sudah, tapi saya merasa ini bukan ide bagus.” Stewart menggeleng tidak setuju.“Lalu apa cara yang kau punya? Membuatku gila? Kau pikir juri akan percaya!” bentak Monroe.Membuat
“Kami akan mengerti seandainya Anda tidak bisa menjelaskan. Cukup katakan saja iya atau tidak.”Stone tersenyum saat Mae terlihat meremas tangannya. Meski tadi mereka bersikap tidak saling mengenal, tapi keramahan Stone tetap sama tentu. Anak buah yang mendampinginya juga terlihat sabar meski beberapa kali Mae kesulitan menjawab. Antara diam atau menggeleng.“Ya.” Mae sebenarnya juga tahu kalau ia harus menjawab sejelas mungkin agar Monroe mendapat tuntutan yang setimpal, tapi sulit sekali membiasakan diri untuk mengingat apa yang dilakukan Monroe.“Apa Anda tahu kalau sebenarnya status pernikahan Anda tidak pernah resmi?” tanya Stone, melanjutkan pertanyaan selanjutnya saat melihat tangan Mae lebih rileks.Tapi pertanyaan itu malah membawa ketegangan baru, karena Mae tidak tahu sama sekali. “Itu—bagaimana bisa?” tanya Mae dengan mata membulat sempurna. Ia merasa menikah dengan Monroe tentu. Meski sederhana ada pesta dan lainnya.“Kemungkinan untuk menipu Anda saja. Randall Monroe ingi
“Anda memang tidak pernah mengecewakan. Itu juga kesimpulan saya.” Stone mengangguk berkali-kali dengan puas.“Kalau setiap kali ia tinggal di suatu tempat, lalu kebetulan di tempat itu ada korban wanita, maka polanya akan terbaca. Orang akan curiga.” Ash melanjutkan pemahamannya.“Benar. Dan kalau korban yang lain keadaannya seburuk Mrs. Cooper, bisa dipastikan mereka memilih diam.” Stone tampak prihatin. Membayangkan ada banyak wanita—entah berapa banyak—korban dari Monroe yang tidak mendapat bantuan ‘selengkap’ Mae, rasanya menyedihkan.“Perilaku abusive seperti Randall Monroe, biasanya ada karena candu. Mereka menyukai rasa kemenangan atas orang lain berkuasa atas sesuatu, tidak akan bisa dilepaskan dengan mudah. Karena Monroe tidak pernah menikah secara resmi dengan siapapun—itu berarti ia melampiaskan kebiasaannya itu dengan cara seperti yang dilakukannya pada Mrs. Cooper. Hubungan singkat sampai wanita itu—”Stone tidak melanjutkan karena Ash terlihat meremas kedua tangannya.
“Ini, Sir.” Ash menyerahkan dokumen yang sudah lengkap—perizinan pernikahan—kepada Parker. Sudah beberapa lama siap, tapi baru kali ini Ash bisa menyerahkan. Terlalu sibuk dengan segala perkara yang terjadi.Parker mengangguk, dan memeriksa sekilas. “Dismis.”Begitu saja, Parker menyuruhnya keluar. Tidak salah, hanya mengherankan, karena terlalu pendek. Ash biasanya menghabiskan waktu minimal lima menit sebelum bisa keluar setiap kali bertemu Parker. Satu menit untuk menyampaikan laporan atau urusan, sisa yang lain biasanya dipakai Parker untuk mengeluh, berdiskusi, atau sekadar mengobrol tidak penting.Ash biasanya akan mengeluh dalam hati setiap kali Parker menemukan ada saja alasan untuk menahan kepergiannya, tapi saat tidak ada alasan, Ash malah merasa janggal. Bukan kehilangan, tapi rasa kalau ada sesatu yang salah.“Maaf, Sir. Apa ada masalah?” Ash tidak akan ikut campur kalau masalah pribadi, tapi Parker juga jarang bercerita tentang masalah pribadi yang berat. Paling hanya tri