Share

Bab 42

Aku menatap pusara itu. Benar yang Mas Laksa katakan. Sepertinya ini memang makam bayi naas itu. Namun, aku tak sampai hati minta Mas Laksa mengusut kasus ini. Tak enak sendiri sudah menghadirkan banyak masalah ke dalam kehidupannya.

Akhirnya setelah memastikan itu, kami segera pulang. Pikiranku masih saling bertali dan bertanya. Rasa penasaranku terus-terusan memenuhi kepala. Nanti saja, aku coba hubungi nomor Mas Iwan. Aku masih menyimpannya. Aku hanya ingin bertanya, apakah bayi itu benar-benar meninggal?

***

Tiga hari dari kunjunganku ke pusara yang diduga bayi Mbak Rahma. Kakakku itu sudah diperbolehkan pulang. Aku yang menjemputnya menggunakan mobil online. Tubuhnya kini tampak hanya tulang belulang yang terbungkus kulit. Ceruk matanya dalam, tatapannya kosong dan dia lebih sering menangis dan memanggil-manggil bayinya dan juga Mas Iwan. Sepertinya sebuah sayatan luka yang cukup dalam, benar-benar sudah merenggut kewarasannya. Dia tak membalas apapun pertanyaan maupun sapaan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
mahalnyaa...bab berikutnya
goodnovel comment avatar
Hany Mahanik
Heyhey hey... jangan2 hamil...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status