Part 23b
"Kita bakar aja gimana? Tadi aku bawa bumbu-bumbunya di tas bagian paling depan.""Baiklah, akan aku siapkan, Mas.""Iya, kau tunggu di sini. Aku cari kayu di sebelah sana!"Damay mengangguk. Ia melihat suaminya berjalan memunguti ranting dan dahan pohon yang telah kering.Lelaki itu kembali dengan senyuman sumringahnya. Setelah itu, ia juga membersihkan ikan, sedangkan Damay menyiapkan bumbu-bumbu.Saga menyiapkan api unggun, dan membakar ikan itu dengan alat sederhana. Tidak lama kemudian, aroma ikan bakar yang harum mengisi udara sekitar mereka."Mas, ini enak sekali," puji Damay setelah mencicipi ikan bakar yang mereka buat bersama meski dengan bahan seadanya "Ikan segar dan bumbu yang pas. Kamu memang jago memancing."Saga tersenyum puas. "Semua ini berkat kamu. Tanpa kamu, aku tidak bisa menikmati momen-momen indah seperti ini."Mereka menikmati makan siang di tepi danau, ditemani suaraPart 24a"Dasar dua-duanya menyebalkan!" gerutu Mega."Kamu kenapa ngomel-ngomel sendiri, Mega?" tanya sang ibunda yang baru pulang dari warung."Bu, menurut ibu ada yang aneh gak sih sama suaminya Mbak Damay?""Aneh gimana?""Ya tadi ada dua orang datang ke sini dan panggil dia Bos!""Halah. Gak usah dipikirin, ya iyalah dipanggil Bos, paling dia ketua berandalnya.""Tapi masalahnya bukan itu, Bu, yang datang ke sini itu atasanku di kantor, Pak Tommy."Bu Siti melongo mendengar perkataan putrinya. "Sudah, sudah, mungkin kamu salah dengar. Lebih baik kamu fokus aja deh sama pernikahanmu, gak usah pikirin yang lain!""Iya, iya, ya udah aku berangkat dulu, Bu."***"Damay, bilangin suami kamu, kalau kalian gak bisa nyumbang apa-apa, lebih baik dia gak usah nongol deh di hari pernikahan Mega! Merusak pandangan aja! Nanti orang-orang pada takut lihat suamimu!" tukas ibu saat ada
Part 24b"Mega, udah jam segini, Guntur belum datang juga? Dia gak berusaha kabur kan?" tanya ibunya menambah rasa was-was di hati."Gak mungkin, Bu, Mega udah pastikan kok, Mas Gun pasti datang. Mungkin sedikit terlambat saja. Mega akan kirim pesan lagi, Bu," ujar Mega seraya mengambil ponselnya di atas nakas.Ia kembali menghubungi calon suaminya. Tapi panggilannya itu tak kunjung diangkat.'Astaga, Mas Gun kemana sih? Masa iya dia berniat kabur dari aku?! Kenapa dia gak datang-datang? Kenapa juga panggilanku gak diangkat?' Mega mendumel dalam hati yang dipenuhi rasa cemas.[Mas, kamu udah sampe mana? Kenapa belum datang juga? Sebentar lagi waktu akad nikah kita lho, Mas! Tolong jangan kabur dari aku, Mas! Atau kau akan menyesal!] Ancam Mega dlaam pesan WA-nya.Ia kembali menghubungi Guntur. Kali ini panggilan itu tersambung."Hallo?""Hallo Mas! Astaga, kamu dari mana saja sih? Kenapa baru diangkat?"
Part 25a"Tapi, Mega, itu Pak Banyu! Bos kita!" "Apa??" Mega shock mendengar penuturan suaminya, begitu pula Bu Siti yang ikut mendengarnya juga terlihat shock."Tidak .... itu tidak mungkin ...." lirih mega yang masih terdengar."Tunggu, Nak Gun, maksud Nak Guntur, si Saga itu Bos di tempat kalian kerja?" tanya Bu Siti."Iya, Bu, itu memang Pak Banyu, saya beberapa kali bertemu dan ikut meeting dengannya. Meski dia masuk ke kantor kalau ada hal penting saja.""Tidak, tidak, itu tidak mungkin! Pasti mereka hanya mirip saja!" tukas Bu Siti berusaha menyangkal kenyataannya."Kamu ini jangan ngaco, Nak Guntur! Bukankah orang tuamu itu pemilik perusahaan tempat kalian kerja saat ini? Berarti mereka bosnya 'kan?" tanya Bu Siti lagi dengan tatapan penuh selidik."Eh, ibu kata siapa?""Lho, Mega sendiri yang bilang.""Emmh, tidak, itu semua tidak benar, Bu. Maksudku---""Eheeemmm!!" Saga lan
Part 25bDi kamar mereka yang hangat, Saga dan Damay bersiap untuk tidur. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam, namun mata mereka enggan terpejam. Tirai jendela menghalangi pandangan ke luar, namun suara hujan yang lembut membuat suasana kamar semakin tenang. Di atas ranjang yang nyaman, mereka saling bertukar pandang, merasakan kebersamaan yang begitu akrab."Kenapa belum tidur, hmm?" tanya Saga dengan nada hangat.Damay menggeleng pelan. "Aku cuma bingung, kenapa kamu muncul dengan penampilan seperti ini, Mas?""Kamu tau? Saat ibu melarangku muncul di pernikahan Mega, seharian itu, aku hanya bisa melihatmu dari jauh. Kamu sibuk sekali dan aku gak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu. Makanya aku datang sekalian ingin langsung membawamu pergi dari rumah ini. Aku hanya gak ingin kamu terus-terusan direndahkan cuma gara-gara penampilanku yang seperti berandalan.""Tapi kamu sukses membuat mereka shock!" ujar Damay seraya terta
Part 26Bu Siti menyikut lengan putrinya yang bersikap kekanakan. Mereka masuk ke dalam rumah, Mega makin dibuat kagum dengan desain interiornya yang mewah, elegan dan tak membosankan.“Wah, rumahnya bagus sekali, Mas!” Mega berseru, matanya berbinar-binar. “Aku mau tinggal di sini juga!”Damay dan Saga saling berpandangan, merasa sedikit canggung. "Tapi ini rumah kami. Kamu kan juga sudah punya keluarga sendiri," sahut Saga.Mega menunduk, memandangi lantai marmer yang mengkilap. “Iya, tapi rumah bapak kan tidak sebesar ini. Di sini aku merasa lebih nyaman. Aku ingin tinggal di sini, Mas Saga. Rasanya di rumah kalian lebih menyenangkan. Boleh kan, Mas, Mbak?"“Tidak bisa, Mega!” suara Pak Taryo terdengar tegas. “Kakakmu sudah punya keluarga sendiri. Kamu juga sudah punya keluarga sendiri, Kamu tidak bisa tinggal di sini. Harusnya kamu bisa menghargai perasaan suami dan juga kakakmu."“Tapi, Pak…” Mega mencoba berargume
Part 26bDamay tersenyum. "Aku tahu, hidup sama kamu pasti gak bakal kekurangan uang. Tapi aku juga ingin produktif dan memanfaatkan waktuku sebaik mungkin.""Baiklah, aku hargai keputusanmu. Tapi kamu jangan sampai kelelahan ya.""Terima kasih ya, Mas.""Seperti biasa, aku akan mengantar jemput kamu."Damay mengangguk. "Baik, Mas."Mereka baru saja menyelesaikan makan malamnya. Setelahnya, duduk bersama di ruang TV. Baru kali ini Damay punya waktu untuk bersantai. Di depan televisi 40 inch, ia bolak-balik mengganti channel."Kamu sedang cari channel apa? Pengen nonton apa?""Pengin nonton film horor, Mas, katanya ada film horor baru yang bagus lagi viral.""Apakah kamu yakin, mau nonton film horor? Gak takut?" Damay menggeleng pelan. "Kata temen filmnya seru banget.""Baiklah. Sebenarnya, kalau aku lebih suka film komedi atau aksi." Saga bertanya sembari mengangkat alisnya.
Part 27aSuara kicauan burung mewarnai pagi hari. Damay dan Saga sudah siap beraktivitas seperti biasa lagi. Gara-gara semalam membuat rasa canggung luar biasa diantara mereka."Mau diantar pakai motor atau mobil?" tanya Saga."Motor saja, Mas.""Okey. Udah siap semuanya? Gak ada yang ketinggalan?""Udah siap, Mas, gak ada yang ketinggalan kok.""Ya sudah ayo kita berangkat!"Damay mengangguk. Saga memakaikan helm itu ke istrinya dan tersenyum."Kenapa kamu selalu menunduk begitu?""Eh, aku gak apa-apa, Mas."Saga tertawa kecil. "Gak usah malu-malu begitu. Kamu cantik!" pujinya yang makin membuat Damay makin tersipu."Nanti sore pulang seperti biasa kan?""Iya, Mas, kalau gak ada lembur pulang seperti biasa. Tapi kadang ada lembur dadakan, jadi aku juga gak bisa pastikan.""Hmm, okey. Ya sudah, ayo naik!"Damay naik ke boncengan motornya. "Pegangan
Part 27bNova menepuk dahinya pelan. "Ya elah ini anak, mau dikasih kehidupan enak dan layak kok gak mau! Nih lihat foto Saga yang terbaru!" Nova menunjukkan foto-foto di ponselnya yang menampilkan wajah Saga yang dipotret diam-diam dari jarak tertentu oleh anak buahnya itu."Wow!" Mata Selina membulat melihat foto-foto Saga yang tengah menaiki motornya."Kok fotonya beda, gak seperti yang tante tunjukkin waktu itu? Yang ini terlihat lebih macho dan tampan.""Ini foto terbarunya, Lin."Selina mengangguk. "Ceritakan sedikit tentang Saga dan istrinya itu, Tante. Kenapa mereka bisa menikah, kata Tante mereka kepergok berbuat mesum?""Iya, itu benar.""Apa istrinya Saga sudah hamil?""Hmmm sepertinya sih belum hamil."Selina terdiam sejenak, lalu tiba-tiba tersemyum."Bagaimana kalau Tante pertemukan aku langsung dengan Saga? Tapi jangan sampai ada yang curiga kalau pertemuan dengannya sudah diatur