Share

Dua

Author: Puspita
last update Last Updated: 2022-12-14 17:16:28

"Fif! Afif!" Yulis berseru sambil menuruni anak tangga, dia benar-benar gugup. Beruntung tidak sampai jatuh ketika kakinya tersandung kardus mie. Saking berisiknya hingga membuat pemilik nama yang dipanggilnya mendongak ke arahnya.

"Ada apa, Bude?" Lelaki muda itu mengerutkan keningnya mendengar kegaduhan yang Yulis buat.

"Afif, kamu pulang sekarang. Barusan ibumu telepon, katanya Aufar jatuh," ujar Yulis setelah sampai di depan keponakannya dengan napas masih ngos-ngosan.

Lelaki muda berkacamata itu nampak cemas, kemudian merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih miliknya. Afif berdecak, rupanya ponselnya dalam mode silent, makanya tak mengetahui jika ada panggilan masuk. "Puluhan panggilan dari Ibu. Ya udah aku pulang dulu ya, De. Assalamualaikum ....!" Lelaki berkacamata itu bergegas menuju kendaraan yang terparkir di samping toko. Sementara Yulis mengekor di belakangnya.

"Ati-ati, Fif. Jangan lupa ngabarin bude jika ada sesuatu," pesan Yulis. Wanita pemilik hidung mancung itu sebenernya ingin ikut, tetapi tak bisa karena tak ada yang menjaga toko.

"Ada apa, Bu? Kok Mas Afif buru-buru pulang?" tanya Wina, saat gadis itu hendak mengisi barang-barang yang sudah berkurang di rak.

"Aufar jatuh di kamar mandi, Win," sahut Yulis. "Sepertinya cukup parah, sampai Rindu menelpon," imbuh Yulis yang terlihat khawatir.

"Innalilahi, semoga saja tidak apa-apa ya, Bu. Kasihan," sahut Wina bersimpati. Setelah itu gadis berwajah manis itu kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Iya, Win. Aamiin."

Yulis masih termangu di tempatnya berdiri, sambil mengutak-atik ponselnya. "Mas Bagas kemana sih, sampai sekarang kok gak pulang-pulang?" gumamnya sebelum panggilannya tersambung.

**

Setelah sukses membodohi istrinya, Bagas dan Mira segera meluncur ke klinik yang dituju, setelah sebenarnya sudah memesan nomor antrian melalui telepon.

"Aku takut, Mas." Mira terus saja merengek dan semakin menjadi ketika mobil yang mereka kendarai memasuki bangunan bercat putih tempat praktek seorang dokter kandungan.

"Tenangkan dirimu, Sayang. Kamu jangan khawatir. Setelah menggugurkan kandunganmu, semua akan baik-baik saja. Kamu harus bersabar, ingat tujuan kita hampir sampai, tinggal sedikit lagi. Setelah itu kita akan menikmati hasilnya. Oke?"

Bagas mencium pucuk kepala Mira setelah memberi pengertian padanya. Mira pun luluh, pada dasarnya wanita muda itu memang sangat mencintai Bagas, lelaki yang seharusnya dia hormati layaknya seorang ayah.

Tempat itu sudah cukup ramai ketika Mira dan Bagas datang. Kebanyakan mereka adalah wanita-wanita belia. Mereka tak datang sendiri, ada yang ditemani wanita yang lebih tua, ada yang ditemani seorang lelaki, dan ada juga yang datang dengan beberapa teman sebayanya.

Mira semakin merapatkan dirinya pada Bagas ketika melihat beberapa perawat mendorong beberapa Stretcher yang membawa seorang pasien. Bagas mengusap punggung Mira untuk menenangkan wanita muda tersebut. Kemudian membawanya ke dalam dekapan. Agar Mira tidak semakin panik, Bagas mengajaknya duduk di sudut ruangan. Sambil menyandarkan kepalanya pada pundak Bagas, Mira mengamati satu persatu orang yang ada di tempat itu. Ada yang terlihat takut seperti dirinya, ada yang terlihat gusar dan ada yang terlihat biasa-biasa saja.

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya tiba saatnya giliran Mira yang akan ditangani. Wanita itu sempat ragu dan ingin mengurungkan niatnya. Namun, Bagas segera membujuknya, memberikan dukungan dengan membisikkan kata-kata penyemangat demi hubungan mereka. Mira pun akhirnya luluh juga, dia akhirnya dibawa masuk ke sebuah ruangan.

Bagas hanya bisa menunggu di ruang yang sudah disediakan. Detik berlalu seakan lambat bagi lelaki baya tersebut, berkali-kali dia bangkit kemudian duduk kembali. Dia benar-benar terlihat khawatir.

Situasi saat ini mengingatkan Bagas pada kejadian beberapa tahun silam, ketika usia pernikahannya dengan Yulis baru berjalan sekitar lima tahunan. Penantian yang cukup lama akhirnya datang juga. Kabar gembira itu membuat semua keluarga bersyukur, Yulis hamil di saat hampir putus asa. Kasih sayang pun tumpah ruah untuk istri tercintanya tersebut. Bagas sangat memperhatikan Yulis, tak sekalipun dia meninggalkan wanitanya terlalu lama. Namun, sayang seribu sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Yulis terkena musibah ketika Bagas tidak ada di rumah. Yulis terpeleset di sebuah undakan ketika hendak menjemur pakaian. Perempuan muda itu mengalami pendarahan hebat. Riwayat kandungan lemah yang diderita Yulis membuat kehidupan di rahimnya tak bisa bertahan. Dia harus rela kehilangan calon buah hati sekaligus rahimnya.

Tanpa sadar, mengingat semua itu membuat Bagas berkaca-kaca. Namun, lelaki berusia empat puluh tujuh tahun itu lekas mengusap sudut matanya yang mengembun. Berkali-kali Bagas menghela napasnya untuk menghilangkan bayangan masa lalu Yulis. Bagas menghirup udara sebanyak yang dia mampu, kemudian menghembuskannya secara perlahan, perasaannya pun kembali membaik. Kini pikirannya beralih ke Mira. Wanita muda yang sudah menggantikan posisi Yulis di hatinya. Wanita yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri itu mampu menggoyahkan imannya. Bagas tak berdaya.

Panggilan atas namanya membuyarkan lamunan lelaki yang menggunakan setelah kaos dan celana jins itu. Gegas Bagas menghampiri petugas yang memanggil namanya. Suami Yulis itu begitu serius menyimak apa saja arahan dari petugas sampai terlihat beberapa kali mengangguk. Setelah petugas itu kembali masuk, Bagas segera keluar ruangan untuk mencari apa saja yang diperintahkan oleh perawat tadi.

**

Yulis mendengkus kesal, setelah panggilannya tak tersambung. Sudah puluhan kali dia mencoba menghubungi suaminya. Namun, tak juga diangkat dan sekarang malah ponselnya mati.

"Permisi, Bu. Ini ada surat dari kantor bank xxx untuk Pak Bagas Baskoro," ucap lelaki tersebut sambil mengulurkan sebuah amplop pada Yulis.

"Dari Bank?" tanya Yulis saat menerima amplop tersebut.

"Iya, Bu. Tolong tanda tangan di sini, Bu." Lelaki itu menyodorkan sebuah kertas dan pulpen.

"Ini surat tagihan ya, Pak?" tanya Yulis lagi.

"sepertinya iya, Bu," jawab lelaki muda itu ragu.

"Kok sepertinya?" Yulis bertanya sambil mengamati amplop yang sudah di tangannya.

"Ya, aku kan tak tahu, Bu. Aku hanya kurir yang bertugas mengantar."

"Oh, iya. Saya sampai lupa. Maaf, Pak. Saya nggak fokus." Yulis nampak malu.

"Iya, Bu. Tidak masalah," sahut lelaki itu. "Tolong tanda tangan dulu, Bu," imbuhnya.

"Oh iya, Pak. Di sini ya." Setelah berucap Yulis pun menandatangani kertas sebagai bukti jika surat sudah ada yang menerima.

"Terima kasih, Pak," ucap Yulis, tak lupa seulas senyum dia berikan pada lelaki tersebut.

Wanita pemilik alis bak semut berbaris itu mengamati amplop yang dipegangnya, membaca nama dan alamat yang tertera di amplop tersebut.

Perlahan Yulis meletakkan ponselnya ke meja kemudian kembali mengamati amplop coklat tersebut. Dahinya berkerut menebak apa yang ada di dalam amplop itu. Setelah beberapa saat dalam kebimbangan akhirnya Yulis membukanya. Tubuh wanita itu luruh seketika setelah membaca isinya.

"Apa yang kamu lakukan, Mas?!" geramnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ipasari
Semoga kamu sadar kalau suamimu main curang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    tiga

    "Apa yang kamu lakukan, Mas?! Geramnya sambil meremas kertas yang baru saja dibacanya. "Ya Allah, apa yang telah dilakukan suami hamba." Yulis memejamkan matanya, menahan rasa kecewa yang teramat dalam. Wanita pemilik tubuh ramping itu meletakkan begitu saja surat tebal yang tadi dibacanya. Perasaannya benar-benar kacau setelah mengetahui Bagas telah mengajukan pinjaman yang cukup besar tanpa sepengetahuannya. Dalam benaknya bagaimana itu bisa terjadi tanpa sepengetahuannya, lalu dengan siapa lelaki yang amat dicintainya itu mengajukan pinjaman, bukankah butuh tanda tangan suami istri untuk bisa mengajukan pinjaman. Yulis benar-benar pusing.Setelah bisa menguasai diri, wanita penyuka kopi tanpa gula itu memanggil Wina. "Iya, Bu," sahut pegawai wanita satu-satunya itu sambil melangkah mendekatinya."Kasih tahu yang lain untuk beres-beres, toko tutup," titahnya. Wina mengangguk walaupun diliputi perasaan bingung. Tanpa banyak bicara gadis yang tengah memakai jilbab warna hitam itu ber

    Last Updated : 2022-12-14
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Empat

    "Silahkan duduk dulu, Bu," sahut wanita yang rambutnya diikat sederhana itu. Dia pun memberi beberapa pertanyaan pada Yulis, setelah mendengar jawaban, wanita itu terlihat sibuk dengan leptop di depannya. Wanita itu nampak bingung, karena dulu bukan nama Yulis yang daftar bersama Bagas. Untuk sesaat petugas castomer servis itu memperhatikan Yulis. Namun, sekejap kemudian dia bisa mengatasinya dengan tenang. "Maaf, begini Ibu, mari berbicara di dalam. Silahkan, Bu," ajaknya ramah pada Yulis. Wanita itu pun bangkit lalu mengikuti petugas yang mengajaknya masuk.Yulis dibawa ke sebuah ruangan dengan tulisan Manager di daun pintunya."Silahkan duduk, Bu." Wanita itu mempersilahkan, kemudian dia kembali keluar meninggalkan Yulis seorang diri.Tak lama kemudian terdengar pintu terbuka, membuat Yulis yang sedang duduk membelakanginya menoleh. Keduanya tertegun, seperti ada memori yang memaksa untuk diingat.Lelaki itu masih berdiri di tengah pintu. Setelah beberapa detik muncul seulas seny

    Last Updated : 2022-12-23
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima

    "Aku mau Magrib dulu, tunggu aku di ruang keluarga. Ada yang akan aku bicarakan," ucap Yulis pada lelaki yang telah mengkhianatinya itu."Aku mau masuk, Dek," pinta Bagas. Namun, terlambat, pintu sudah tertutup rapat dan terkunci. Bagas geram, tetapi dia memilih menuruti kemauan Yulis yang menurutnya aneh."Apa yang ingin dibicarakan wanita itu?" gumam Bagas sambil melangkah ke ruang keluarga seperti yang diucapkan Yulis. Setelah mendaratkan bobot tubuhnya di sofa, lelaki itu menyulut sebatang rokok untuk menemani waktunya. Tanpa disadarinya, Yulis telah mengibarkan bendera perang padanya.Seusai melaksanakan kewajiban, wanita itu bersimpuh cukup lama di atas sajadah. Memohon ampun juga kekuatan pada Sang Pencipta agar mampu menghadapi ujian yang saat ini tengah dialaminya. Setelah puas berkeluh-kesah pada Ar-rohman, Yulis bangkit walaupun rasanya cukup berat.Wanita bertubuh ramping itu berjalan ke arah cermin, memandang bayang wajahnya yang terlihat sangat kusut, terlihat jelas ada

    Last Updated : 2022-12-23
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    enam

    Untuk sesaat suasana menjadi hening, hanya deru napas yang terdengar saling memburu. Bagas sudah gelap mata, dia melirik asbak yang terbuat dari keramik. Lelaki itu berniat menghilangkan jejak Yulis.Yulis melangkah menuju lemari, hendak mengambil bukti bahwa Bagas telah berkhianat. Hingga tak menyadari jika Bagas telah bergerak, tangan lelaki itu meraih asbak yang ada di meja, kemudian dengan kekuatan penuh hendak menghantam tengkuk Yulis yang membelakanginya."Ibu! Awas!" Seseorang tiba-tiba muncul. Tubuh Bagas terhuyung karena ada yang mendorongnya. Lelaki itu hampir saja jatuh kalau saja tangan yang satunya tak cekatan memegang pegangan kursi.Naas, asbak yang dipegangnya terlepas. Benda keras itu terlempar menghantam lemari kaca yang ada di ruangan itu. Bunyi pecahan kaca sangat nyaring, membuat kedua perempuan itu berteriak."Kurang ajar!" Bagas murka. Dia menoleh pada orang yang sudah mendorongnya, hingga membuat hantamannya meleset."Berani kamu, Babu!" Bagas mendekati Wina, p

    Last Updated : 2023-01-11
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    tujuh

    Rupanya Bagas pergi ke kamar mandi, lelaki itu meredam amarahnya dengan mengguyur kepalanya. Setelah emosinya reda, lelaki itu berniat untuk mengobati sang istri. Namun, angkara kembali menguasai hatinya setelah tak mendapati Yulis dan Wina di ruangan tersebut."Yulis!" teriaknya sambil melangkah ke kamar. Berpikir jika istrinya ada di dalamnya. Dengan kekuatan penuh Bagas menendang pintu yang dikira terkunci. Membuatnya terhuyung setelah daun adahal pintu terbuka lebar."Yulis!" Lelaki itu kembali berteriak sambil beranjak meninggalkan kamar.Bagas kembali ke rumah keluarga, kemudian menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, menatap nanar pada pecahan kaca yang masih berserakan di lantai, rahangnya mengeras menandakan kalau dia belum bisa menguasai emosinya.Lelaki itu mengambil bungkus rokok yang ada di meja, mengambil satu batang kemudian menyulutnya dengan korek bermotif wayang. Asap mulai mengepul dari mulutnya, seolah membawa beban yang ada dalam hatinya. Bagas menyandarkan kepalanya

    Last Updated : 2023-01-11
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    delapan

    Lelaki itu meraih rokok juga ponsel yang tergeletak di meja, matanya sekilas memandang amplop yang sudah menjadi biang masalah antara dia dan Yulis. Bagas beranjak ke luar. Belum juga sampai di pintu dia menghentikan langkahnya."Saudara Bagas, anda ditangkap atas tuduhan KDRT. Silakan ikut kami ke kantor polisi sekarang." Seorang petugas kepolisian dengan tegas berbicara dengan Bagas.Bagas tergelak. "Jangan seenaknya main tangkap, Pak! Bapak pikir saya buta hukum? Kalau memang anda mau menangkap saya? Mana suratnya?!" elaknya. Bagas tak habis pikir, mengapa secepat itu petugas datang.Seorang polisi berjalan mendekatinya, menyodorkan kertas yang masih terlipat. "Silakan dibaca, keterangan lebih lanjut bisa saudara jelaskan di kantor polisi."Bagas mulai panik, dia membuka lalu membacanya sekilas. "Kapan Yulis, membuat laporan? Dimana sekarang wanita itu?" batinnya, dia tak menyangka kalau istrinya tega melaporkan dirinya.Bagas tak bisa berbuat apa-apa ketika petugas kepolisian memb

    Last Updated : 2023-01-14
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    sembilan

    Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa sudah hampir dua minggu lebih Bagas ditahan, dia masih menunggu keputusan hakim atas tuduhan yang ditujukan padanya. Selama itu pula Mira seolah menghilang. Yulis sendiri tak ingin mencari anak angkatnya tersebut. Hatinya masih terluka.Berita penangkapan Bagas akhirnya sampai juga di telinga Mira. Gadis itu marah sekaligus sedih karena dia sangat mencintai lelaki itu. Baginya Bagas adalah sosok yang selalu menyayangi dan melindunginya.Wanita 20 tahun itu sangat bimbang, dia tak tahu harus berbuat apa karena selama ini Bagas lah yang menjadi kekuatannya. Kini dia sangat takut dan merasa sendirian. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui Yulis. Mira berpikir hanya wanita itu yang bisa menolongnya. Yulis sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Dia juga sudah mulai membuka tokonya. Dukungan dari keluarga membuat wanita bertubuh ramping itu berangsur melupakan masalahnya. Dia sendiri tak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Bahkan, wanita d

    Last Updated : 2023-01-14
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    sepuluh

    "Apa yang kamu pikirkan saat kalian memutuskan untuk menikah?" Ada getir di kalimat yang Yulis tanyakan pada wanita yang masih bersimpuh itu. Namun, Yulis tetap ingin mengetahui alasannya apa hingga kedua manusia yang sangat dicintainya itu tega melukai bahkan menusuknya sampai dasar kesakitan."Kami saling mencintai, Bu. Semua berjalan begitu saja. Kami ... Kami mengaku bersalah," tangis itu keluar dari bibir Mira. Entah nyata atau hanya sandiwara. Bibir Yulis melengkung, tatapan tajam pada wanita tak tahu diuntung itu. "Apa kamu tak pernah memikirkan perasaan orang-orang yang menyayangimu?" Suara Yulis terdengar pelan, tetapi sangat tegas. Sekuat tenaga wanita bermata bulat itu menahan emosinya."Maafkan aku, Bu. Maafkan kami, cinta itu tumbuh begitu saja, semakin hari semakin besar dan kami tak bisa menahannya." Kembali Mira berusaha meraih kaki Yulis, memaksa merangkul kedua kaki orang yang sudah memberikan kasih sayang berlimpah padanya."Mudah untukku memaafkan, tapi luka ini

    Last Updated : 2023-01-14

Latest chapter

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh tujuh

    "Ke Jati Wangi kayak kemarin itu, terus ke Pelang, terus ke kampung air. Udah itu aja, Pa. Kenapa sih Papa nanya-nanya. Biasanya juga gak gitu." Mutiara mulai sewot, tetapi sebenarnya gadis kecil itu sangat bahagia karena baru kali ini papanya mengajaknya bicara cukup lama.Yulis mengulum senyum mendengar nada protes dari Mutiara."Papa kan ingin tahu, Kak. Karena setelah ini, papa akan berusaha menemani Kakak dan Mama kemanapun kalian mau," sahut Indra. Sontak hal itu membuat manik bening Mutiara berbinar."Jadi Papa gak kerja dong. Nanti dapat uangnya dari mana?" Yulis sampai tak percaya Mutiara akan berkata seperti itu. Dia benar-benar tahu apa yang dirasakan putrinya sambungnya tersebut."Kan Mama punya toko," canda Indra sambil tertawa."Jangan lah, Pa. Itu kan punya Mama.""Terus?""Ya Papa tetap kerja, kalau hari libur kita jalan-jalan. Gitu, Pa.""Pi

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima puluh enam

    "Baiklah, Sayang. Yuk, mandi dan ganti baju dulu," ajak Ridwan. Lelaki itu merasa tak enak hati dengan ucapan putrinya. Dia khawatir Indra salah paham, tapi juga sadar jika sekarang bukan saat yang tepat untuk menjelaskan pada mantan iparnya tersebut.Citra menatap Yulis, biasanya wanita berjilbab itu yang melakukannya. Namun, melihat Yulis diam saja, bocah berambut lurus itu juga tak berani meminta. Citra benar-benar kesal pada pakdenya, yang menurutnya sudah merusak suasana. "Aku juga udahan, Ma," ucap Mutiara."Ayo, mandi dan ganti bajunya sama papa," sahut Indra. Seketika pandangan kedua wanita berbeda generasi itu tertuju pada lelaki yang sudah berdiri dari duduknya.Sesaat kemudian Mutiara tertawa. "Gak mau, sama Mama aja. Malu lah kalau ganti baju sama Papa.""Nah itu si Citra gak malu sama papanya""Beda, Pa. Kan Citra udah gak punya mama. Palingan Om Wan cuma nungguin di luar. Biasanya kan

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima puluh lima

    Mendengar penuturan Yulis, perlahan Indra menelan ludahnya. Lelaki itu takut jika sesuatu terjadi padanya karena sudah menyakiti hati istrinya tersebut."Apa kamu mau turun?" Tanyanya kemudian. Indra sendiri bingung mengapa dia menawarkan hal itu kepada Yulis."Maksudku, apa kamu mau menemuinya. Bicara apa gitu atau menanyakan apa gitu?""Sebaiknya gak usah Pak In. Karena aku dan dia sudah menjadi orang asing," sahut Yulis mantap."Baiklah kalau begitu kita lanjutkan perjalanan." Indra pun membunyikan klakson agar lelaki yang kata Yulis mantan suaminya itu menyingkir.Setelah beberapa saat kendaraan melaju, Indra kembali bertanya pada Yulis. "Bener nggak mau turun di toko aja, biar aku yang nyusul anak-anak ke kampung air."Yulis tak lagi menjawab, wanita penyuka warna kalem itu malah membuang pandangannya keluar jendela dia benar-benar gerah dengan sikap Indra yang tak seperti biasanya. Yulis merasa

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh empat

    Perlahan Indra membaringkan tubuh Yulis, seolah wanita itu adalah barang berharga yang harus dengan hati-hati memperlakukannya. Yulis segera beringsut setelah terlepas dari rengkuhan Indra. Wanita penyuka kopi tanpa gula itu terlihat kesal."Maaf, tadi kamu ketiduran di ayunan. Aku khawatir kamu masuk angin, jadi berinisiatif untuk memindahkanmu ke kamar," ucap Indra tanpa ekspresi. Yulis masih termangu, antara malu, senang, kesal dan tak mengerti dengan perubahan sikap Indra yang tiba-tiba."Tadi Muti telepon pakai nomor Ridwan. Ia ikut Omnya itu ke kampung air. Kamu istirahat saja. Biar aku yang menjemputnya," imbuh Indra, setelah itu dia langsung beranjak.Lagi-lagi Yulis dibuat terbengong, ia semakin tak mengerti, kedua alisnya bertaut memikirkan sebenarnya apa yang terjadi dengan suaminya tersebut."Aku ikut!" Setelah beberapa saat tercengang, Yulis segera menyusul Indra yang hampir meraih ganggang pintu.

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh tiga

    "Kami dari rumah tahanan, ingin memberi kabar pada ibu bahwa tahanan yang bernama Mira telah meninggal dunia. Selain Ibu, apa ada nomor keluarganya bisa dihubungi?""Innalilahi wa innailaihi rojiun," ucap Yulis spontan. Sesaat kemudian dia tertegun. Seraut wajah yang dulu sangat disayanginya langsung hadir dalam kilasan ingatannya. Spontan nulis menutup mulutnya yang ternganga. Bagaimanapun juga Mira pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya."Mohon maaf, Pak. Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan saudari Mira, tapi, saya tahu di mana alamat orangtuanya. Nanti saya kirim alamatnya aja ya, Pak. Mohon maaf, hanya itu yang bisa saya bantu.""Terima kasih Bu. Kami kesulitan mencari keluarganya. Rumah yang dulu ditempati sekarang sudah atas nama orang lain."Panggilan pun terputus, Yulis tak langsung menyimpan benda pintarnya terbaru. Setelah mengirim alamat orang tua Mira, wanita bermata bulat itu menghubungi Afif.

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh dua

    "Aku ingin membicarakan sesuatu," ucap Indra menghentikan gerakan Yulis yang tengah menyendok nasi goreng di wajan untuk diletakkan di piring."Sarapan dulu, Pak In," sahut Yulis tanpa menoleh. Ia meneruskan kegiatannya menyiapkan sarapan untuk sang suami. Yulis berusaha bersikap biasa saja, walaupun sangat kecewa dengan sikap Indra semalam. Indra berhak melakukannya, tetapi caranya yang membuat Yulis kurang suka.Indra menghela napas untuk mengurangi kegugupan di hatinya, sambil terus memperhatikan punggung ramping istrinya yang belum pernah sekalipun dipeluk olehnya.Tak butuh waktu lama, sepiring nasi goreng sudah tersaji di depan Indra beserta segelas air putih."Sedekat–" "Makan dulu, Pak In," sela Yulis. Lagi-lagi wanita itu mengatakannya tanpa melihat suaminya. Setelah itu suasana kembali hening, hanya denting sendok dan piring yang terdengar memenuhi ruangan. "Alhamdulillah," ucap Yulis den

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh satu

    Hingar bingar ruangan kedap suara itu sama sekali tak mengusiknya. Pikirannya benar-benar sedang kacau. Indra beranggapan bahwa takdir benar-benar mempermainkannya. Dulu dia sama sekali tidak tertarik dengan Yulis, dia menikahi wanita itu hanya demi Mutiara, tapi wanita itu memperlakukannya sebagai suami, patuh dan melayaninya. Walaupun tidak dengan urusan ranjang. Kini setelah Indra mulai menyukainya, Yulis malah bersikap tidak peduli, itulah yang membuatnya frustasi."Aku temenin minum ya, Pak," ujar seorang wanita muda dengan suara manja. Pemandu karaoke itu sedari tadi memang memperhatikan Indra, yang lebih asyik dengan dunianya sendiri.Indra menepis tangan wanita muda tersebut, setelah itu mengisyaratkan agar dia menjauh. Indra benar-benar tak ingin diganggu. Wanita muda bernama Ratu itu mendengkus kesal karena ditolak, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa."Ayo Pak In, kita senang-senang. Bukannya tujuan kita kesini untuk itu?" Temannya yang sudah semp

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh

    "Papa kenapa, Ma?" tanya Muti. Tatapannya jauh mengikuti laju mobil lelaki yang telah mengukir jiwanya tersebut."Em, mungkin papa melupakan sesuatu, Sayang.""Padahal kita sudah membatalkan acara dengan Citra demi Papa, tapi Kenapa Papa pergi begitu saja." Muti sangat kecewa dengan sikap papanya "Mama telpon pa-pa dulu ya." Setelah berucap Yulis pun menghubungi suaminya tersebut. "Ada apa?" tanya Indra setelah mengangkat panggilan."Mas, kenapa balik? Muti udah menunggu dari tadi.""Pergi saja dengan lelaki itu, kalian terlihat serasi dan bahagia," sahut Indra. Namun, dia hanya berani mengatakan semua itu dalam hati."Ada rapat mendadak," sahutnya dengan suara datar. "Nanti kalian pulang sendiri. Aku mungkin sampai larut," imbuhnya, setelah itu Indra memutuskan panggilannya. Yulis menghela napasnya lagi, rasanya lebih muda menghadapi emak-emak yang suka menawar dagangannya dari pada mengahadapi sikap suaminya itu.

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Empat puluh sembilan

    Toko Yulis terlihat ramai, lalu lalang pembeli dan karyawan menjadi pemandangan yang menyenangkan bagi wanita bertubuh ramping itu. Yulis melambaikan tangan pada Afif dan Maya yang berada di dalam toko setelah gocar yang dipesannya kembali melaju. Setelah itu Yulis melanjutkan langkahnya menuju rumah untuk berganti pakaian. Muti dan Citra mengikutinya tanpa protes. Kedua gadis kecil itu berjalan riang di belakangnya.Wanita pemilik nama lengkap Yulistiana itu memelankan langkahnya yang hampir sampai di teras saat mendengar ponselnya berdering. Yulis mengamati sekilas layar ponselnya yang berkedip, kemudian segera menggeser ke atas ikon ganggang telepon yang bergetar."Assalamualaikum, Pak Wan," sapa Yulis setelah panggilan tersambung."Waalaikumussalam, Dek Yul. Apa acaranya sudah selesai?" tanya papanya Citra tersebut."Sudah, Pak Wan. Maaf ya, ini Citra tak ajak ke rumah Merakurak," sahut Yulis."

DMCA.com Protection Status