Share

Lima puluh empat

Penulis: Puspita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-25 10:58:23

Perlahan Indra membaringkan tubuh Yulis, seolah wanita itu adalah barang berharga yang harus dengan hati-hati memperlakukannya.

Yulis segera beringsut setelah terlepas dari rengkuhan Indra. Wanita penyuka kopi tanpa gula itu terlihat kesal.

"Maaf, tadi kamu ketiduran di ayunan. Aku khawatir kamu masuk angin, jadi berinisiatif untuk memindahkanmu ke kamar," ucap Indra tanpa ekspresi. Yulis masih termangu, antara malu, senang, kesal dan tak mengerti dengan perubahan sikap Indra yang tiba-tiba.

"Tadi Muti telepon pakai nomor Ridwan. Ia ikut Omnya itu ke kampung air. Kamu istirahat saja. Biar aku yang menjemputnya," imbuh Indra, setelah itu dia langsung beranjak.

Lagi-lagi Yulis dibuat terbengong, ia semakin tak mengerti, kedua alisnya bertaut memikirkan sebenarnya apa yang terjadi dengan suaminya tersebut.

"Aku ikut!" Setelah beberapa saat tercengang, Yulis segera menyusul Indra yang hampir meraih ganggang pintu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima puluh lima

    Mendengar penuturan Yulis, perlahan Indra menelan ludahnya. Lelaki itu takut jika sesuatu terjadi padanya karena sudah menyakiti hati istrinya tersebut."Apa kamu mau turun?" Tanyanya kemudian. Indra sendiri bingung mengapa dia menawarkan hal itu kepada Yulis."Maksudku, apa kamu mau menemuinya. Bicara apa gitu atau menanyakan apa gitu?""Sebaiknya gak usah Pak In. Karena aku dan dia sudah menjadi orang asing," sahut Yulis mantap."Baiklah kalau begitu kita lanjutkan perjalanan." Indra pun membunyikan klakson agar lelaki yang kata Yulis mantan suaminya itu menyingkir.Setelah beberapa saat kendaraan melaju, Indra kembali bertanya pada Yulis. "Bener nggak mau turun di toko aja, biar aku yang nyusul anak-anak ke kampung air."Yulis tak lagi menjawab, wanita penyuka warna kalem itu malah membuang pandangannya keluar jendela dia benar-benar gerah dengan sikap Indra yang tak seperti biasanya. Yulis merasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima puluh enam

    "Baiklah, Sayang. Yuk, mandi dan ganti baju dulu," ajak Ridwan. Lelaki itu merasa tak enak hati dengan ucapan putrinya. Dia khawatir Indra salah paham, tapi juga sadar jika sekarang bukan saat yang tepat untuk menjelaskan pada mantan iparnya tersebut.Citra menatap Yulis, biasanya wanita berjilbab itu yang melakukannya. Namun, melihat Yulis diam saja, bocah berambut lurus itu juga tak berani meminta. Citra benar-benar kesal pada pakdenya, yang menurutnya sudah merusak suasana. "Aku juga udahan, Ma," ucap Mutiara."Ayo, mandi dan ganti bajunya sama papa," sahut Indra. Seketika pandangan kedua wanita berbeda generasi itu tertuju pada lelaki yang sudah berdiri dari duduknya.Sesaat kemudian Mutiara tertawa. "Gak mau, sama Mama aja. Malu lah kalau ganti baju sama Papa.""Nah itu si Citra gak malu sama papanya""Beda, Pa. Kan Citra udah gak punya mama. Palingan Om Wan cuma nungguin di luar. Biasanya kan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh tujuh

    "Ke Jati Wangi kayak kemarin itu, terus ke Pelang, terus ke kampung air. Udah itu aja, Pa. Kenapa sih Papa nanya-nanya. Biasanya juga gak gitu." Mutiara mulai sewot, tetapi sebenarnya gadis kecil itu sangat bahagia karena baru kali ini papanya mengajaknya bicara cukup lama.Yulis mengulum senyum mendengar nada protes dari Mutiara."Papa kan ingin tahu, Kak. Karena setelah ini, papa akan berusaha menemani Kakak dan Mama kemanapun kalian mau," sahut Indra. Sontak hal itu membuat manik bening Mutiara berbinar."Jadi Papa gak kerja dong. Nanti dapat uangnya dari mana?" Yulis sampai tak percaya Mutiara akan berkata seperti itu. Dia benar-benar tahu apa yang dirasakan putrinya sambungnya tersebut."Kan Mama punya toko," canda Indra sambil tertawa."Jangan lah, Pa. Itu kan punya Mama.""Terus?""Ya Papa tetap kerja, kalau hari libur kita jalan-jalan. Gitu, Pa.""Pi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-28
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Satu

    "Gugurkan saja kandunganmu!"Yulis menghentikan langkah ketika melintas di depan kamar putrinya. Dahi wanita tiga puluh tujuh tahun itu berkerut. Heran. "Menggugurkan kandungan? Siapa yang hamil?" batinnya penuh tanya. Wanita pemilik alis bak semut berbaris itu pun mendekat untuk memperjelas pendengarannya."Gila kamu, Mas! Pokoknya aku gak akan menggugurkan kandungan ini. Aku gak mau tahu ya. Secepatnya kamu harus menceraikan wanita tua itu lalu mengusirnya dari rumah ini!" Suara Mira–putrinya, membuat Yulis membeku. Antara percaya dan tidak, bahkan untuk sepersekian detik wanita pemilik bibir tipis itu lupa untuk bernapas."Sabarlah, Sayang. Sebentar lagi, nanti setelah semua harta beralih atas namaku. Aku pasti akan menceraikan dan mengusirnya dari sini," balas seorang lelaki yang diyakini Yulis adalah suara Bagas—suaminya. Tubuh perempuan bermata bulat itu lemas, tulang-tulangnya serasa dicabut paksa oleh keterkejutan. "Tapi, kapan, Mas! Kapan? Sampai perutku membesar?! Atau kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Dua

    "Fif! Afif!" Yulis berseru sambil menuruni anak tangga, dia benar-benar gugup. Beruntung tidak sampai jatuh ketika kakinya tersandung kardus mie. Saking berisiknya hingga membuat pemilik nama yang dipanggilnya mendongak ke arahnya."Ada apa, Bude?" Lelaki muda itu mengerutkan keningnya mendengar kegaduhan yang Yulis buat. "Afif, kamu pulang sekarang. Barusan ibumu telepon, katanya Aufar jatuh," ujar Yulis setelah sampai di depan keponakannya dengan napas masih ngos-ngosan.Lelaki muda berkacamata itu nampak cemas, kemudian merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih miliknya. Afif berdecak, rupanya ponselnya dalam mode silent, makanya tak mengetahui jika ada panggilan masuk. "Puluhan panggilan dari Ibu. Ya udah aku pulang dulu ya, De. Assalamualaikum ....!" Lelaki berkacamata itu bergegas menuju kendaraan yang terparkir di samping toko. Sementara Yulis mengekor di belakangnya."Ati-ati, Fif. Jangan lupa ngabarin bude jika ada sesuatu," pesan Yulis. Wanita pemilik hidung mancung itu s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    tiga

    "Apa yang kamu lakukan, Mas?! Geramnya sambil meremas kertas yang baru saja dibacanya. "Ya Allah, apa yang telah dilakukan suami hamba." Yulis memejamkan matanya, menahan rasa kecewa yang teramat dalam. Wanita pemilik tubuh ramping itu meletakkan begitu saja surat tebal yang tadi dibacanya. Perasaannya benar-benar kacau setelah mengetahui Bagas telah mengajukan pinjaman yang cukup besar tanpa sepengetahuannya. Dalam benaknya bagaimana itu bisa terjadi tanpa sepengetahuannya, lalu dengan siapa lelaki yang amat dicintainya itu mengajukan pinjaman, bukankah butuh tanda tangan suami istri untuk bisa mengajukan pinjaman. Yulis benar-benar pusing.Setelah bisa menguasai diri, wanita penyuka kopi tanpa gula itu memanggil Wina. "Iya, Bu," sahut pegawai wanita satu-satunya itu sambil melangkah mendekatinya."Kasih tahu yang lain untuk beres-beres, toko tutup," titahnya. Wina mengangguk walaupun diliputi perasaan bingung. Tanpa banyak bicara gadis yang tengah memakai jilbab warna hitam itu ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Empat

    "Silahkan duduk dulu, Bu," sahut wanita yang rambutnya diikat sederhana itu. Dia pun memberi beberapa pertanyaan pada Yulis, setelah mendengar jawaban, wanita itu terlihat sibuk dengan leptop di depannya. Wanita itu nampak bingung, karena dulu bukan nama Yulis yang daftar bersama Bagas. Untuk sesaat petugas castomer servis itu memperhatikan Yulis. Namun, sekejap kemudian dia bisa mengatasinya dengan tenang. "Maaf, begini Ibu, mari berbicara di dalam. Silahkan, Bu," ajaknya ramah pada Yulis. Wanita itu pun bangkit lalu mengikuti petugas yang mengajaknya masuk.Yulis dibawa ke sebuah ruangan dengan tulisan Manager di daun pintunya."Silahkan duduk, Bu." Wanita itu mempersilahkan, kemudian dia kembali keluar meninggalkan Yulis seorang diri.Tak lama kemudian terdengar pintu terbuka, membuat Yulis yang sedang duduk membelakanginya menoleh. Keduanya tertegun, seperti ada memori yang memaksa untuk diingat.Lelaki itu masih berdiri di tengah pintu. Setelah beberapa detik muncul seulas seny

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima

    "Aku mau Magrib dulu, tunggu aku di ruang keluarga. Ada yang akan aku bicarakan," ucap Yulis pada lelaki yang telah mengkhianatinya itu."Aku mau masuk, Dek," pinta Bagas. Namun, terlambat, pintu sudah tertutup rapat dan terkunci. Bagas geram, tetapi dia memilih menuruti kemauan Yulis yang menurutnya aneh."Apa yang ingin dibicarakan wanita itu?" gumam Bagas sambil melangkah ke ruang keluarga seperti yang diucapkan Yulis. Setelah mendaratkan bobot tubuhnya di sofa, lelaki itu menyulut sebatang rokok untuk menemani waktunya. Tanpa disadarinya, Yulis telah mengibarkan bendera perang padanya.Seusai melaksanakan kewajiban, wanita itu bersimpuh cukup lama di atas sajadah. Memohon ampun juga kekuatan pada Sang Pencipta agar mampu menghadapi ujian yang saat ini tengah dialaminya. Setelah puas berkeluh-kesah pada Ar-rohman, Yulis bangkit walaupun rasanya cukup berat.Wanita bertubuh ramping itu berjalan ke arah cermin, memandang bayang wajahnya yang terlihat sangat kusut, terlihat jelas ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23

Bab terbaru

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh tujuh

    "Ke Jati Wangi kayak kemarin itu, terus ke Pelang, terus ke kampung air. Udah itu aja, Pa. Kenapa sih Papa nanya-nanya. Biasanya juga gak gitu." Mutiara mulai sewot, tetapi sebenarnya gadis kecil itu sangat bahagia karena baru kali ini papanya mengajaknya bicara cukup lama.Yulis mengulum senyum mendengar nada protes dari Mutiara."Papa kan ingin tahu, Kak. Karena setelah ini, papa akan berusaha menemani Kakak dan Mama kemanapun kalian mau," sahut Indra. Sontak hal itu membuat manik bening Mutiara berbinar."Jadi Papa gak kerja dong. Nanti dapat uangnya dari mana?" Yulis sampai tak percaya Mutiara akan berkata seperti itu. Dia benar-benar tahu apa yang dirasakan putrinya sambungnya tersebut."Kan Mama punya toko," canda Indra sambil tertawa."Jangan lah, Pa. Itu kan punya Mama.""Terus?""Ya Papa tetap kerja, kalau hari libur kita jalan-jalan. Gitu, Pa.""Pi

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima puluh enam

    "Baiklah, Sayang. Yuk, mandi dan ganti baju dulu," ajak Ridwan. Lelaki itu merasa tak enak hati dengan ucapan putrinya. Dia khawatir Indra salah paham, tapi juga sadar jika sekarang bukan saat yang tepat untuk menjelaskan pada mantan iparnya tersebut.Citra menatap Yulis, biasanya wanita berjilbab itu yang melakukannya. Namun, melihat Yulis diam saja, bocah berambut lurus itu juga tak berani meminta. Citra benar-benar kesal pada pakdenya, yang menurutnya sudah merusak suasana. "Aku juga udahan, Ma," ucap Mutiara."Ayo, mandi dan ganti bajunya sama papa," sahut Indra. Seketika pandangan kedua wanita berbeda generasi itu tertuju pada lelaki yang sudah berdiri dari duduknya.Sesaat kemudian Mutiara tertawa. "Gak mau, sama Mama aja. Malu lah kalau ganti baju sama Papa.""Nah itu si Citra gak malu sama papanya""Beda, Pa. Kan Citra udah gak punya mama. Palingan Om Wan cuma nungguin di luar. Biasanya kan

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    lima puluh lima

    Mendengar penuturan Yulis, perlahan Indra menelan ludahnya. Lelaki itu takut jika sesuatu terjadi padanya karena sudah menyakiti hati istrinya tersebut."Apa kamu mau turun?" Tanyanya kemudian. Indra sendiri bingung mengapa dia menawarkan hal itu kepada Yulis."Maksudku, apa kamu mau menemuinya. Bicara apa gitu atau menanyakan apa gitu?""Sebaiknya gak usah Pak In. Karena aku dan dia sudah menjadi orang asing," sahut Yulis mantap."Baiklah kalau begitu kita lanjutkan perjalanan." Indra pun membunyikan klakson agar lelaki yang kata Yulis mantan suaminya itu menyingkir.Setelah beberapa saat kendaraan melaju, Indra kembali bertanya pada Yulis. "Bener nggak mau turun di toko aja, biar aku yang nyusul anak-anak ke kampung air."Yulis tak lagi menjawab, wanita penyuka warna kalem itu malah membuang pandangannya keluar jendela dia benar-benar gerah dengan sikap Indra yang tak seperti biasanya. Yulis merasa

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh empat

    Perlahan Indra membaringkan tubuh Yulis, seolah wanita itu adalah barang berharga yang harus dengan hati-hati memperlakukannya. Yulis segera beringsut setelah terlepas dari rengkuhan Indra. Wanita penyuka kopi tanpa gula itu terlihat kesal."Maaf, tadi kamu ketiduran di ayunan. Aku khawatir kamu masuk angin, jadi berinisiatif untuk memindahkanmu ke kamar," ucap Indra tanpa ekspresi. Yulis masih termangu, antara malu, senang, kesal dan tak mengerti dengan perubahan sikap Indra yang tiba-tiba."Tadi Muti telepon pakai nomor Ridwan. Ia ikut Omnya itu ke kampung air. Kamu istirahat saja. Biar aku yang menjemputnya," imbuh Indra, setelah itu dia langsung beranjak.Lagi-lagi Yulis dibuat terbengong, ia semakin tak mengerti, kedua alisnya bertaut memikirkan sebenarnya apa yang terjadi dengan suaminya tersebut."Aku ikut!" Setelah beberapa saat tercengang, Yulis segera menyusul Indra yang hampir meraih ganggang pintu.

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh tiga

    "Kami dari rumah tahanan, ingin memberi kabar pada ibu bahwa tahanan yang bernama Mira telah meninggal dunia. Selain Ibu, apa ada nomor keluarganya bisa dihubungi?""Innalilahi wa innailaihi rojiun," ucap Yulis spontan. Sesaat kemudian dia tertegun. Seraut wajah yang dulu sangat disayanginya langsung hadir dalam kilasan ingatannya. Spontan nulis menutup mulutnya yang ternganga. Bagaimanapun juga Mira pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya."Mohon maaf, Pak. Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan saudari Mira, tapi, saya tahu di mana alamat orangtuanya. Nanti saya kirim alamatnya aja ya, Pak. Mohon maaf, hanya itu yang bisa saya bantu.""Terima kasih Bu. Kami kesulitan mencari keluarganya. Rumah yang dulu ditempati sekarang sudah atas nama orang lain."Panggilan pun terputus, Yulis tak langsung menyimpan benda pintarnya terbaru. Setelah mengirim alamat orang tua Mira, wanita bermata bulat itu menghubungi Afif.

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh dua

    "Aku ingin membicarakan sesuatu," ucap Indra menghentikan gerakan Yulis yang tengah menyendok nasi goreng di wajan untuk diletakkan di piring."Sarapan dulu, Pak In," sahut Yulis tanpa menoleh. Ia meneruskan kegiatannya menyiapkan sarapan untuk sang suami. Yulis berusaha bersikap biasa saja, walaupun sangat kecewa dengan sikap Indra semalam. Indra berhak melakukannya, tetapi caranya yang membuat Yulis kurang suka.Indra menghela napas untuk mengurangi kegugupan di hatinya, sambil terus memperhatikan punggung ramping istrinya yang belum pernah sekalipun dipeluk olehnya.Tak butuh waktu lama, sepiring nasi goreng sudah tersaji di depan Indra beserta segelas air putih."Sedekat–" "Makan dulu, Pak In," sela Yulis. Lagi-lagi wanita itu mengatakannya tanpa melihat suaminya. Setelah itu suasana kembali hening, hanya denting sendok dan piring yang terdengar memenuhi ruangan. "Alhamdulillah," ucap Yulis den

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh satu

    Hingar bingar ruangan kedap suara itu sama sekali tak mengusiknya. Pikirannya benar-benar sedang kacau. Indra beranggapan bahwa takdir benar-benar mempermainkannya. Dulu dia sama sekali tidak tertarik dengan Yulis, dia menikahi wanita itu hanya demi Mutiara, tapi wanita itu memperlakukannya sebagai suami, patuh dan melayaninya. Walaupun tidak dengan urusan ranjang. Kini setelah Indra mulai menyukainya, Yulis malah bersikap tidak peduli, itulah yang membuatnya frustasi."Aku temenin minum ya, Pak," ujar seorang wanita muda dengan suara manja. Pemandu karaoke itu sedari tadi memang memperhatikan Indra, yang lebih asyik dengan dunianya sendiri.Indra menepis tangan wanita muda tersebut, setelah itu mengisyaratkan agar dia menjauh. Indra benar-benar tak ingin diganggu. Wanita muda bernama Ratu itu mendengkus kesal karena ditolak, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa."Ayo Pak In, kita senang-senang. Bukannya tujuan kita kesini untuk itu?" Temannya yang sudah semp

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Lima puluh

    "Papa kenapa, Ma?" tanya Muti. Tatapannya jauh mengikuti laju mobil lelaki yang telah mengukir jiwanya tersebut."Em, mungkin papa melupakan sesuatu, Sayang.""Padahal kita sudah membatalkan acara dengan Citra demi Papa, tapi Kenapa Papa pergi begitu saja." Muti sangat kecewa dengan sikap papanya "Mama telpon pa-pa dulu ya." Setelah berucap Yulis pun menghubungi suaminya tersebut. "Ada apa?" tanya Indra setelah mengangkat panggilan."Mas, kenapa balik? Muti udah menunggu dari tadi.""Pergi saja dengan lelaki itu, kalian terlihat serasi dan bahagia," sahut Indra. Namun, dia hanya berani mengatakan semua itu dalam hati."Ada rapat mendadak," sahutnya dengan suara datar. "Nanti kalian pulang sendiri. Aku mungkin sampai larut," imbuhnya, setelah itu Indra memutuskan panggilannya. Yulis menghela napasnya lagi, rasanya lebih muda menghadapi emak-emak yang suka menawar dagangannya dari pada mengahadapi sikap suaminya itu.

  • SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU    Empat puluh sembilan

    Toko Yulis terlihat ramai, lalu lalang pembeli dan karyawan menjadi pemandangan yang menyenangkan bagi wanita bertubuh ramping itu. Yulis melambaikan tangan pada Afif dan Maya yang berada di dalam toko setelah gocar yang dipesannya kembali melaju. Setelah itu Yulis melanjutkan langkahnya menuju rumah untuk berganti pakaian. Muti dan Citra mengikutinya tanpa protes. Kedua gadis kecil itu berjalan riang di belakangnya.Wanita pemilik nama lengkap Yulistiana itu memelankan langkahnya yang hampir sampai di teras saat mendengar ponselnya berdering. Yulis mengamati sekilas layar ponselnya yang berkedip, kemudian segera menggeser ke atas ikon ganggang telepon yang bergetar."Assalamualaikum, Pak Wan," sapa Yulis setelah panggilan tersambung."Waalaikumussalam, Dek Yul. Apa acaranya sudah selesai?" tanya papanya Citra tersebut."Sudah, Pak Wan. Maaf ya, ini Citra tak ajak ke rumah Merakurak," sahut Yulis."

DMCA.com Protection Status