Share

BAB 18

Author: Linsara
last update Last Updated: 2023-01-13 16:48:18

Panggilan telepon dari nomor yang tidak kukenal. Bukan mas Zaki, tadi nomornya sudah kusimpan. Nomor siapa ini? Tanpa curiga kugeser tombol hijau.

“Assalamu’alaikum,” ucapku.

“Wa’alaikumussalam sayang. Alhamdulillah, akhirnya kamu jawab juga telepon dariku Mawar sayang,”

Astaghfirullah, ternyata mas Dani yang menelepon menggunakan nomor baru. Uh … rasanya malah aneh dia memanggilku sayang. Dulu tidak pernah memanggilku dengan sebutan itu.

“Huh … ada perlu apa, Mas?” jawabku malas.

“Kok kamu bertanya begitu? Sudah jelas aku kangen sama kamu, sayang,” Nada bicara mas Dani terdengar begitu menyebalkan di telingaku.

“Sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan, Mas. Sampai bertemu nanti di persidangan,” ucapku ketus.

“Lho, tunggu dulu dong Mawar. Masa kamu tega sekali sama aku. Semua pesanku hanya dibaca saja. Semua teleponku kamu tolak. Aku ini sampai bela-belain keluar uang buat beli nomor baru, supaya kamu mau jawab teleponku. Tolong kamu ingat masa-masa indah saat kita bersama, ya sayan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SUAMI TOXIC   BAB 19

    Perawat memanggil nama Ari untuk segera memasuki ruangan dokter.“Permisi, dok,” ucapku.“Iya, Bu. Silahkan masuk,” ucap dokter tersebut.“Lho ….”Kami sama-sama terkejut.“Mas Zaki!”“Mbak Mawar!”Kami bersamaan saling menyebut nama, lalu kami pun tertawa kecil.“Oh nama anak Mbak Mawar, Ari. Sakit apa, Mbak?” tanya Mas Zaki.“Ari demam, Mas … eh … dok,” ucapku salah tingkah.“Tidak apa-apa, Mbak. Panggil saja mas! Sudah terbiasa … hehe,” ucap Mas Zaki sambil tertawa kecil.“Duh … jadi ga enak, Mas … dok,” ucapku grogi.“Daripada panggil mas dok, malah aneh kedengarannya,” Senyum Mas Zaki mengembang lebar.“Hm … iya, Mas,” ucapku tersenyum.“Ari dibaringkan dulu, Mbak! Saya akan memeriksanya, ya,” ujar Mas Zaki.“Iya, Mas.”“Panasnya sudah berapa hari, Mbak?” tanya Mas Zaki.“Baru pagi ini, Mas,” jawabku.“Menyusunya gimana? Lancar atau tidak mau menyusu?” “Tadi pagi masih lancar menyusunya, Mas.”“Ada muntah? Diare?”“Tidak ada.”“Ini perutnya kembung. Nanti saya beri obat dulu, ya

    Last Updated : 2023-01-13
  • SUAMI TOXIC   BAB 20

    Pagi ini aku akan membeli ponsel baru. Alhamdulillah keuntungan dari pesanan bu Puspa bisa untuk membeli ponsel baru. Tidak perlu yang mahal, yang penting bisa untuk operasional baby shop. Setelah selesai sarapan, aku pamit pada ibu untuk pergi ke toko ponsel sebentar. Ari tidak kubawa karena masih pemulihan, takutnya nanti malah demam lagi.Tidak membutuhkan waktu lama untuk memilih ponsel dan juga membeli nomor perdana di toko ponsel. Aku bergegas pulang, takut Ari ingin menyusu. Tapi entah pikiranku yang selalu memikirkan Ari atau memang aku tidak fokus, sehingga ketika menyeberang jalan hampir saja aku tertabrak oleh sebuah mobil. Untung saja mobil itu sempat mengerem mendadak, sehingga tidak sempat menabrakku.Dadaku berdegup kencang, sungguh takut rasanya melihat posisi mobil yang begitu dekat denganku. Aku beristighfar berulang kali dan juga mengucap hamdalah. Lututku terasa lemas, aku berjongkok berusaha untuk menenangkan diri.“Mbak tidak apa-apa?” Sebuah suara yang kukenal

    Last Updated : 2023-01-13
  • SUAMI TOXIC   BAB 21

    “Maaf, ya Mas Zaki. Itu CALON MANTAN MENANTU saya suka aneh-aneh tingkahnya!” ucap Bapak keras dengan menekankan kata calon mantan menantu.“Oh iya, Pak. Tidak apa-apa,” Mas Zaki membungkukkan badannya sedikit ke arah Bapak.Sungguh aku malu dengan perilaku Mas Dani. Mungkin saat ini wajahku memerah menahan malu di hadapan Mas Zaki.“Kalau begitu, saya tinggal dulu ke dalam, ya Mas. Silahkan lanjutkan memindahkan paketnya bersama Mawar!” izin Bapak.“Iya, Pak. Silakan!” sahut Mas Zaki.“Maafkan ayahnya Ari, ya Mas. Saya jadi malu,” ucapku.“Tidak apa-apa, Mbak,” ucap Mas Zaki tersenyum. “Mari kita lanjutkan memasukkan paketnya!”“Iya, Mas,” ucapku.Kami pun segera melanjutkan memasukkan semua paket ke dalam mobil hingga selesai.“Alhamdulillah selesai juga, Mas. Semoga acaranya lancar, ya! Salam untuk bu Puspa dan sampaikan rasa terima kasih saya!” ucapku sambil menangkupkan tangan di dada.“Aamiin. Terima kasih doanya, Mbak. Oh iya, ini buat Ari,” Mas Zaki memberikan salah satu paket

    Last Updated : 2023-01-15
  • SUAMI TOXIC   BAB 22

    Sayup-sayup kudengar suara ponsel berbunyi. Ponsel siapa? Suara deringnya bukan punyaku ataupun ibu dan bapak. Kucari-cari sumber suara, dari arah ruang tamu. Ternyata ponsel mas Dani ketinggalan, tertutup bantal sofa.Kulihat siapa nama yang memanggil di ponsel mas Dani. Mirasantika? Siapa Mirasantika?Dering berhenti. Tidak lama sebuah pesan masuk dari Mirasantika. Jariku tidak tahan ingin membuka pesan tersebut. Penasaran siapa Mirasantika? Kok namanya kayak minuman terlarang … hi hi hi.[Mas, ayang. Kok teleponku gak dijawab?][Hari ini kita jadi, kan main ke alun-alun?][Lihat nih! Aku pakai jilbab pemberian dari ayang. Cantik, kan?]Sebuah pesan foto menampilkan mbak Mira menggunakan jilbab berwarna pink.Hah! Jadi Mirasantika itu mbak Mira! Dia pun memanggil mas Dani dengan sebutan ayang. Rupanya mereka benar-benar ada hubungan? Kuremas baju di dadaku. Ada yang sakit di dalam sana, walaupun kami akan bercerai tapi tidak seharusnya mas Dani berlaku seperti ini. Bahkan mas Dani m

    Last Updated : 2023-01-15
  • SUAMI TOXIC   BAB 23

    Aku keluar kamar, menuju baby shop. Ingin segera menyelesaikan pesanan Aisyah. Tapi begitu sampai di ruang tamu, aku berdiri terpaku. Rupanya Bapak sedang berbincang-bincang dengan tamu. Mataku tidak berkedip melihat seorang laki-laki tengah berdiri, bergerak ke kanan dan ke kiri, sedang menimang Ari yang tertidur pulas dalam dekapannya.Mas Zaki. Aku gumamkan namanya. Iya, laki-laki itu Mas Zaki. Begitu damai melihat adegan yang tersaji di hadapanku ini. Hal yang tidak pernah terjadi antara Ari dengan ayahnya.Tapi kenapa Mas Zaki ke sini lagi? Apakah ada yang ketinggalan?“Mbak Mawar sudah bangun?”Aku menoleh ke arah suara. Ooh, ternyata ada Bu Puspa juga di sini. Ya ampun, aku malu terlihat berantakan seperti ini. Mataku pasti bengkak karena tadi menangis terus.“Oh, i⎼ iya Bu Puspa,” jawabku canggung.“Maaf, saya tidak tahu kalau Bu Puspa dan Mas Zaki datang.”“Tidak apa-apa, Mbak Mawar. Saya yang minta maaf karena mendadak datang seperti ini. Tidak mengabari Mbak Mawar lebih d

    Last Updated : 2023-01-16
  • SUAMI TOXIC   BAB 24

    POV ZakiMawar. Nama yang indah, seindah rupa dan kepribadiannya. Entah mengapa setelah mama memesan paket produk bayi di baby shop milik Mawar, aku justru beberapa kali bertemu dengannya secara tidak sengaja.Bermula ketika Ari, anaknya sakit. Wajahnya terlihat begitu khawatir dengan keadaan Ari. Aura keibuannya begitu memancar. Aku teringat almarhumah istriku. Ketika almarhum anakku sakit, istriku juga sangat khawatir. Padahal aku, suaminya seorang dokter, tapi tetap saja dia khawatir. Mungkin memang kasih sayang seorang ibu seperti itu, begitu mendalam terhadap anaknya.Tuhan begitu cepat mengambil istri dan anakku. Pada saat aku begitu bahagia dengan kehadiran anakku yang saat itu baru saja berusia dua bulan, badannya gemuk menggemaskan. Azka, bayi mungilku yang lucu. Kulitnya putih bersih seperti istriku, Aina. Aku bahkan tidak melihat proses pemakaman mereka, karena aku masih dalam kondisi tidak sadarkan diri di ICU. Kami mengalami kecelakaan mobil yang merenggut nyawa Azka dan

    Last Updated : 2023-01-16
  • SUAMI TOXIC   BAB 25

    [Tetap semangat! Ada Ari yang membutuhkanmu.] Aku termenung membaca pesan dari Mas Zaki. Tumben dia tidak menyebutku dengan sebutan ‘Mbak’. Hmm ….[Iya, Mas. Terima kasih,] balasku.Pesanku langsung dibaca olehnya dan kini terlihat dia sedang mengetik.[Kalau butuh bantuan. Bilang, ya!][Iya, Mas.]Hmm, kenapa mas Zaki bicara begitu, ya? Apakah karena kejadian tadi pagi dan juga dia menyadari kalau aku habis menangis? Mungkin dia kasihan padaku.Ah sudahlah, lebih baik aku segera sholat magrib karena baru saja adzan berkumandang.**********Selepas isya aku sudah masuk kamar untuk segera istirahat. Kupandangi wajah Ari yang sudah terlelap tidur lebih dulu. Tebersit rasa sedih yang mendalam, Ari disaat usianya yang masih sangat kecil harus merasakan perpisahan orang tuanya. Kubelai lembut kepalanya. Kubisikkan doa terbaik untuknya.Kuambil ponsel di saku. Ada pesan dari ibu mertua yang mengatakan bahwa besok akan datang bersama Nita. Hmm, tumben sekali dia mau datang ke sini. Biasanya

    Last Updated : 2023-01-17
  • SUAMI TOXIC   BAB 26

    Aku ambil ponsel lalu segera memotret mereka yang masih berpelukan.“Hei! Ngapain kamu potret kami? Kurang ajar sekali kamu, Mawar!” hardik Mas Dani.“Yang kurang ajar itu kamu, Mas! Peluk-pelukkan sama istri orang, bahkan di depan istrimu sendiri!” ucapku lantang.“Apa kamu bilang?” Mas Dani maju ke arahku dan mengangkat tangannya tinggi ingin memukulku.“Berhenti!” Sebuah tangan menahan tangan Mas Dani hingga tidak jadi mengenaiku.“Hei! Jangan ikut campur kamu!” Mas Dani menepis tangan orang yang menahan tangannya.Aku masih terpaku karena tidak menyangka Mas Dani akan memukulku di depan orang banyak. Tubuhku bergetar, antara rasa takut kena pukul dan juga amarah yang memuncak. Mataku masih menatap tajam ke arah Mas Dani, hingga tidak menyadari siapa orang yang menahan tangan Mas Dani.Nisa menepuk bahuku pelan dan memanggil namaku, hingga aku tersadar dengan apa yang terjadi.“Anda jangan main tangan sama perempuan! Apalagi ini di muka umum, banyak saksi yang akan memberatkan anda

    Last Updated : 2023-01-17

Latest chapter

  • SUAMI TOXIC   BAB 38

    Taksi online yang kutumpangi telah sampai di depan rumah. Aku segera turun sambil menggendong Ari. Kulihat di halaman tidak ada mobil mas Zaki. Hmm, tadi katanya lagi ada di rumah.Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Kuucapkan salam, tapi keadaan rumah sepi. Tidak ada yang menjawab salam. Kulihat baby shop juga sepi, hanya ada dua orang pekerja. Nisa tidak terlihat keberadaannya.“Ibu! Bapak! Assalamu’alaikum!”Tidak ada yang menjawab. Ke mana perginya ibu dan bapak?Kuputuskan untuk bertanya pada pekerja di baby shop. Tapi saat aku baru saja membalikkan badan, tiba-tiba ponselku berdering. Ada panggilan masuk dari ibu.“Assalamu’alaikum, Bu. Ibu sama bapak di mana ? Kok rumah sepi sekali? Tadi katanya mas Zaki ada di rumah, kok sekarang gak ada, sih Bu?” Aku langsung memberondong ibu dengan pertanyaan.“Wa’alaikumussalam. Justru itu, Mawar. Tadi tiba-tiba mas Zaki mengeluh sakit kepala hebat. Ibu sampai tidak tega melihatnya. Sekarang kami ada di rumah sakit, mas Zaki masuk ICU karena

  • SUAMI TOXIC   BAB 37

    Waktu ini telah lama kunantikan. Dua minggu yang lalu, hakim pengadilan agama telah mengetuk palu putusan cerai antara aku dan Mas Dani.Hari ini adalah hari pembacaan ikrar talak di muka sidang. Dengan suara bergetar dan mengeluarkan air mata, Mas Dani mengucapkan ikrar talak.Sah, aku kini resmi menyandang status seorang janda. Ada rasa lega, namun tidak kupungkiri sedih pun menghampiri. Sebuah status yang tidak pernah aku bayangkan ketika dulu memutuskan menikah.Mungkin ini memang sudah suratan takdirku. Aku harus ikhlas, harus kuat, ada Ari yang membutuhkanku.Semua proses hari ini berjalan lancar. Aku ditemani Bapak berjalan menuju tempat parkir motor.“Mawar! Mawar!” Terdengar suara Mas Dani memanggilku.Kuhentikan langkah dan menoleh ke belakang. Mas Dani nampak berlari kecil menghampiriku.Begitu dia tiba di hadapanku, tiba-tiba saja bersimpuh dan memeluk kedua kakiku. Aku refleks menghentakkan kaki hingga terlepas dan mundur tiga langkah ke belakang.“Maafkan aku, Mawar. Aku

  • SUAMI TOXIC   BAB 36

    Kami semua hendak masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang memanggil namaku. Siapa yang memanggilku?Aku menoleh ke arah suara. Lho, Mbak Mira? Mau apa dia memanggilku?Mbak Mira menggendong Dio, tergesa berjalan ke arahku. Apakah dia akan memanas-manasiku lagi seperti dulu?Aku bersiap menghadapi kedatangan Mbak Mira. Setelah apa yang terjadi pada dirinya dan juga Mas Dani, bukan tidak mungkin kalau dia akan melampiaskan kemarahannya padaku.Mbak Mira semakin dekat, napasnya memburu. Matanya lekat memandangku.“Mbak Mawar … maafkan aku! Huhuhuhu ….” Mbak Mira bersimpuh di hadapanku. Dia menangis tersedu, air matanya mengalir deras.Aku tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Aku hanya diam, terkejut dengan apa yang dilakukan Mbak Mira.“Mbak, tolong aku!” Mbak Mira menengadahkan wajahnya.“Mbak Mawar, tolong beritahu dimana Mas Dani! Aku mohon, Mbak! Huhuhuu ….”Tangisannya semakin kencang dan menarik perhatian orang yang lalu lalang.“Mbak. tolong

  • SUAMI TOXIC   BAB 35

    Bu Puspa selesai dengan teleponnya. Kami pun bersiap untuk pergi belanja. Salon sudah mulai ramai dengan pelanggannya, yang semuanya adalah kaum perempuan, karena memang ini salon khusus muslimah.Aku membukakan pintu untuk Bu Puspa keluar. Begitu aku melangkah keluar, ternyata ….“Assalamu’alaikum,” Mas Zaki mengucap salam dan tersenyum padaku.“Oh … wa’alaikumussalam,” jawabku sedikit kaget.“Kamu tidak praktek?” Bu Puspa bertanya pada Mas Zaki.“Tadi aku minta gantikan sama temanku, Ma,” jawab Mas Zaki mengulum senyum.“Ooh. Ada apa ke sini? Ada hal penting yang ingin kamu bicarakan sama mama?”“Eng … hmm … gak ada, Ma. Cuma mau titip ini untuk Ari,” Mas Zaki memberikan sebuah tas kertas padaku.“Oh … apa ini, Mas?” tanyaku.“Mainan untuk Ari,” jawab Mas Zaki.“Tidak perlu repot-repot, Mas.”“Tidak repot, kok. Semoga Ari suka, ya.”“Terima kasih,” ucapku.“Ehem!” Bu Puspa berdehem.“Eh … eng, Mama apa sih? Pakai berdehem segala,” Mas Zaki seperti anak kecil yang merajuk.“Duuh, ana

  • SUAMI TOXIC   BAB 34

    Tepat pukul delapan pagi aku sampai di depan salon milik bu Puspa. Tampak sepi, sepertinya memang belum buka. Hmm, pantas saja, ternyata jam buka mulai dari pukul 10 pagi hingga delapan malam. Begitu yang tertulis di papan berwarna putih yang tergantung di pintu masuk.[Assalamu’alaikum, Bu. Saya sudah sampai di depan salon,] Kukirim pesan pada bu Puspa.Tiba-tiba pintu salon terbuka.“Mbak Mawar, ya?” tanya seorang gadis berparas ayu.“Oh. Iya, Mbak,” jawabku.“Silahkan masuk, Mbak! Ibu sudah menunggu,” Gadis itu membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkanku untuk masuk.“Iya, Mbak. Terima kasih,” Aku masuk mengikuti gadis itu.Gadis itu menunjuk sebuah ruangan dari kaca, terlihat di dalamnya ada bu Puspa. Aku mengucapkan terima kasih dan segera menuju ruangan tersebut.Langkah ini belum sampai ke sana, namun bu Puspa sudah menyadari kehadiranku. Beliau melambaikan tangannya, memberi tanda supaya aku segera masuk. Aku tersenyum dan mengangguk tanda mengerti.“Assalamu’alaikum, Bu,” Kuu

  • SUAMI TOXIC   BAB 33

    Hari ini benar-benar melelahkan. Banyak sekali pesanan yang masuk. Aku anggap semua ini adalah hikmah di balik cobaan yang aku alami.Aku belum bicara dengan ibu dan bapak mengenai video viral mas Dani. Tapi tadi sempat bertemu ibu, sepertinya banyak yang ingin ibu tanyakan tapi tidak enak karena melihat aku sibuk bekerja.Pasti nanti saat makan malam akan banyak pertanyaan dari mereka. Aku hanya berharap hal ini tidak menambah kesedihan mereka.Kugendong Ari keluar kamar, menuju meja makan. Tampaknya ibu dan bapak sudah menunggu kami. Makanan pun sudah terhidang di meja.“Wah, makan apa nih, Bu? Mawar sudah lapar sekali,” tanyaku.“Sayur lodeh dan ikan goreng. Ayo cepat duduk dan makan!” jawab Ibu.“Hari ini bapak lihat kamu sibuk sekali, War. Banyak pesanan?” tanya Bapak.“Iya, Pak. Alhamdulillah, banyak sekali pesanan yang masuk. Itu belum dikerjakan semua. Besok akan dilanjutkan lagi,” jawabku.“Alhamdulillah! Bapak senang melihat usaha kamu lancar. Semoga berkah untuk kehidupan k

  • SUAMI TOXIC   BAB 32

    POV Dani (3)“Mohon maaf, Pak. Kami tetap akan meminta hak kami, karena kami takut Dani tidak akan menepati janjinya. Lagipula kami hanya tahu tempat tinggal Dani sekarang di kontrakan dekat dengan Ahsan. Sedangkan menurut informasi yang Ahsan terima, kalau kontrakan Dani baru saja …” ucap Ridwan.“Kontrakan gue kenapa, Wan?” Aku memotong ucapan Ridwan.“Biar Ahsan aja yang jelasin!” Ridwan melihat ke arah Ahsan.Ahsan menghela napasnya pelan, lalu melihat ke arahku dan Pak Agus.“Begini, Pak. Tadi tetangga kontrakan saya memberitahu kalau barang-barang di kontrakan Dani dikeluarkan semua oleh pemilik kontrakan. Begitu juga dengan barang-barang di kontrakan selingkuhannya Dani, semua dikeluarkan. Bahkan sempat terjadi keributan antara perempuan itu dengan pemilik kontrakan. Ini ada videonya, Pak, kalau Bapak mau lihat,” Ahsan merogoh sakunya, mengambil ponsel.“Tidak perlu. Saya tidak mau melihat hal memalukan seperti itu,” tegas Pak Agus.Ahsan pun langsung memasukkan ponselnya kemba

  • SUAMI TOXIC   BAB 31

    POV Dani (2)Aku buru-buru bangun dan keluar dari ruangan Pak Agus. Begitu aku keluar, beberapa orang justru tengah berdiri, seperti sengaja menungguku.Tanpa aba-aba mereka semua senyum-senyum menahan tawa saat melihat keningku yang benjol.“Huh … minggir, minggir!” Aku berusaha melewati mereka yang berdiri berjejer.“Eits … gak semudah itu, Dan!” Ridwan berbicara, mencegah langkahku.Aku menatap Ridwan dengan ekspresi bingung.“Yaelah, gak usah sok bingung gitu deh!” Ridwan mencebik.“Kenapa, sih lo, Wan?” sinisku.“Lo bayar dulu semua hutang-hutang lo ke kita! Baru lo bisa pergi!” ketus Ridwan.“Apa-apaan lo, Wan? Perjanjiannya, kan nanti gue bayar pas gajian!” “Itu, kan kalau lo masih kerja! Sekarang, kan lo dipecat! Kalau gak sekarang bayarnya, mau kapan lagi? Nanti jangan-jangan lo kabur,” Ridwan mencebik.“Walau sekarang gue dipecat, tapi gue masih gajian lah! Gajian tinggal tiga hari lagi, masa lo gak bisa sabar, sih!” ketusku.“Justru itu, gue jadi gak percaya! Nanti pas gaj

  • SUAMI TOXIC   BAB 30

    POV DaniSiang ini perutku lapar sekali. Jam istirahat sekitar lima menit lagi. Aku merapikan area kerjaku, bersiap untuk makan siang. Perutku sudah berbunyi minta diisi.Begitu bel tanda istirahat berbunyi, aku bergegas menuju kantin pabrik. Sepanjang perjalanan menuju kantin, aku merasa banyak yang memperhatikanku. Apa ada yang salah di wajahku? Kuusap wajah kasar, takut ada kotoran yang menempel. Tidak ada apa-apa. Semakin dekat dengan kantin, aku mempercepat langkahku. Tapi begitu banyak pasang mata yang menatap ke arahku. Sebenarnya mereka melihat apa sih? Aku jadi salah tingkah. Kurapikan seragam kerjaku, tidak ada yang salah juga dengan seragamku. Ah, sudahlah! Aku tidak peduli. Aku segera mencari tempat duduk yang kosong untuk makan. Makan siang hari ini soto, harumnya sudah menusuk hidungku. Tapi sulit sekali mencari tempat duduk, kantin ini begitu ramai.“Jatuh bareng selingkuhan, rasanya enak atau enaaak?”“Hahahaha!”Tiba-tiba menggelegar suara tawa memenuhi ruangan kant

DMCA.com Protection Status