Sebenarnya, Laura juga sangat gugup saat melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan sama sekali pada seorang pria. Akan tetapi karena sudah terlanjur menjatuhkan harga diri untuk membantu, Laura pun tidak bisa mundur lagi sekarang.Perlahan, Laura membuat gerakan. Ingin mencium bibir sang suami dengan pengetahuannya tentang masalah itu yang sangat minim. Biarlah, Laura hanya ingin membantu sang suami, itu saja, sebab, jika tidak sekarang, kapan lagi ia memiliki waktu? Sementara durasi waktu pernikahan mereka lambat laun pasti berakhir.Sejengkal lagi bibir mereka bertemu, tiba-tiba saja, Kenriki mendorong tubuh sang istri hingga Laura tersungkur di atas tempat tidur dan Kenriki sendiri mundur dengan wajah yang merah, dan sekujur tubuh yang gemetar. Napas pria itu memburu.Seolah-olah, ada yang mengejar Kenriki hingga ia bisa demikian."Apa yang kau lakukan? Kau ingin melanggar perjanjian kontrak kita?!" tegas Kenriki dengan suara bergetar, antara marah, kaget, membara dan panik jadi s
"Itu bukan solusi yang baik, Riki, justru kau yang sekarang menikah dan istrimu berusaha untuk menyentuh, kau akan terbiasa dengan situasi itu, lalu perlahan-lahan, kau akan memulai, jadi kau tidak perlu mengakhiri, apa yang sudah kau lakukan sekarang mungkin bisa menjadi sumber kebahagiaanmu esok hari."Dokter Linda menanggapi ucapan Kenriki dengan wajah yang serius."Aku tidak yakin....""Karena tidak cinta?""Itu salah satunya, selain itu, keadaanku ini yang membuat aku tidak yakin.""Kalau kau selalu tidak yakin, maka kau tidak akan pernah sembuh, jadi berusahalah untuk yakin, kau harus meneriakkan kalimat aku bisa sembuh di dalam hatimu agar kau mendapatkan keyakinan itu."Kenriki mengusap wajahnya kembali, ia tidak merespon perkataan sang dokter karena ia tidak tahu apa yang harus ia katakan ketika ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi kondisinya sekarang.Setelah kedatangan Kenriki waktu itu ke rumahnya, Dokter Linda menemui Fani sang psikiater secara khusus.
Laura terdiam ketika mendengar Mitha bicara demikian padanya. Hatinya sibuk dengan berbagai macam pertanyaan, benarkah sang suami mengalami pelecehan dari seseorang hingga membuat suaminya itu sulit untuk disentuh wanita? Atau...."Selain karena sindrom trauma, apakah ada kemungkinan lain yang dialaminya?""Tergantung gejala yang terlihat.""Misalnya, dia ... Tidak normal?""Penyuka sesama?""Bisakah itu terjadi?""Kemungkinan itu ada, tapi gejala yang kau katakan itu menunjukkan kalau dia menderita trauma yang parah, bukan karena fantasinya menyimpang."Laura menghela napas lega ketika mendengar kesimpulan yang diucapkan oleh Mitha. Terpenting adalah suaminya normal, jadi ia merasa memiliki harapan untuk membantu sang suami agar bisa lepas dari situasi yang membelitnya tersebut."Ohya, selamat ya, perkembangan Lyoudra kakakmu semakin baik, aku tidak tahu bagaimana cara menyampaikan hal ini padamu, karena di satu sisi ada sesuatu yang harus kau waspadai di sisi lain berita ini juga pa
"Apa?""Tidak mau?""Hukuman yang kau maksud itu apa?""Apa saja!""Tidak! Aku harus tahu jenis hukuman itu apa!""Tidak perlu berpikir terlalu jauh, hukuman yang aku maksud tidak akan menyakiti fisik, aku juga tidak akan melakukan tindakan kriminal, kau pikir aku tidak perlu menjaga nama baik?""Apakah itu akan tertulis di perjanjian?""Ya!"Laura terdiam.Aku pikir, dia tidak akan mengakhiri perjanjian awal kami setelah Kak Lyoudra sembuh, tapi ternyata dia justru sangat bersemangat, sepertinya memang hanya aku yang berpikir ingin mempertahankan pernikahan tidak jelas ini agar nanti bisa menjadi jelas....Hati Laura bicara demikian, dua telapak tangannya saling menggenggam sekarang, saling menautkan jari pertanda perempuan itu sedang berpikir keras untuk tawaran yang diberikan oleh Kenriki. "Kapan itu akan kau lakukan?""Setelah kakakmu keluar dari rumah sakit, maka semua tanggung jawab ku atasmu juga berakhir, kau tidak perlu khawatir, aku memberikan kompensasi untuk hal ini.""Ap
"Apa maksud Kakak?" tanya Kenriki sambil mundur perlahan. Wajahnya terlihat pucat dan keningnya mengeluarkan keringat, hingga keadaan itu membuat Kenriki merasa tidak nyaman."Maksudku? Tentu saja aku mau pertanggungjawaban kamu, Riki! Kau mengabaikan permintaanku berkali-kali, hanya Laura yang selalu datang menengok, Laura itu patuh padaku, bukan dia yang tidak mengizinkan kamu untuk datang, tapi kamu, yang tidak mau, iya, kan?" kata Lyoudra sambil melangkah ke arah Kenriki yang terus mundur sambil berusaha untuk menguasai dirinya yang mulai merasa gugup.Sekujur tubuh Kenriki mulai bereaksi tidak nyaman, situasi seperti sekarang membuat ia merasa kembali ke masa lalu di mana ia pernah mengalami hal yang sama ketika berada di luar negeri.Kejadian menjijikkan itu yang membuat psikis Kenriki terluka hingga luka itu semakin parah sampai ia kembali ke Indonesia. Sekarang, situasi itu diulang oleh Lyoudra dan Kenriki tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh sang kakak ipar padanya. "Pe
"Apa yang kamu mau?" tanya Kenriki dengan nada suara yang terdengar mulai gemetar.Suaranya gemetar, ada apa sebenarnya dengan dia? Masa setakut itu padaku?Hati Lyoudra bicara demikian sambil memperhatikan Kenriki tanpa berkedip. "Apa yang aku mau? Tentu saja aku mau kau memberikan sesuatu yang aku minta!""Apa yang kau minta? Katakan cepat!" Kenriki makin merasa, kalau sekarang ia semakin sulit untuk mengatasi dirinya yang sekarang hingga keringat terus membanjir tidak hanya di wajah tapi juga di tubuhnya.Telapak tangannya menggenggam telapak tangan yang lain hanya untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya agar ia tetap berdiri dengan kokoh. Ia tidak boleh menampakkan dirinya yang lemah kalau tidak ingin Lyoudra makin memperalat dirinya."Ceraikan Laura dan menikah denganku!" kata Lyoudra dengan suara yang tegas. "Apa?""Ya! Kalau kau bersedia memenuhi permintaanku, maka aku akan memberikan kunci ini, dan kau boleh keluar dengan santai sekarang juga tanpa kucegah lagi!""Tidak!
"Kamu gila!"Karena marah, Kenriki nekat menerobos Lyoudra yang berdiri menghadangnya, tentu saja Lyoudra tidak membiarkan itu terjadi, dengan sergap ia menghalangi Kenriki dan dua tangannya memegang kembali kedua tangan sang adik ipar. Ini membuat tubuh Kenriki makin gemetar hingga permukaan kulitnya basah oleh keringat.Aneh, dia gemetar, keringatnya jadi semakin banyak, dia ini kenapa? Masa iya grogi atau ketakutan sama aku? Harus aku selidiki ini, dia menyembunyikan apa sampai begini, masa ganteng-ganteng tapi mentalnya kecil? Dia jantan enggak? Muka ganteng tapi bawahnya enggak bisa tegang ya percuma!Hati Lyoudra bicara demikian, dan otaknya seketika berpikir cepat untuk menyimpulkan apa yang ia lihat dari keadaan Kenriki yang sekarang, mengapa begitu aneh?"Kau tidak boleh pergi kalau kau belum melakukan apa yang aku perintahkan, Riki! Kau ingin kunci? Berikan dulu apa yang aku minta!" bentak Lyoudra dengan nada suaranya yang meninggi."Tidak akan!" balas Kenriki sambil berusa
Laura membatu, ia tidak percaya kakaknya akan bicara seperti itu padanya. Ia juga tidak tahu, apakah sang kakak benar-benar mencintai suaminya atau itu hanya akal-akalan sang kakak untuk membuat dirinya merasa kalah lagi?"Kakak benar-benar cinta sama Kenriki?" tanyanya dengan suara perlahan. "Tentu saja! Aku tidak pernah merasakan perasaan menggebu seperti ini pada lelaki, mana mungkin aku pura-pura? Kau pikir memohon seperti ini padamu tidak menjatuhkan harga diriku?"Laura menarik napas berat. Kakaknya terlalu pandai berakting, ia sampai tidak tahu mana sikap kakaknya yang serius mana yang tidak. Akan tetapi, Laura tahu kakaknya memiliki gengsi yang besar, jika tidak benar-benar cinta, untuk apa perempuan itu sampai melakukan hal sejauh ini padanya? Menyerang sang suami pula. "Kalau Kakak benar-benar cinta, aku akan ikhlas, tapi satu hal yang harus Kakak ingat, jangan seperti tadi, Kakak membuat dia ketakutan, berusahalah untuk perlahan, Kenriki berbeda seperti pria lain, aku ti