"Apa maksud Kakak?" tanya Kenriki sambil mundur perlahan. Wajahnya terlihat pucat dan keningnya mengeluarkan keringat, hingga keadaan itu membuat Kenriki merasa tidak nyaman."Maksudku? Tentu saja aku mau pertanggungjawaban kamu, Riki! Kau mengabaikan permintaanku berkali-kali, hanya Laura yang selalu datang menengok, Laura itu patuh padaku, bukan dia yang tidak mengizinkan kamu untuk datang, tapi kamu, yang tidak mau, iya, kan?" kata Lyoudra sambil melangkah ke arah Kenriki yang terus mundur sambil berusaha untuk menguasai dirinya yang mulai merasa gugup.Sekujur tubuh Kenriki mulai bereaksi tidak nyaman, situasi seperti sekarang membuat ia merasa kembali ke masa lalu di mana ia pernah mengalami hal yang sama ketika berada di luar negeri.Kejadian menjijikkan itu yang membuat psikis Kenriki terluka hingga luka itu semakin parah sampai ia kembali ke Indonesia. Sekarang, situasi itu diulang oleh Lyoudra dan Kenriki tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh sang kakak ipar padanya. "Pe
"Apa yang kamu mau?" tanya Kenriki dengan nada suara yang terdengar mulai gemetar.Suaranya gemetar, ada apa sebenarnya dengan dia? Masa setakut itu padaku?Hati Lyoudra bicara demikian sambil memperhatikan Kenriki tanpa berkedip. "Apa yang aku mau? Tentu saja aku mau kau memberikan sesuatu yang aku minta!""Apa yang kau minta? Katakan cepat!" Kenriki makin merasa, kalau sekarang ia semakin sulit untuk mengatasi dirinya yang sekarang hingga keringat terus membanjir tidak hanya di wajah tapi juga di tubuhnya.Telapak tangannya menggenggam telapak tangan yang lain hanya untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya agar ia tetap berdiri dengan kokoh. Ia tidak boleh menampakkan dirinya yang lemah kalau tidak ingin Lyoudra makin memperalat dirinya."Ceraikan Laura dan menikah denganku!" kata Lyoudra dengan suara yang tegas. "Apa?""Ya! Kalau kau bersedia memenuhi permintaanku, maka aku akan memberikan kunci ini, dan kau boleh keluar dengan santai sekarang juga tanpa kucegah lagi!""Tidak!
"Kamu gila!"Karena marah, Kenriki nekat menerobos Lyoudra yang berdiri menghadangnya, tentu saja Lyoudra tidak membiarkan itu terjadi, dengan sergap ia menghalangi Kenriki dan dua tangannya memegang kembali kedua tangan sang adik ipar. Ini membuat tubuh Kenriki makin gemetar hingga permukaan kulitnya basah oleh keringat.Aneh, dia gemetar, keringatnya jadi semakin banyak, dia ini kenapa? Masa iya grogi atau ketakutan sama aku? Harus aku selidiki ini, dia menyembunyikan apa sampai begini, masa ganteng-ganteng tapi mentalnya kecil? Dia jantan enggak? Muka ganteng tapi bawahnya enggak bisa tegang ya percuma!Hati Lyoudra bicara demikian, dan otaknya seketika berpikir cepat untuk menyimpulkan apa yang ia lihat dari keadaan Kenriki yang sekarang, mengapa begitu aneh?"Kau tidak boleh pergi kalau kau belum melakukan apa yang aku perintahkan, Riki! Kau ingin kunci? Berikan dulu apa yang aku minta!" bentak Lyoudra dengan nada suaranya yang meninggi."Tidak akan!" balas Kenriki sambil berusa
Laura membatu, ia tidak percaya kakaknya akan bicara seperti itu padanya. Ia juga tidak tahu, apakah sang kakak benar-benar mencintai suaminya atau itu hanya akal-akalan sang kakak untuk membuat dirinya merasa kalah lagi?"Kakak benar-benar cinta sama Kenriki?" tanyanya dengan suara perlahan. "Tentu saja! Aku tidak pernah merasakan perasaan menggebu seperti ini pada lelaki, mana mungkin aku pura-pura? Kau pikir memohon seperti ini padamu tidak menjatuhkan harga diriku?"Laura menarik napas berat. Kakaknya terlalu pandai berakting, ia sampai tidak tahu mana sikap kakaknya yang serius mana yang tidak. Akan tetapi, Laura tahu kakaknya memiliki gengsi yang besar, jika tidak benar-benar cinta, untuk apa perempuan itu sampai melakukan hal sejauh ini padanya? Menyerang sang suami pula. "Kalau Kakak benar-benar cinta, aku akan ikhlas, tapi satu hal yang harus Kakak ingat, jangan seperti tadi, Kakak membuat dia ketakutan, berusahalah untuk perlahan, Kenriki berbeda seperti pria lain, aku ti
"Ya, sadis, bukan? Sebenarnya aku bersikap seperti apa, itu tergantung bagaimana orang bersikap padaku, kakakmu itu sudah keterlaluan, jadi aku tidak peduli kalau kau mengatakan aku ini jahat!"Laura menghela napas panjang, sebenarnya ia tidak menyalahkan keputusan Kenriki, namun jika dipikirkan, Laura tentu saja jadi galau karena biaya sang kakak mau tidak mau harus ia cari sendiri lantaran Kenriki menghentikan biaya yang diberikan olehnya sebab, pria itu marah pada sang kakak."Sekali lagi aku minta maaf atas nama kakakku, aku akan bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan, jadi begini, karena sekarang kau tidak lagi membiayai kakak, bolehkah aku bekerja kembali?""Tidak!""Tidak? Kau bilang akan menghentikan biaya pengobatan Kak Lyoudra, kalau kau tidak bisa lagi membiayai, otomatis aku harus bertanggung jawab untuk biaya, kan?""Selagi kau masih terikat denganku, kau tidak bisa seenaknya bekerja, Laura! Apa yang harus aku katakan pada orang tuaku jika aku mengizinkan permohonan
Laura terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Pasha, tidak menyangka Pasha akan mengatakan hal seperti itu setelah sekian lama mereka tidak bertemu, dan sejujurnya kata-kata tersebut membuat hatinya jadi berdesir tidak karuan.Tidak! Aku tidak boleh merasakan hal seperti ini lagi, tidak boleh, aku sudah menikah, meskipun pernikahanku seperti pernikahan palsu tapi tetap saja aku sudah menikah....Hati Laura bicara demikian sekedar untuk membuat ia tidak lupa diri bahwa ia sekarang sudah menikah."Aku memang udah nikah, kok. Suami aku lagi enggak sehat, jadi aku pergi ke pasar sendiri.""Oh, udah nikah, enggak ngundang-ngundang ini, nikahnya di mana?"Laura semakin tersudut ketika Pasha bertanya lebih lanjut, dan pada akhirnya ia mengatakan bahwa pernikahan antara ia dan Kenriki tidak digelar terbuka secara bebas, dan sampai di situ Pasha paham, Laura pasti memiliki pasangan yang baik karena menikah dengan situasi yang berbeda seperti itu. "Jadi, mau aku antar tidak?" tawar Pasha unt
"Tidak mungkin, Laura! Kau kan lihat sendiri, Lyoudra berkorban perhiasannya itu untuk bisa sembuh, apa kau pikir, kakakmu itu benar-benar hanya berakting? Lalu, kenapa kau membahas masalah ini? Kamu tidak ikhlas diminta mengalah? Kamu seorang adik, Laura, apakah mengalah sedikit saja kamu tidak bisa? Kakakmu sakit, kau tidak berpikir ke arah sana?"Laura terdiam lagi. Jemari tangannya saling menggenggam. Pertanda ia sekarang sesak dengan apa yang diucapkan oleh ibunya, tapi ia tidak bisa membantah.Hanya sedikit mengalah? Aku rasa tidak sedikit, selama ini aku juga sering mengalah, apakah untuk pasangan juga aku harus mengalah?Hati Laura tidak bisa dicegah mengucapkan kata-kata itu. Rasanya ia semakin sesak sekarang, tapi mau bagaimana lagi? Yang bicara adalah ibunya, Laura tidak terbiasa membantah orang tua, hingga gadis itu akhirnya tidak membantah, khawatir akan menjadi pertengkaran, dan Laura tidak mau bertengkar dengan orang tua."Aku bukan mempermasalahkan, Ma. Aku ikhlas sela
Sinis sekali ucapan yang dilontarkan oleh Kenriki padanya hingga Laura menjadi tidak enak hati. Laura membuat pergerakan, ia kini menghadap ke arah sang suami yang memunggunginya."Aku ingat, kok. Aku mengatakan ini bukan bermaksud untuk membuat sesuatu yang sekiranya bisa membuat kamu kesal....."Suara Laura demikian dekat di telinga Kenriki, membuat pria itu melirik ke belakang meskipun itu tidak membuat ia bisa melihat posisi istrinya. Kenriki terlalu takut membalikkan tubuhnya, khawatir saat ia melakukan itu, posisi istrinya justru sangat dekat hingga membuat dirinya panik."Aku selalu kesal kalau mendengar nama kakakmu kau sebut!" sahut Kenriki dengan nada suara yang sama seperti tadi. Ketus."Aku maklum, apa yang dilakukan kakakku memang sudah keterlaluan, hanya saja, ada hal yang harus aku katakan padamu terkait hal ini, aku mengatakannya tanpa bermaksud apa-apa tapi terima kasih, karena kamu, kakakku sekarang sudah keluar dari rumah sakit!""Kau mau tahu apa yang aku inginkan