"Ya, sadis, bukan? Sebenarnya aku bersikap seperti apa, itu tergantung bagaimana orang bersikap padaku, kakakmu itu sudah keterlaluan, jadi aku tidak peduli kalau kau mengatakan aku ini jahat!"Laura menghela napas panjang, sebenarnya ia tidak menyalahkan keputusan Kenriki, namun jika dipikirkan, Laura tentu saja jadi galau karena biaya sang kakak mau tidak mau harus ia cari sendiri lantaran Kenriki menghentikan biaya yang diberikan olehnya sebab, pria itu marah pada sang kakak."Sekali lagi aku minta maaf atas nama kakakku, aku akan bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan, jadi begini, karena sekarang kau tidak lagi membiayai kakak, bolehkah aku bekerja kembali?""Tidak!""Tidak? Kau bilang akan menghentikan biaya pengobatan Kak Lyoudra, kalau kau tidak bisa lagi membiayai, otomatis aku harus bertanggung jawab untuk biaya, kan?""Selagi kau masih terikat denganku, kau tidak bisa seenaknya bekerja, Laura! Apa yang harus aku katakan pada orang tuaku jika aku mengizinkan permohonan
Laura terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Pasha, tidak menyangka Pasha akan mengatakan hal seperti itu setelah sekian lama mereka tidak bertemu, dan sejujurnya kata-kata tersebut membuat hatinya jadi berdesir tidak karuan.Tidak! Aku tidak boleh merasakan hal seperti ini lagi, tidak boleh, aku sudah menikah, meskipun pernikahanku seperti pernikahan palsu tapi tetap saja aku sudah menikah....Hati Laura bicara demikian sekedar untuk membuat ia tidak lupa diri bahwa ia sekarang sudah menikah."Aku memang udah nikah, kok. Suami aku lagi enggak sehat, jadi aku pergi ke pasar sendiri.""Oh, udah nikah, enggak ngundang-ngundang ini, nikahnya di mana?"Laura semakin tersudut ketika Pasha bertanya lebih lanjut, dan pada akhirnya ia mengatakan bahwa pernikahan antara ia dan Kenriki tidak digelar terbuka secara bebas, dan sampai di situ Pasha paham, Laura pasti memiliki pasangan yang baik karena menikah dengan situasi yang berbeda seperti itu. "Jadi, mau aku antar tidak?" tawar Pasha unt
"Tidak mungkin, Laura! Kau kan lihat sendiri, Lyoudra berkorban perhiasannya itu untuk bisa sembuh, apa kau pikir, kakakmu itu benar-benar hanya berakting? Lalu, kenapa kau membahas masalah ini? Kamu tidak ikhlas diminta mengalah? Kamu seorang adik, Laura, apakah mengalah sedikit saja kamu tidak bisa? Kakakmu sakit, kau tidak berpikir ke arah sana?"Laura terdiam lagi. Jemari tangannya saling menggenggam. Pertanda ia sekarang sesak dengan apa yang diucapkan oleh ibunya, tapi ia tidak bisa membantah.Hanya sedikit mengalah? Aku rasa tidak sedikit, selama ini aku juga sering mengalah, apakah untuk pasangan juga aku harus mengalah?Hati Laura tidak bisa dicegah mengucapkan kata-kata itu. Rasanya ia semakin sesak sekarang, tapi mau bagaimana lagi? Yang bicara adalah ibunya, Laura tidak terbiasa membantah orang tua, hingga gadis itu akhirnya tidak membantah, khawatir akan menjadi pertengkaran, dan Laura tidak mau bertengkar dengan orang tua."Aku bukan mempermasalahkan, Ma. Aku ikhlas sela
Sinis sekali ucapan yang dilontarkan oleh Kenriki padanya hingga Laura menjadi tidak enak hati. Laura membuat pergerakan, ia kini menghadap ke arah sang suami yang memunggunginya."Aku ingat, kok. Aku mengatakan ini bukan bermaksud untuk membuat sesuatu yang sekiranya bisa membuat kamu kesal....."Suara Laura demikian dekat di telinga Kenriki, membuat pria itu melirik ke belakang meskipun itu tidak membuat ia bisa melihat posisi istrinya. Kenriki terlalu takut membalikkan tubuhnya, khawatir saat ia melakukan itu, posisi istrinya justru sangat dekat hingga membuat dirinya panik."Aku selalu kesal kalau mendengar nama kakakmu kau sebut!" sahut Kenriki dengan nada suara yang sama seperti tadi. Ketus."Aku maklum, apa yang dilakukan kakakku memang sudah keterlaluan, hanya saja, ada hal yang harus aku katakan padamu terkait hal ini, aku mengatakannya tanpa bermaksud apa-apa tapi terima kasih, karena kamu, kakakku sekarang sudah keluar dari rumah sakit!""Kau mau tahu apa yang aku inginkan
Mendengar apa yang dikatakan Laura, Kenriki langsung bergerak dan turun dari tempat tidur. Wajahnya pucat, dengan napas yang mulai memburu. Melihat hal itu, Laura terkejut, ia buru-buru ikut turun dari tempat tidur dan mengacungkan tangannya ke arah sang suami bahwa suaminya tidak perlu pergi ke manapun karena ia tidak akan melakukan hal-hal yang aneh kepadanya."Tenangkan dirimu, aku bicara seperti tadi bukan ingin menyerang kamu, percayalah, aku enggak berpikir macam-macam tentang hal itu, aku hanya-""Kau ingin aku menyentuhmu? Artinya kau menunggu nafkah batin dariku, aku sudah bilang, aku tidak bisa memberikannya, apakah itu kurang jelas bagimu?" Suara Kenriki bergetar ketika mengucapkan kalimat tersebut pada sang istri, ia bahkan terjajar ke belakang hingga membuat Laura menyesali apa yang ia katakan tadi dan dengan halus ia meminta suaminya kembali ke atas tempat tidur sedangkan ia beranjak ke arah sofa agar Kenriki tidak merasa terancam karena sekarang, posisinya sedikit leb
Kenriki mengucapkan kalimat itu dengan suara yang terputus-putus. Laura bisa melihat sang suami berusaha untuk menahan diri agar tidak ambruk meskipun pria itu terhuyung.Reaksinya tidak separah saat aku pertama kali mendekatinya, dia hanya memintaku jangan mendekat, tapi keringatnya tidak sebanyak waktu itu, apakah itu berarti dia juga berusaha untuk melawan perasaan takutnya? Ken, aku mau kamu sembuh karena aku khawatir Kak Lyoudra akan memanfaatkan keadaan kamu yang begini....Hati Laura bicara demikian, sambil memikirkan langkah apa yang harus ia lakukan sekarang untuk membuat perubahan pada diri sang suami. Perempuan itu semakin mendekati Kenriki meskipun Kenriki meminta dirinya untuk tidak mendekatinya.Tahan, Kenriki! Dokter Linda bilang kalau istrimu mendekat, kamu tidak perlu menjauh, kamu bisa melawan perasaan takut itu karena istrimu bukan wanita jalang tersebut, tahan, kamu pasti bisa!Hati Kenriki bicara demikian seiring jemari tangannya yang mencengkram kuat permukaan
"Aku memang tetap akan menepati janji, kau tidak perlu khawatir, tapi kau harus sadar satu hal, selain aku yang mencegah Kak Lyoudra mendekatimu, ada baiknya kau berusaha untuk membentengi dirimu sendiri, dengan cara berusaha sembuh, karena itulah kau jangan ketergantungan obat ini lagi, obat ini tidak akan membuat kamu sembuh, tapi akan membuat kamu tidak bisa melakukan apapun!" "Aku tahu keadaanku sendiri, Laura, bukan kau! Selama ini dengan bantuan obat itu, aku baik-baik saja, jadi kau tidak perlu banyak ikut campur! Berikan obat itu sekarang!""Tidak! Kau tidak baik-baik saja kalau masih dengan bantuan obat ini, Ken! Aku mohon, berusahalah untuk tidak mengkonsumsi obat ini, kalau kau perlu bantuan, katakan padaku, agar aku bisa membantumu, ya?"Mendengar tuntutan sang istri, Kenriki mundur. Tubuhnya terhuyung, hingga pria itu berpegangan pada sisi tempat tidur. Sebelah hatinya berteriak untuk merampas obat yang ada di tangan Laura, sebelah hatinya yang lain berusaha untuk menaha
"Aku, tidak perlu menjawab pertanyaan darimu, itu bukan urusanmu.""Tapi, aku perlu tahu, Ken! Karena, bisa aja kebencian kamu terhadap wanita adalah masalah yang membuat kamu seperti ini!""Memang! Itu sebabnya, aku benci dengan wanita!""Apa yang wanita lakukan padamu?"Kenriki diam. Ia kembali menutup kepalanya dengan dua tangannya dan ini membuat Laura melihat Kenriki benar-benar sulit untuk menjawab pertanyaan darinya. "Enggak mau bicara sama aku?" kata Laura hati-hati."Tidak.""Karena kau berpikir semua wanita sama?""Ya!""Kenapa kau memilihku untuk jadi istri kamu?""Karena kau butuh uang, kan?""Yang butuh uang bukan aku saja, Ken, aku yakin di dunia ini, di kota ini ada banyak wanita yang memiliki kondisi terpuruk seperti aku, kenapa kau memilihku?""Karena aku menemukanmu, dan kita saling memerlukan.""Sekarang aku mau tanya sama kamu, kalau semua wanita sama seperti yang ada di pikiran kamu, kenapa kamu mengizinkan aku satu kamar denganmu?""Karena kalau kau di luar, ora