Di belahan bumi lainnya."Nyonya mohon ditandatangani," kata sang pengacara."Apa ini Tuan?" tanya Nayumi bingung."Ini adalah surat perceraian Nyonya dengan Tuan Revan," jawab pengacara itu.DegJantung Nayumi berdetak kencang. Dia tak menyangka, setelah hampir beberapa bulan menikah, ternyata diceraikan juga."Harusnya aku sadar, kalau aku tidak akan bisa mengalahkan cinta Mya, meskipun aku saat ini mengandung anaknya," batin Nayumi.Dia menatap nanar dokumen perceraian yang sudah ditanda tangani oleh sang suami."Ini ada surat untuk Nyonya, sebelum menandatangani surat ini, Nyonya harus membacanya dulu, begitu kata Tuan," ujar sang pengacara.Nayumi membuka surat dari sang suami.Teruntuk Nayumi.Sebelumnya, aku minta maaf. Namun, aku tetap harus mengambil keputusan ini. Keiko, Mamamu telah menyuruh orang untuk menabrak adikku hingga dia meninggal hanya karena cemburu adikku dekat dengan Papamu.Dia adalah adikku satu satunya,
"Tuan, jari Nyonya bergerak."Teriakan perias istrinya membuyarkan lamunan Rehan. Lelaki itu segera berlari menuju ke kamar.Ternyata benar ucapan perias itu. Jari-jari sang istri bergerak. Rehan lalu duduk di samping sang istri."Sayang, kamu sudah sadar?" tanya Rehan sambil memeriksa tubuh sang istri.Raina pun membuka matanya. Dia tersenyum melihat wajah tampan Rehan ada di depannya."Aku ada dimana?" tanyanya."Ohhh, syukurlah, ternyata obat dari Dokter Gregory sungguh ampuh. Terima kasih Ya Allah," ujar Rehan. Lelaki itu berkali kali mencium istrinya. Dia tidak percaya dengan anugerah yang Tuhan berikan untuknya."Kakak belum jawab pertanyaan Rai," omel Raina."Ohh iya, aku lupa, maaf ya sayang. Maafkan suamimu yang pelupa ini. Saat ini, kita berada di rumah kita," jawab Rehan."Rumah kita?" ulang Raina."Iya sayang, lihat, kita baru saja menikah. Dan aku bersyukur, Allah memberiku banyak anugerah di hari kita menikah," kata Rehan.Lelaki itu tak henti-hentinya bersyukur, karena
"Mami, apa Mami mimpi buruk lagi?" tanya Ryu sambil mengusap dahi sang istri yang penuh dengan keringat."Hiks, hiks, Mami mimpi Raina Pi, dia masih hidup, tapi dia lebih memilih tinggal dengan seorang lelaki yang wajahnya tidak terlihat jelas di mimpi Mami," tangis Leona.Ryu mengusap usap bahu sang istri. Dia tahu kalau kepergian Raina sangat mengguncang istrinya, sejak kematian sang putri tujuh belas tahun yang lalu, Rainalah yang mampu membuat Leona kembali ceria.Flashback"Maaf Tuan, putri Anda meninggal saat berada dalam kandungan," kata dokter yang membantu Leona melahirkan.Ryu terduduk di lantai mendapati putri satu-satunya meninggal bahkan sebelum dia melihat dunia. Sementara Leona pingsan karena shock mendengar kabar kematian putrinya."Maafkan Papa sayang, Papa menyesal, seandainya Papi tidak mengajak Mamimu, mungkin kamu masih ada," sesal Ryu.Ya, Leona terpaksa melahirkan sebelum waktunya karena kecelakaan saat pergi menemani Ryu seminar. Mobil mereka dihantam oleh truk
Di Belahan Bumi lainnya."Madam, aku punya barang baru," ujar lelaki dengan tubuh penuh tato itu."Mana, coba lihat," kata wanita dengan berambut pirang itu yang biasa disebut Madam Rachel ituLelaki itu segera membuka penutup kepala Keiko. Madam Rachel memandang Keiko dari bawah sampai atas."Apa kamu gila? Wanita tua begini, siapa yang mau," decak Madam Rachel.Memang benar sih ucapan Madam Rachel, wanita tua seperti Keiko mana laku kalau disandingkan dengan wanita-wanita seksi dan cantik lainnya. Namun, dia sudah diberi uang oleh atasannya untuk membawa wanita ini ke rumah bordil."Terus gimana dong Madam? Aku udah dikasih uang ama Bos, suruh bawa dia kesini," keluh lelaki bertato itu."Kamu bawa balik aja, kamu jadikan dia teman tidurmu juga nggak apa. Daripada dia ada di sini, merusak rating rumahku saja," omel Madam Rachel.Lelaki itu tampak berpikir, sedetik kemudian dia tersenyum licik. Setidaknya, wanita ini berguna untuknya."Ayo ikut aku," kata lelaki itu.Dia menyeret Keik
Rumah Ryu di Jepang."Kak, bolehkah aku meneleponmu?" pesan Nayumi pada Revan.Hampir setengah jam menunggu, tak kunjung mendapat balasan dari sang suami. Karena sudah tak tahan lagi, wanita itu pun nekat menelepon mantan suaminya.Nayumi menunggu dengan gelisah, karena sudah hampir 3 kali mengulang masih juga belum ada jawabanWanita berperut buncit itu pun menangis. Dia sangat merindukan sang mantan suami. Berbulan bulan dia menahan rindu pada mantan suaminya. Hampir setiap malam dia tidur mengenakan kemeja sang suami agar sedikit mengobati rasa rindunya.Kini, dia sudah tidak tahan lagi. Entah itu karena bawaan orok atau karena dirinya sendiri."Sabar ya sayang, bagaimana kalau kita menjenguknya ke Indonesia? Kamu pasti senang bisa melihat Papamu," gumam Nayumi sambil mengusap-usap perutnya.Kandungan Nayumi saat ini sudah berusia 8 bulan lebih. Perkiraan dokter, 3 minggu lagi, dia akan melahirkan. Meski dia tahu resiko penerbangan yang akan dia jalani
Di Perusahaan Ar-Rayyan Group."Apa yang kamu lakukan di kantorku?" Bentak Rayyan pada seorang wanita yang tengah membersihkan ruangan Rayyan.Wanita yang tengah memandangi dan menciumi foto atasannya itu terperanjat hingga menjatuhkan bingkai foto yang dia bawa tadi. Alhasil, pecahlah kaca pigura foto itu."Astaghfirullah," ucapnya.Gadis itu segera membersihkan pecahan kaca itu dan mengambil fotonya."Siapa kamu? Kenapa kamu ada di ruangan saya? Dan kenapa kamu memegang foto keluarga saya?" Cecar Rayyan.Gadis itu tampak ketakutan. Badannya sudah gemetar mendengar bentakan Rayyan."Ma-af Tuan, saya tidak bermaksud apa-apa. Tadinya, saya mau membersihkan ruangan Anda, tapi saat melihat foto Anda, sebelum saya membersihkannya, saya melihatnya dulu," ucapnya sambil tertunduk.Rayyan tersenyum tipis, lelaki tampan itu memperhatikan gadis yang ada di hadapannya ini dengan seksama. Wajahnya sangat cantik, kulitnya putih dan terawat. Bibirnya yang merah al
Rumah Sakit di daerah K"Jadi ini sugar baby-nya dokter Rehan. Pantas saja dokter Rehan tidak pernah peduli ketika aku menggodanya," ujar seorang perawat senior saat membuka grup chat rumah sakit."Kok, wanita itu mau ya? Padahal, dia kan cantik, untuk mencari pria muda, tentu tidaklah sulit. Kenapa harus memilih menjadi sugar baby," sahut perawat B."Dokter Rehan kan kaya, pastilah dia mau," celetuk perawat C.Gosip tentang Raina dan Rehan semakin panas, apalagi saat keluar foto-foto Rehan yang sedang menggendong Raina. Sementara orang yang mereka gosipkan sedang bergelung dalam selimut setelah menghabiskan malam panas mereka. Hari ini mereka libur, jadi mereka memanfaatkan kebersamaan mereka dengan aktifitas ranjang."Sayang, tidak lapar kah?" tanya Rehan yang baru saja terbangun."Jangan ganggu aku Daddy, aku masih ngantuk," kesal Raina.Wanita itu marah karena sang suami yang tak henti-hentinya mengajak dia bercinta."Aku lapar sayang, kita cari makan yuk," ajak Rehan."Pesan saja
Rumah Sakit di kota J."Dokter, kemarin dokter Revan kemari," kata perawat yang mendampinginya."Ohh iya, kenapa dia tidak menemuiku?" gumam Silvia."Maaf dokter, kemarin dokter Revan menemui wanita yang kemarin baru saja melahirkan," sahut perawat itu."Siapa dia? Kenapa Revan mengenalnya?" gumam Silvia."Kita visit dulu saja, biarkan pasien di poli yang menunggu," kata Silvia.Wanita itu penasaran, siapa wanita yang ditemui oleh kekasihnya itu. Saat akan mendatangi ruangan Nayumi, dokter Silvia bingung karena tidak ada siapapun disana."Suster, kemana pasien 316?" tanya Silvia pada perawat jaga."Dipindahkan di ruang VVIP Dok, sama dokter Revan," sahut perawat itu.Hati Silvia sudah bergemuruh, dia yakin, kalau sang kekasih punya hubungan dengan wanita yang dia tolong kemarin.Saat Silvia akan membuka pintu, air mata Silvia jatuh dengan sendirinya. Disana, sang kekasih tengah mencium kening wanita yang dia tolong kemarin. Bahkan kedua orang tua Revan juga ada disana."Ehem ehem," Deh
"Ayra … Nevan … apa yang kalian lakukan?" teriak Raina penuh amarah.Kedua orang itu pun langsung menjauh. Mereka sama sama menunduk karena takut dimarahi oleh sang mama."Maafkan kami Ma. Tolong jangan salah paham. Nevan cuma pamit aja tadi. Dan itu, ciuman perpisahan," jujur Ayra.Nevan merutuki kebodohannya yang tak bisa menahannya tadi. Harusnya dia tidak melakukan itu."Maaf Ma. Nevan yang salah. Bukan Ayra. Kami tidak ada hubungan apa-apa kok," aku Nevan.Raina pun menyuruh kedua remaja itu duduk. Dia pun menjelaskan kemungkinan yang terjadi kalau mereka berhubungan. Dan dia tidak ingin, apa yang dia alami dengan Rehan dan Revan, terulang kembali pada Ayra dan juga Nevan."Sekarang kalian paham kan maksud Mama?" tanya Raina pada dua remaja di hadapannya ini.Keduanya pun mengangguk secara bersamaan. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Di kamar, Raina mendengus kesal pada sang suami. Lelaki tampan itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia menyuruh sang istri duduk di
"Lah, kok malah pingsan," gumam Revan.Lelaki itu tidak terlihat panik saat sang istri jatuh pingsan. Dia dengan santainya menggendong tubuh istrinya kemudian menidurkannya di ranjang.Beberapa jam kemudian, Raina sadar. Dia melihat putra sulungnya ada di sampingnya sambil tersenyum manis."Ngapain kamu senyum-senyum?" Kesal Raina."Hehehe, akhirnya, adik Varo udah jadi. Ternyata, tak sia-sia aku kemarin meminta Papa membuat Mama hamil," celetuk remaja tampan itu.Raina pun bangkit dan menjewer telinga sang putra. "Jadi, semua ulah kamu dan Papa ya. Gara-gara kalian, Mama hamil lagi. Kalian pasti yang menukar obat yang biasa Mama minum," omelnya."Aduh Ma, ampun, sakit Ma. Bukan Varo yang melakukan itu. Varo cuma menyuruh Papa supaya Mama bisa hamil," aku remaja itu."Sama saja, kalian telah bersekongkol rupanya," kesal Raina.Wanita itu pun melepaskan tangannya. Dia juga tak tega menyakiti putranya. Mungkin, memang sudah takdirnya harus memiliki anak lagi. Namun, dia masih harus meng
"Astaga Nevan? Kenapa kamu bisa ada di kamar Papa? Kenapa tidak ketuk pintu dulu saat masuk?" amuk Revan.Bocah kecil itu langsung menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah dibentak oleh Mamanya. Maka dari itu, dia takut saat mendengar suara Revan yang meninggi.Raina yang mengerti pikologis Revan langsung menyenggol lengan suaminya.Raina pun menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. "Sayang, maaf, Mama belum sempat bicara sama Papa. Sekarang, kamu tunggu Papa dan Mama di luar. Setelah ini, kami akan mengantarkanmu mendaftar sekolah," ujar Raina penuh kelembutan.Bocah kecil itu pun mengangguk, lalu keluar masih dengan kepala menunduk. Raina menghela nafas panjang."Pa, jangan terlalu keras sama Nevan. Dia itu belum pernah dibentak sama Nayumi. Wanita itu mungkin terlalu menyayanginya hingga tak pernah memarahinya. Kita didik dia secara perlahan. Nayumi tidak memiliki suami, tentu dia bisa dengan bebas masuk kamar mamanya," nasehat Raina."Ahh iya, aku lupa. Nanti aku akan meminta maaf
"Siapkan alat pacu jantung," titah Revan pada perawatnya.Lelaki itu pun menempelkan alat itu pada dada sang putra. Dua kali kejut, tubuh Revan masih belum menunjukkan reaksi. Padahal, Revan sudah dua kali menaikkan tenaga listriknya."Sus, naikkan lagi," titahnya."Dok, ini sudah yang paling tinggi," ucap perawat itu.Revan pun mengangguk. "Kita coba sekali lagi," ujarnya.Revan akhirnya bernafas lega, saat terlihat garis halus di layar monitor jantung. Tubuhnya pun merosot ke lantai, karena tak sanggup lagi menahan bebannya. Andai dia bisa, dia ingin menggantikan putranya yang sedang terbaring lemah itu.Raina pun membantunya berdiri. Wanita itu terus mengusap punggung sang suami, supaya lelaki itu lebih kuat."Kita tunggu Nevan di sana ya," bujuk sang istri sambil menggiring suaminya ke sofa.Revan pun menurut, lelaki itu membenamkan kepalanya di bahu sang istri. Tangisnya kembali pecah, karena dia mengetahui, kemungkinan sembuh putranya sangat kecil."Sabar Kak, kita doakan saja y
"Hai Boy, gimana kabarmu?" tanya Revan saat dia berada di ruangan sang putra."Baik Pa," jawab bocah kecil itu dengan lesu.FlashbackBegitu mereka turun dari bandara, Revan sudah menunggunya dengan ambulan. Dan langsung dia bawa ke rumah sakit tempat Raina dirawat.Dahi lelaki itu mengerut saat membaca laporan kesehatan yang dilampirkan oleh dokter dari rumah sakit sebelumnya."Kenapa sudah sampai separah ini Nayumi tidak memberi tahunya. Apa wanita itu sudah tidak menganggapnya lagi?" batin Revan kesal.Lelaki itu pun mencari dokter terbaik untuk Nevan. Dia bahkan mencari donor hati, seandainya Nevan memerlukannya.Flashback off"Papa sangat merindukanmu Boy," ucap Revan."Nevan juga Pa. Sekarang, Nevan bahagia, bisa di sini bersama Papa," ucap bocah itu.Tak lama, pintu terbuka, datang Raina sambil menggendong putranya didorong oleh sang mami."Sayang, kenapa kemari? Apa kamu sudah baikan?" tanya Revan khawatir.Melihat raut wajah sang papa yang berubah saat kedatangan wanita canti
"Papa ….""Ayo Mami, semangat. Papa di sini menemani Mami," bisik lelaki itu.Revan terus menciumi kening istrinya sebagai penyemangat sang istri. Setelah meraup oksigen. Raina akhirnya mengejan hingga terdengarlah suara tangisan bayi yang melengking.Oweek oweek oweekRevan tersenyum bahagia saat melihat putranya lahir dalam keadaan sehat dan selamat."Mami hebat! I Love You Mami," bisiknya.Tak lama, Raina pun memejamkan matanya. Tenaganya sudah habis hingga membuat dia tak sanggup untuk membuka mata."Sus, istri saya kenapa? panik Revan saat melihat sang istri yang hanya terdiam.Dokter itu pun memeriksa keadaan Raina. Wanita itu kembali tersenyum dan berkata, "Ibu hanya kelelahan Pak. Nanti juga bangun."Revan bernafas lega. Dia sudah berpikir yang tidak tidak tadi. Sungguh, dia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.Raina sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Revan terus menggenggam tangan sang istri. Sesekali dia menciumnya."Mi, ayo bangun!
Masih jelas di ingatannya senyum ceria saat lelaki itu berlutut di hadapannya untuk kembali melamarnya."Maafkan Mami Dad. Hanya saja, Mami takut dan trauma dengan kehilangan. Dan sekarang, Daddy malah pergi meninggalkan Mami, Selamat Jalan Dad. Cinta Mami untuk Daddy akan tetap ada di sini," batin Raina.Sementara gadis kecil itu, hanya menangis sesenggukan di samping makam sang ayah."Daddy, maafkan Ay. Ay sayang sama Daddy. Meski kebersamaan kita tidak lama. Namun kasih sayang Ay pada Daddy sangat besar. I Love You Dad," lirihnya.Saat Rayyan hendak membantu tubuh Raina berdiri, wanita itu mendadak limbung dan tak sadarkan diri.Rayyan lalu menggendong tubuh adiknya ke dalam mobil. Ryu memeriksanya, setelah sang ayah mengangguk. Mereka pun membawanya pulang ke rumah.Raina sudah membuka matanya, tangisnya kembali pecah kala mengingat apa yang dia alami saat ini. Rasanya, baru kemarin lelaki itu tersenyum bersamanya. Kini, dia harus kehilangan senyum itu.Raina baru menyadari kalau c
"Daddy, berdiri," ujar Raina setengah berbisik."Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menerimaku," kekeh Rehan.Raina berdecak. "Baiklah, aku menerimamu, sekarang berdirilah," ujar Raina.Sorak sorai bergema di taman kolam renang itu. Senyum menghiasi wajah Rehan. Namun, senyum itu pudar saat mendengar ucapan dari mantan istrinya."Daddy, aku menerimamu hanya karena tidak ingin kamu merasa malu di hadapan mereka. Daddy kan tahu, aku tidak ingin menikah lagi."Rehan hanya mengangguk saja. Benar kata Raina, dia pasti akan malu kalau wanita itu menolaknya mentah-mentah.Acara pun dilanjutkan kembali. Yang laki-laki memilih membakar daging, ayam, sosis dan juga pentol. Sementara yang wanita menyiapkan saus dan makanan lainnya.Semua bahagia hari itu, kecuali Rehan. Lelaki yang hari ini bertambah usia itu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat ucapan Raina tadi. Ayra duduk di samping sang ayah. Gadis itu seolah tahu kegundahan hati ayah kandungnya."Dad, kenapa murung gitu?" tany
Entah berapa lama Raina tak sadarkan diri. Wanita itu bangun kala adzan subuh telah terdengar. Raina segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Selepas salam, dia ingin membantu sang mama membuat sarapan. Namun tiba-tiba tubuhnya mendadak limbung. Dunia terasa berputar-putar. Hingga wanita itu pun kembali tak sadarkan diri.Wanita itu terbangun, dia menghembuskan nafas kasar kala melihat dirinya berada di rumah sakit kembali. Raina melirik ke samping. Makin kesal lagi saat dia melihat mantan suaminya ada di samping."Apa tidak ada orang lain? Kenapa mesti menyuruh dia menungguku di sini?" gerutu Raina dalam hati.Wanita itu pun membalikkan tubuhnya. Melihat ranjang yang bergetar membuat Rehan membuka matanya."Rai, kamu sudah sadar?" tanyanya."Huumm," jawab Raina singkat."Ada yang kamu inginkan?" tanya Rehan lagi."Aku ingin pulaaang. Kenapa aku dibawa kesini lagi? Kalau di rumah, kan aku bisa melihat semua barang peninggalan kak Revan, hiks, hiks," tangis Raina."Rai,