"Akkhh sakiit," erang Keiko saat dia terbangun di pagi hari.
Tangannya sudah tidak terikat, bahkan lelaki yang semalam memperlakukannya dengan kasar tengah tidur memeluknya erat.Rasanya, dia ingin melarikan diri dari tempat ini, tapi kakinya seolah tak sanggup untuk melangkah.Merasa ada gerakan membuat Rehan terbangun, lelaki itu melihat wajah lebam Keiko bekas tamparannya kemarin membuat dia kembali merasa onfire. Rasa yang diberikan okeh Keiko hampir sama dengan Leona. Hingga sejak tadi malam, lelaki itu berjanji tidak akan melepaskan wanita itu sampai kapapun juga.Tanpa peduli dengan wajah ketakutan Keiko, Rehan pun kembali melakukannya. Namun, dia tidak kasar seperti tadi malam, melainkan penuh kelembutan. Bahkan Keiko bisa dibuatnya terbang melayang hingga berkali kali.Setelah selesai dengan serangan fajarnya, Rehan membawa Keiko ke kamar mandi. Lelaki itu memandikan Keiko dengan perlahan karena wanita itu terus merintih kesakitan.Acara mandi pun s"Mau kemana kamu jalaaang," teriak Rehan dari dalam kamar.Keiko buru buru membuka pintunya, tapi sayang, pintu itu tidak dapat terbuka."Sial, kenapa tidak bisa dibuka," gumam Keiko.Wanita itu pun mengambil sebuah kartu yang ada disana untuk membukanya. Dididit.Keiko tersenyum senang saat dia berhasil membuka pintu itu. Belum juga kakinya keluar dari apartemen, kaki jenjangnya sudah ditarik kembali oleh Rehan."Aaakkhhh," teriaknya.Blum, pintu kembali tertutup, Rehan segera memasukkan kartu itu ke dalam kantongnya."Rehan, please, lepaskan aku, bukankah kamu tidak mencintaiku? Kenapa kamu menahanku disini?" protesnya berusaha menghindar dari kejaran Rehan.Lelaki itu hanya tersenyum menyeringai. Dengan cepat, dia berhasil menangkap Keiko. Dia pun mengikat tangan dan kaki Keiko supaya wanita itu tidak kabur."Silahkan tunggu hukumanmu disini, aku harus menjahit kepalaku karena ulah bodohmu," geram Rehan.Lelaki itu pun mengambil alat kedokt
"Tanda tangan disini," titah Rehan."Apa ini?" tanya Keiko saat Rehan mulai melepas ikatan tangannya."Dokumen pernikahan," jawab Rehan enteng."Tidak! Aku tidak mau menjadi istrimu. Kamu gila! Aku tidak mau menjadi istrimu Rehaaan," teriak Keiko.Rehan menjambak rambut panjang Keiko hingga kepala wanita itu terjerembab ke belakang."Tidak ada penolakan, tanda tangan atau …""Atau apa?" teriak Keiko.Rehan menunjukkan sebuah video tentang seorang gadis muda yang mengalami keterbelakangan mental tengah bermain dengan beberapa anak kecil."Please Rehan, jangan ganggu dia, dia adalah adikku satu satunya, dia tidak bersalah. Tolong, jangan libatkan dia," ujar Keiko setengah memohon."Kalau begitu, tanda tangani itu," titah Rehan.Rehan tersenyum puas saat Keiko menandatangani akta pernikahan mereka. "Mulai sekarang, bersikaplah menjadi istri yang baik, supaya tidak ada lagi cambuk yang mendarat di kakimu. Kamu pahaam!!" tekan Rehan.Keiko mengangguk patuh. Lelaki itu pun meninggalkan wani
"Istriku hanya kamu sayang, berapa kali sudah aku tegaskan padamu?" kata Ryu."Tapi, bukankah kamu menikahinya? Kamu sendiri yang bilang padaku," Leona tidak mungkin salah dengar."Aku memang menikahinya, tapi hanya dibawah tangan, itu pun dengan surat perjanjian. Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya," aku Ryu."Sekalipun?" Leona kembali memastikan."Sekalipun," tegas Ryu."Kalau kamu tidak pernah menyentuhnya, kenapa banyak sekali foto kalian sedang tidur bersama dengan punggung yang terbuka?" cecar Leona."Saat kecelakaan itu, Rehan menyuruh orang untuk menyuntik mati diriku, beruntung dia membawaku kabur, dia jugalah yang membantuku terapi berjalan kembali. Itu adalah balasan atas apa yang dia lakukan padaku. Setelah aku kembali menemukanmu, aku berusaha untuk segera sembuh hingga bisa kembali bersamamu," terang Ryu panjang lebar."Datanglah kemari, aku akan pikirkan kembali tawaranmu itu," titah Leona.Hampir 30 menit menunggu, Leona melihat mantan suaminya memasuki rumahnya. Wani
"Kenapa diam? Ayo makan," titah Rehan.Keiko tidak berani protes, tapi, dia hanya mengerucutkan bibirnya sambil memakan makanannya."Dasar tidak peka, tidak ada romantis romantisnya, kasih cium kek, peluk kek, bilang sayang kek," geram Keiko dalam hati.Melihat wajah sang istri yang terlihat kesal membuat Rehan tersenyum puas."Sebenarnya, apa maksud kamu mengajakku kesini?" tanya Keiko sambil mengetuk ngetukkan sendok di piringnya."Merayakan hari pernikahan kita," jawab Rehan enteng."Apa kamu tidak pernah nonton drama korea?" kesal Keiko."Memangnya, ada apa dengan drama korea?" Rehan balik bertanya."Tahu ah," sungut Keiko kemudian melanjutkan makannya.Setelah mereka selesai makan, Rehan menggeser tempat duduknya mendekati Keiko. Wanita berambut panjang itu pun memalingkan wajahnya."Keiko, bertemu denganmu adalah takdir Tuhan yang telah dia tetapkan. Menjadi suamimu adalah pilihan, tapi … jatuh cinta padamu, sungguh itu semua diluar kekuasaanku."Keiko menatap Rehan tak percaya,
20 Tahun kemudian."Sayang, aku punya hadiah untukmu," ujar sang lelaki.Tangan lelaki itu pun merogoh tas yang ada di kursi belakang."Taraaa!!" serunya.Wanita cantik berlesung pipi itu kemudian membuka kotak itu. Wajahnya begitu berbinar saat mengetahui kilau yang dihasilkan cincin itu."Ohh, terima kasih sayang!" serunya."Mami dan Papi sudah setuju, jadi, kita bisa menikah secepatnya. Besok, kita akan kembali ke Indonesia," ujar sang lelaki seraya memegang tangan sang kekasih.Gadis itu pun berhambur memeluk tubuh kekasihnya, kemudian menciumi kedua pipinya."Kenapa cuma pipi?" Protes sang lelaki."Kamu sedang menyetir Honey, berbahaya," elak sang kekasih."Tidak akan, jalanan sedang sepi kok," ujar lelaki tampan berkacamata itu.Perempuan itu pun melumat sedikit bibir tipis sang kekasih. Mereka tidak tahu jika dari arah samping ada sebuah truk yang sepertinya kehilangan kendalinya.Tiiiinn tiiiinn. Bruak Bruak DuaaarDi Rumah
"Rehan, jangan diam saja. Bagaimana hasilnya?" ulang Daichi."Hasilnya cocok," lirih Rehan."Syukurlah, lalu kenapa kau tampak tidak bahagia?" tanya Daichi kebingungan."Aku tidak tahu, apakah yang aku lakukan ini salah atau benar. Gadis itu belum meninggal. Dia hanya koma, kalau kita mengoperasinya, itu sama saja kita membunuhnya," jawab Rehan.Keduanya terdiam, memang benar apa yang dikatakan oleh Rehan. Meski kemungkinan sadar adalah 0% tapi gadis itu bisa saja bangun jika Tuhan menghendaki."Semua keputusan aku serahkan padamu. Aku yakin, kamu bisa memilih jalan yang tepat. Kalau menurutku, toh gadis itu tidak memiliki wali, jadi … kau bisa melakukannya," kata Daichi.Rehan bagaikan berada di tengah lautan yang terombang ambing oleh ombak. Hatinya bimbang. Dia harus memilih, menyelamatkan putrinya dengan mengorbankan nyawa orang lain. Atau … membiarkan putrinya meninggal meski pada akhirnya, gadis itu tak mungkin selamat."Ya Tuhan, apa yang harus aku
"Kenapa Dok?" tanya sang asisten.Dokter itu tiba tiba ragu dengan apa yang dia lakukan. "Ya Tuhan, semoga apa yang aku lakukan benar," batinnya.Dia lalu memulai operasi transplantasi hati itu. Dia mengangkat hati yang sudah rusak tadi, kemudian memasang kembali dengan hati gadis yang masih sehat tadi."Syukurlah, operasinya berhasil," ujar Jason.Perawat pun membawa Nayumi ke ruang perawatan, sementara jenazah gadis itu dia serahkan pada Keiko dan Rehan."Tenang saja, kami akan memakamkan kamu dengan layak. Terima kasih atas donor hati yang kamu berikan untuk Nayumi," ujar Keiko.Di sebuah ruangan VIP."Dimana Mya?" tanya Revan saat dia baru saja tersadar."Sayang, kamu sudah sadar. Syukurlah," ucap Leona."Mi, dimana Mya, kemarin aku pergi dengan Mya Mi," teriak Revan."Sabar sayang, nanti Mami tanyakan dulu pada perawat ya, karena Mami tidak tahu apa apa," kata Leona."Cepat ya Mi," ujar Revan.Leona akhirnya keluar. Dia pun bertan
Satu Jam Sebelumnya …Setelah mengantar sang Mami ke bandara, Revan langsung pergi ke rumah sakit. Dia ingin mengetahui kronologi kematian sang kekasih."Sus, boleh saya minta tolong rekam medik pasien atas nama Mya. Saya adalah seorang dokter, ini kartu nama saya," ujar Revan.Kedua perawat yang menjadi bagian resepsionis itu saling pandang."Maaf Tuan, kami tidak tahu siapa Mya," jawab mereka."Mya, pasien wanita yang mengalami kecelakaan bersama saya pada hari sabtu lalu," ujar Revan."Maaf Tuan, kami tidak tahu kalau nama wanita itu Mya, soal rekam mediknya, kami tidak berani, kalau Tuan mau, saya bisa antar Tuan pada pihak kepala rumah sakit, biar beliau yang menjelaskan," kata perawat itu sopan."Baik, antarkan saya kesana," kata Revan.Perawat itu pun mendorong kursi roda Revan ke ruang kepala rumah sakit. Ternyata, Rehan yang duduk disana. Revan memang mengenali Rehan, karena sang Kakak yang memasang fot