"Permisi Bu," ujar Shiva."Ada apa Shiva?" tanya Raina."Pasien yang berada di ruangan mawar kritis Bu. Sekarang dia berada di ICU. Saya sudah menghubungi suaminya, tapi ponselnya tidak aktif. Barangkali, Ibu tahu keluarganya," jawab Shiva.Dia memutuskan untuk memberitahu Raina. Terlepas nanti Raina peduli atau tidak, itu bukan urusannya. Yang penting, dia sudah melakukan tugasnya, begitu pikirnya."Terima kasih informasinya, nanti aku hubungi putrinya," sahut Raina."Ibu kenal putrinya?" Shive sedikit kepo, hingga nekat bertanya."Kenal," jawab Raina singkat.Melihat sikap dingin Raina membuat Shiva tak berani bertanya kembali. Wanita itu pun pergi setelahnya. Sampai di ruangan perawat, Shiva pun menceritakan apa yang dia dengar tadi."Pantas saja, balita yang sering dibawa oleh Ibu Raina, wajahnya mirip dengan lelaki itu. Coba kamu perhatikan baik-baik," sahut Ana."Mungkin, mereka sudah bercerai. Karena Ibu Raina sepertinya dekat dengan dokter Revan," celetuk Shiva."Sepertinya beg
"Pa, Keiko sudah meninggal." Berita itu mengejutkan Rehan yang tengah berada di penjara. Ingin rasanya dia keluar dan pergi ke rumah sakit untuk melihat jasad Keiko untuk terakhir kalinya. Rehan akhirnya mendatangi kepala penjara untuk meminta izin menghadiri pemakaman Keiko.Kepala penjara itu berbaik hati menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengantarkan Rehan ke rumah sakit. Tentunya, dengan pengawalan yang sedikit ketat.Untungnya, jenazah Keiko belum dikebumikan saat Rehan datang. Dia melihat anak lelaki dan menantunya ada di sana."Jadi, kapan jenazah Keiko dikuburkan?" tanya Rehan."Aku meminta pendapat Papa. Nayumi menginginkan jenazah Mamanya dibawa ke Jepang. Sementara, aku tidak punya akses untuk itu," kata Rayyan."Baiklah, Papa telepon dulu teman Papa. Semoga dia bisa mengusahakannya," sahut Rehan.Rayyan pun mengangguk. Semua keperluan sudah disiapkan tinggal menunggu saja, kemana jenazah Keiko akan dibawa.Tak lama, Rehan akhirnya menyetujui keinginan Nayumi setelah t
"Jadi, kamu serius ingin menikahiku?" tanya Raina.Wanita itu sengaja memprovokasi Revan agar lelaki itu bangun dari tidur panjangnya saat melihat jari-jari lelaki itu bergerak."Kamu tidak menyesal? Aku ini janda loh, sudah punya anak lagi. Apa kamu tidak malu menikahi janda. Padahal, kamu masih perjaka," ujar Raina penuh penekanan."Aku tidak peduli dengan statusmu Raina. Aku siap menerimamu dan juga Ayra. Aku berjanji akan menyayanginya seperti anakku sendiri," ujar Kevin.Dalam hati, Revan kesal dengan dirinya yang tidak bisa menggerakkan tangannya. Dia tidak ingin, kehilangan wanita yang dia cintai sejak dulu.Lelaki itu berusaha sekuat tenaganya untuk memegang tangan Raina. Supaya wanita itu tahu kalau dia masih hidup."Tuhan, tolong bantu aku," doanya.Lelaki itu akhirnya bisa menggerakkan jari-jarinya. Dan beberapa menit kemudian, tangannya sudah bisa menggapai Raina."Revaan," teriak Raina.Kevin segera memeriksa pasiennya. Lelaki itu menghembuskan nafas lega setelahnya."Syuk
Beberapa hari sebelum acara ulang tahun Ayra.Mata Revan berkedip begitu melihat cahaya yang di sorotkan padanya. "Dokter, Anda sudah sadar?" tanya perawat itu.Revan hanya berkedip sebagai jawaban. Perawat itu pun memanggil dokter jaga untuk memeriksa Revan. Namun, Revan meminta perawat dan juga dokter itu merahasiakan keadaannya. Dia ingin membuat kejutan untuk calon istri dan anak sambungnya.Keesokannya, Revan berpura-pura tidur saat Raina datang menjenguknya. Ingin rasanya dia memeluk dan mencium wanita yang sangat dia rindukan. Namun, sebisa mungkin dia tahan keinginan itu."Sabar Revan, sabar," lelaki itu menyemangati dirinya sendiri.Hampir 2 hari lamanya lelaki itu selalu begadang untuk belajar duduk dan juga menggerakkan anggota tubuhnya. Dan Alhamdulillah, dia kini sudah bisa duduk di kursi roda."Oke, saatnya kita membuat sedikit kejutan," gumamnya.Revan diantar oleh Rayyan dan juga Mala pergi ke apartemen Rehan. Dada Revan berdegup kencang saat berada di depan pintu apart
"Tunggu, pernikahan ini tidak bisa dilakukan," teriak salah satu lelaki yang baru saja memasuki ruangan itu."Kenapa tidak bisa? Dia memang adik saya, tapi, dia bukan adik kandung saya. Papi dan Mami mengangkatnya sebagai anak, karena ibu dari wanita ini meninggal," jelas Revan."Kalian memang bukan saudara kandung, tapi dia adalah saudara sepersusuanmu. Ibumu menyusuinya hingga dia berusia 2 tahun. Jadi, kalian tidak bisa menikah," tegas orang itu.Tubuh Revan membeku. Kenapa maminya tidak pernah mengatakan hal ini? Kenapa juga dia lupa menanyakannya?Sementara itu, Rehan tersenyum puas. Dia tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Namun, seandainya itu benar. Hal itu sangat menguntungkan baginya.Dia bisa menikahi Raina kembali. Karena sampai kapanpun, dia tidak akan rela kehilangan wanita cantik seperti Raina.Revan pun melihat ke arah sang Mami seolah bertanya, apakah yang dikatakan lelaki asing itu benar?Leona akhirnya berdiri dan duduk di samping sang putra. Wanita itu mengusap bah
"Papa, I ask you. What you did to my Mom?" ulang gadis kecil ituRevan hanya bisa meringis sambil menggaruk kepalanya. Dia bingung mau menjawab apa. Nggak mungkin kan dia jawab itu bekas kissmark."Mmhh, anu Mami alergi," jawab Revan.Gadis kecil itu mengerutkan dahinya. Seingat dia, Maminya tidak memiliki alergi makanan ataupun hawa dingin."Mami nggak pernah punya alergi," katanya."Sayang, terkadang, saat daya tahan tubuh kita menurun. Kita bisa saja terkena alergi, seperti yang diderita Mami saat ini. Apalagi saat cuaca dingin seperti saat ini," terang Revan sambil mengusap rambut sang putri.Ayra melihat wajah sang mami yang sepertinya memang kelelahan. Gadis itu pun turun dari ranjang maminya."Baiklah, Ay mandi dulu. Nanti setelah mandi, Ay akan kembali lagi kemari," ujarnya."Kakak bisa mandi sendiri?" tanya Revan."Bisa dong. Kan Ay anak pintar," sombongnya."Oke, kalau begitu, anak Papa mandi dulu, nanti Papa pesankan makanan kesukaanmu," ujar Revan.Gadis kecil itu pun berla
"Mami, aku pengen bikin istana pasir sama Mami," teriak Raina.Wanita cantik itu pun beranjak dari sisi sang suami. Dia lalu duduk di bibir pantai sambil menemani sang putri membuat istana pasir. Ayra sepertinya memiliki bakat seni. Buktinya, gadis itu terampil sekali membuat istana mungil yang indah.Posisi Raina yang membelakangi Revan, membuat wanita itu tidak menyadari jika suaminya yang tampan itu tengah dikerubungi oleh beberapa wanita cantik dan seksi."Mami, lihat Papa! Sepertinya dia memiliki banyak penggemar," kata Ayra saat gadis itu selesai dengan kegiatannya.Raina menoleh ke belakang. Matanya membola saat tahu kalau apa yang diucapkan oleh putrinya ternyata benar. Raina kesal, ternyata, semua cowok sama saja. Mereka tidak akan bisa setia dengan satu wanita. Raina berniat membalas perilaku sang suami."Awas saja, tunggu pembalasanku," gumam Raina.Raina lalu membersihkan tubuhnya. Dia pun menggandeng tangan Ayra menjauh dari sang suami yang sepertinya tidak sadar kalau is
Raina yang melihat kedatangan sang suami yang sedang emosi jadi ikut emosi juga. Dia sudah lelah masih juga dituduh macam-macam."Memangnya kenapa kalau aku ingin bertemu dengannya? Toh aku hanya bertemu bukan bercanda mesra seperti yang kamu lakukan," kesal Raina.Rehan ternganga melihat tingkah kedua orang ini. Baru juga menikah sudah ribut saja, apa ini yang dikatakan Ayra kalau Maminya bersama Revan tidak akan bahagia?"Sayang, ikut denganku! Biarkan Ayra pulang bersama Daddy-nya," titah Revan yang langsung menarik tangan sang istri lalu membawanya ke mobil miliknya.Begitu sampai di mobil, Raina melihat ke arah jendela. Revan pun menjalankan mobilnya menuju ke apartemen miliknya. Dia malu sama kedua orang tuanya kalau ketahuan pulang sebelum waktunya hanya karena cemburu buta.Mereka sudah sampai di apartemen. Raina pun langsung menuju ke lift tanpa menunggu sang suami. Untunglah, Revan bergerak cepat sehingga lift itu belum sempat naik ke atas.Revan memegang kedua tangan istrin