"Papa, I ask you. What you did to my Mom?" ulang gadis kecil ituRevan hanya bisa meringis sambil menggaruk kepalanya. Dia bingung mau menjawab apa. Nggak mungkin kan dia jawab itu bekas kissmark."Mmhh, anu Mami alergi," jawab Revan.Gadis kecil itu mengerutkan dahinya. Seingat dia, Maminya tidak memiliki alergi makanan ataupun hawa dingin."Mami nggak pernah punya alergi," katanya."Sayang, terkadang, saat daya tahan tubuh kita menurun. Kita bisa saja terkena alergi, seperti yang diderita Mami saat ini. Apalagi saat cuaca dingin seperti saat ini," terang Revan sambil mengusap rambut sang putri.Ayra melihat wajah sang mami yang sepertinya memang kelelahan. Gadis itu pun turun dari ranjang maminya."Baiklah, Ay mandi dulu. Nanti setelah mandi, Ay akan kembali lagi kemari," ujarnya."Kakak bisa mandi sendiri?" tanya Revan."Bisa dong. Kan Ay anak pintar," sombongnya."Oke, kalau begitu, anak Papa mandi dulu, nanti Papa pesankan makanan kesukaanmu," ujar Revan.Gadis kecil itu pun berla
"Mami, aku pengen bikin istana pasir sama Mami," teriak Raina.Wanita cantik itu pun beranjak dari sisi sang suami. Dia lalu duduk di bibir pantai sambil menemani sang putri membuat istana pasir. Ayra sepertinya memiliki bakat seni. Buktinya, gadis itu terampil sekali membuat istana mungil yang indah.Posisi Raina yang membelakangi Revan, membuat wanita itu tidak menyadari jika suaminya yang tampan itu tengah dikerubungi oleh beberapa wanita cantik dan seksi."Mami, lihat Papa! Sepertinya dia memiliki banyak penggemar," kata Ayra saat gadis itu selesai dengan kegiatannya.Raina menoleh ke belakang. Matanya membola saat tahu kalau apa yang diucapkan oleh putrinya ternyata benar. Raina kesal, ternyata, semua cowok sama saja. Mereka tidak akan bisa setia dengan satu wanita. Raina berniat membalas perilaku sang suami."Awas saja, tunggu pembalasanku," gumam Raina.Raina lalu membersihkan tubuhnya. Dia pun menggandeng tangan Ayra menjauh dari sang suami yang sepertinya tidak sadar kalau is
Raina yang melihat kedatangan sang suami yang sedang emosi jadi ikut emosi juga. Dia sudah lelah masih juga dituduh macam-macam."Memangnya kenapa kalau aku ingin bertemu dengannya? Toh aku hanya bertemu bukan bercanda mesra seperti yang kamu lakukan," kesal Raina.Rehan ternganga melihat tingkah kedua orang ini. Baru juga menikah sudah ribut saja, apa ini yang dikatakan Ayra kalau Maminya bersama Revan tidak akan bahagia?"Sayang, ikut denganku! Biarkan Ayra pulang bersama Daddy-nya," titah Revan yang langsung menarik tangan sang istri lalu membawanya ke mobil miliknya.Begitu sampai di mobil, Raina melihat ke arah jendela. Revan pun menjalankan mobilnya menuju ke apartemen miliknya. Dia malu sama kedua orang tuanya kalau ketahuan pulang sebelum waktunya hanya karena cemburu buta.Mereka sudah sampai di apartemen. Raina pun langsung menuju ke lift tanpa menunggu sang suami. Untunglah, Revan bergerak cepat sehingga lift itu belum sempat naik ke atas.Revan memegang kedua tangan istrin
"Daddy, jaga pandangan mata Daddy. Jangan membuat masalah di rumah Papa," bisik gadis kecil itu di telinga Rehan.Lelaki itu pun mengangguk. Selepas sarapan, Rehan memutuskan untuk pulang. Dia juga tak sanggup berlama-lama melihat kemesraan Raina dan juga Revan.Sejak saat itu, Rehan tidak pernah mau jika diajak oleh Ayra ke rumah Revan. Jika putri kecilnya merindukan dia, Rehan akan menjemputnya di lobby apartemen. Hatinya terlalu sakit melihat mantan istrinya bersama dengan mantan menantunya.Sudah 3 bulan lamanya Raina dan Revan menikah. Namun, sampai saat ini, belum ada tanda-tanda wanita itu berbadan dua. Revan memang tidak menuntut Raina untuk hamil. Dia masih menikmati masa berpacaran dengan Raina.Seperti malam ini, karena Ayra berada di rumah ayahnya, Revan mengajak Raina makan malam berdua. Sebuah restoran sudah dia booking hanya untuk mereka."Mami, tutup mata dulu ya," pinta Revan."Kenapa pakai ditutup segala sih Pa?" protes Raina."Kalau nggak ditutup, nggak jadi kejutan
"Hai, kamu sudah sadar?" tanya Rehan pada mantan istrinya."Dimana Ayra?" tanya Raina."Di rumah Mama. Rumah sakit tidak baik untuk kesehatannya," jawab Rehan.Raina pun mengangguk. Dia lalu mencoba meraih handphone-nya yang saat ini berada di nakas. Wanita itu pun mencoba menghubungi suaminya. Dia mendengus kesal kala mendengar suara operator saja. Melihat wajah kusut Raina, Rehan bertanya, "Kenapa sedih begitu?""Iya nih Kak, dari kemarin Revan tidak bisa dihubungi," jawab Raina."Jangan berpikiran buruk bisa jadi dia masih di pesawat," sahut Rehan.Raina terdiam. Dia pun berpikir. "Perjalanan dari Palembang ke Indonesia itu cuma 2 jam Kak, harusnya dia sudah sampai. Lalu kenapa sampai sekarang masih belum bisa dihubungi?" kesal Raina."Mungkin, handphone-nya rusak atau dia lagi ada masalah di sana. Operasi mungkin," sahut Rehan."Aku juga berharap seperti itu, tapi perasaanku mengatakan lain. Aku merasa, sesuatu yang buruk terjadi padanya," cicit Raina.Rehan hanya diam. Sepertinya,
Entah berapa lama Raina tak sadarkan diri. Wanita itu bangun kala adzan subuh telah terdengar. Raina segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Selepas salam, dia ingin membantu sang mama membuat sarapan. Namun tiba-tiba tubuhnya mendadak limbung. Dunia terasa berputar-putar. Hingga wanita itu pun kembali tak sadarkan diri.Wanita itu terbangun, dia menghembuskan nafas kasar kala melihat dirinya berada di rumah sakit kembali. Raina melirik ke samping. Makin kesal lagi saat dia melihat mantan suaminya ada di samping."Apa tidak ada orang lain? Kenapa mesti menyuruh dia menungguku di sini?" gerutu Raina dalam hati.Wanita itu pun membalikkan tubuhnya. Melihat ranjang yang bergetar membuat Rehan membuka matanya."Rai, kamu sudah sadar?" tanyanya."Huumm," jawab Raina singkat."Ada yang kamu inginkan?" tanya Rehan lagi."Aku ingin pulaaang. Kenapa aku dibawa kesini lagi? Kalau di rumah, kan aku bisa melihat semua barang peninggalan kak Revan, hiks, hiks," tangis Raina."Rai,
"Daddy, berdiri," ujar Raina setengah berbisik."Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menerimaku," kekeh Rehan.Raina berdecak. "Baiklah, aku menerimamu, sekarang berdirilah," ujar Raina.Sorak sorai bergema di taman kolam renang itu. Senyum menghiasi wajah Rehan. Namun, senyum itu pudar saat mendengar ucapan dari mantan istrinya."Daddy, aku menerimamu hanya karena tidak ingin kamu merasa malu di hadapan mereka. Daddy kan tahu, aku tidak ingin menikah lagi."Rehan hanya mengangguk saja. Benar kata Raina, dia pasti akan malu kalau wanita itu menolaknya mentah-mentah.Acara pun dilanjutkan kembali. Yang laki-laki memilih membakar daging, ayam, sosis dan juga pentol. Sementara yang wanita menyiapkan saus dan makanan lainnya.Semua bahagia hari itu, kecuali Rehan. Lelaki yang hari ini bertambah usia itu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat ucapan Raina tadi. Ayra duduk di samping sang ayah. Gadis itu seolah tahu kegundahan hati ayah kandungnya."Dad, kenapa murung gitu?" tany
Masih jelas di ingatannya senyum ceria saat lelaki itu berlutut di hadapannya untuk kembali melamarnya."Maafkan Mami Dad. Hanya saja, Mami takut dan trauma dengan kehilangan. Dan sekarang, Daddy malah pergi meninggalkan Mami, Selamat Jalan Dad. Cinta Mami untuk Daddy akan tetap ada di sini," batin Raina.Sementara gadis kecil itu, hanya menangis sesenggukan di samping makam sang ayah."Daddy, maafkan Ay. Ay sayang sama Daddy. Meski kebersamaan kita tidak lama. Namun kasih sayang Ay pada Daddy sangat besar. I Love You Dad," lirihnya.Saat Rayyan hendak membantu tubuh Raina berdiri, wanita itu mendadak limbung dan tak sadarkan diri.Rayyan lalu menggendong tubuh adiknya ke dalam mobil. Ryu memeriksanya, setelah sang ayah mengangguk. Mereka pun membawanya pulang ke rumah.Raina sudah membuka matanya, tangisnya kembali pecah kala mengingat apa yang dia alami saat ini. Rasanya, baru kemarin lelaki itu tersenyum bersamanya. Kini, dia harus kehilangan senyum itu.Raina baru menyadari kalau c