Flashback"Kakak tahu, dimana Keiko?" tanya Raina."Tahu, kenapa memangnya?" Revan balik bertanya."Aku ingin dia kembali kesini. Aku ingin lihat bagaimana reaksi Rehan saat bertemu dengan wanita itu," jawab Raina."Buat apa lagi kamu meminta wanita itu kembali? Dia pasti akan mencelakakanmu kembali kalau dia ada di sini," Revan mengingatkan adiknya."Aku ingin melihat reaksi Rehan saat bertemu dengannya. Di Antara mereka apa masih ada cinta, atau tidak," jawab Raina."Seandainya Rehan masih mencintainya, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Revan."Apalagi, tentu saja meninggalkannya. Kakak tahu, dia bahkan memper*osaku saat aku berkata jujur tentang tujuanku mendekati dia dulu. Dan saat aku bertanya, apa dia mencintainya? Dia hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Bukankah diam itu artinya benar," kata Raina.Revan tersenyum penuh arti. Dia tidak perlu menggunakan tangannya untuk memisahkan keduanya. Raina sendirilah yang menginginkannya."Baiklah, akan Kakak bawa dia kemari. Sebelum i
Melihat Rehan yang mengarahkan senjatanya pada Raina membuat Revan langsung mendorong lelaki itu.DorTembakannya pun meleset. Revan pun memukul Rehan supaya senjata itu terlepas dari tangannya. Begitu senjatanya telah terjatuh, Revan langsung menendangnya sejauh mungkin.Mendengar suara tembakan, Raina pun berbalik. Dia pikir, Rehan telah menembak kakaknya. Namun ternyata tidak. Kedua lelaki malah berkelahi. Raina bukan tidak ingin melerai mereka. Hanya saja, dia takut, kalau salah satu dari mereka memukulnya. Tentu itu berbahaya untuknya.Bugh bughRevan menghajar lelaki itu membabi buta. Rasanya, dia ingin sekali membunuhnya supaya lelaki seperti Rehan tidak ada di dunia ini."Bajingan sepertimu tidak pantas mendapatkan Raina," ujar Revan sambil terus memukuli wajah Rehan.Lelaki matang itu pun berusaha bangkit dengan menendang aset kebanggan Revan. "Kamu pikir, hanya dengan pukulanmu bisa mengalahkanku?" ledeknya.Rehan berganti menghajar lelaki yang pernah menjadi menantunya ini
Setelah pemakaman Raina, Rehan menyerahkan dirinya ke polisi. Penyesalan yang dia rasakan melebihi sakitnya dipukuli orang sekampung. Lelaki itu menjalani kehidupannya di dalam penjara. Dia ingin menebus dosanya di sana."Apa rencanamu sekarang?" tanya Rayyan pada sang adik.Revan menjawab, "Apa lagi? Tentu saja kembali pada kehidupanku semula.""Lalu, bagaimana dengan Kakak? Bukankah Kakak sudah waktunya untuk menikah?" tanya sang adik.Lelaki tampan itu tersenyum. "Sepertinya, aku akan menikahi Mala, gadis OB yang telah mencuri hatiku sejak pertama kali melihatnya.""Semoga acara kalian lancar. Kapan acaranya? Apa Nayumi juga hadir?" tanyanya."Ciyee, ada yang kangen nih." Rayyan menggoda sang adik."Tidak, aku hanya ingin bertemu dengan putraku saja," jawab Revan."Mamanya atau anaknya yang ingin kau temui," ledek Rayyan."Tidak, perasaanku untuk Nayumi sudah mati. Namun, bagaimanapun juga, aku memiliki tanggung jawab untuk Nevan. Aku juga ingin melihat seperti apa wajah putraku," s
"Sayang, kamu mau bertemu dengan Daddy?" tanya Raina pada sang putri."Yes Mommy. I really want to meet him," jawab Ayra.Balita itu memang mengerti jika sang Mami berbicara bahasa Indonesia. Namun, dia lebih senang menggunakan bahasa inggris jika berbicara."Oke, besok, kita berangkat ke Indonesia menemui Daddy kamu," kata Raina."So, Daddy lives in Indonesia?" tanyanya."Ya, Daddy kamu tinggal di sana. Namun, kamu harus tahu, kalau saat ini, Daddy kamu sudah memiliki istri," jawab Raina."Did he leave you for another woman?" tanya Ayra."Kamu tanyakan saja sendiri pada Daddy kamu," jawab Raina.Tujuh jam perjalanan udara telah dilalui oleh kedua wanita beda generasi itu. Kini, mereka sudah sampai di Indonesia. Raina langsung menuju ke kantor pengacaranya untuk mengambil surat permohonan perceraian yang akan ditandatangani oleh Rehan."Sayang, kita ketemu Daddy besok atau sekarang?" tanya Raina pada sang putri."Now," jawab Ayra singkat."Kamu tidak capek?" tanya Raina."No," jawabny
"Kamu?"Saking shocknya melihat wanita yang dia cintai ada di hadapannya membuat lelaki itu terdiam.Ayra menarik narik celana lelaki itu. "Don't you want to be my Daddy?" tanyanya dengan mimik lucu.Lelaki itu berjongkok menyamakan tingginya dengan balita cantik itu. "You want me to be your father?" tanyanya."Yes, I do," jawab balita itu."Okay, now, let me ask you, what's your name?" "My name is Ayra. And she is my Mom, Raina," gadis kecil itu memperkenalkan diri."Ayra I'd love to be your Daddy," ujar lelaki itu sambil mengusap rambut Ayra."Yeaayyy. I have a father now!" seru balita cantik itu."Masuklah," ajak lelaki itu.Revan menatap sang adik penuh kerinduan. "Aku sudah mengira kalau kamu masih hidup. I miss you so," ujar Revan."I miss you to Kak. Apa kabar ?" tanya Raina."Tidak ada yang berubah dalam hidupku Rai. Aku masih seperti ini," jawab Revan."Lalu, bagaimana dengan dokter Silvi?" tanya Raina kembali."Bukankah aku sudah memutuskannya saat kamu diculik olehnya," ja
"Kakak mau ngapain?" tanya Raina.Revan tergagap. Wkwkwk, ternyata ciumannya cuma khayalan ya gays."Ti-dak, aku hanya ingin membangunkamu.""Ohh," sahut Raina.Revan pun mengambil makanan yang tadi dia bawa. "Makanlah.""Makasih Kak," ujar Raina.Wanita cantik itu pun melahap makanan itu. Sejak tadi perutnya terasa lapar. Namun karena terlalu lelah, dia memilih tidur lebih dahulu."Apa Ayra sudah makan?" tanyanya saat melihat putrinya sudah tertidur di sampingnya."Sudah, tadi aku yang menyuapinya," jawab Revan."Kakak bisa?" tanya Raina meremehkan."Jangankan menyuapi Ayra, menyuapi mamanya juga aku bisa. Apa Mama Ayra mau disuapin juga?" goda Revan sambil menaik turunkan alisnya."Apaan sih," Raina tersipu malu dibuatnya.Selesai makan Raina menaruh piringnya di dapur. Dia tidak menyangka kalau ternyata Revan mengikutinya di belakang."Kakak ngapain ngikutin Raina?" tanyanya."Nggak apa pengen aja," jawab Revan.Raina mengedikkan bahunya. Kemudian mencuci semua piring kotor dan jug
"Rai, kamu tidak apa-apa?" tanya Revan saat lelaki itu mendapati sang adik tengah menangis di toilet."Kak, Rehan Kak. Dia …." Wanita itu tak sanggup meneruskan ceritanya."Kenapa? Apa dia menyakitimu?" tanya Revan sambil memeluk sang adik.Wanita itu mengangguk. Revan mengusap punggung Raina yang terus bergetar. Seingat Revan, Raina, adalah wanita yang kuat. Wanita itu bahkan tidak pernah menangis. Entah apa yang telah dilakukan Rehan pada adiknya hingga membuat wanita itu begitu rapuh sekarang ini."Sudah, jangan menangis lagi. Apapun keadaanmu, Kakak akan terima. Apa dia sempat menyentuhmu?" tanya Revan."Tidak Kak, dia hanya menciumku saja tadi," jawab Raina."Tapi Kak …." Raina tidak meneruskan ucapannya hanya deraian air mata saja yang terus mengalir di pipinya."Sudah, tidak perlu merasa bersedih. Apa kamu ingin aku menghukumnya?" tanya Revan."Tidak perlu Kak, aku tidak ingin menambah masalah," kata Raina."Baiklah, ayo kita pulang. Kita jemput Ayra dulu," kata Revan."Kakak ti
"Daddy, kenapa ke tempat Mami nggak sampai-sampai? Biasanya, Papa kalau jemput cepet kok, nggak lama kayak gini," protes gadis kecil itu."Mami tadi bilang ke luar kota. Makanya Daddy yang suruh jemput. Dan sekarang, Daddy suruh nganterin kamu ke tempat Mami," kata Rehan.Gadis kecil itu menatap wajah Rehan dalam-dalam."Kenapa kamu melihat Daddy seperti itu?" tanya Rehan."Daddy, harusnya Daddy bersyukur bisa dapetin Mami. You know what? Di tempat Ayra dulu, banyak sekali lelaki yang mengejar Mami. Waktu Ayra tanya kenapa nggak diterima? Mami jawab karena Mami masih terikat pernikahan dengan Daddy," bocah kecil itu bicara panjang lebar."Daddy memang sangat beruntung memiliki kamu dan Mami," sahut Rehan."Then, why did you have an affair with a woman named Keiko?" tanya gadis kecil itu."Daddy tidak memiliki affair sama dia. Wanita itu adalah mantan istri Daddy sebelum Daddy menikah dengan Mami," terang Rehan yang gemas sekaligus kesal dengan perkataan s
"Ayra … Nevan … apa yang kalian lakukan?" teriak Raina penuh amarah.Kedua orang itu pun langsung menjauh. Mereka sama sama menunduk karena takut dimarahi oleh sang mama."Maafkan kami Ma. Tolong jangan salah paham. Nevan cuma pamit aja tadi. Dan itu, ciuman perpisahan," jujur Ayra.Nevan merutuki kebodohannya yang tak bisa menahannya tadi. Harusnya dia tidak melakukan itu."Maaf Ma. Nevan yang salah. Bukan Ayra. Kami tidak ada hubungan apa-apa kok," aku Nevan.Raina pun menyuruh kedua remaja itu duduk. Dia pun menjelaskan kemungkinan yang terjadi kalau mereka berhubungan. Dan dia tidak ingin, apa yang dia alami dengan Rehan dan Revan, terulang kembali pada Ayra dan juga Nevan."Sekarang kalian paham kan maksud Mama?" tanya Raina pada dua remaja di hadapannya ini.Keduanya pun mengangguk secara bersamaan. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Di kamar, Raina mendengus kesal pada sang suami. Lelaki tampan itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia menyuruh sang istri duduk di
"Lah, kok malah pingsan," gumam Revan.Lelaki itu tidak terlihat panik saat sang istri jatuh pingsan. Dia dengan santainya menggendong tubuh istrinya kemudian menidurkannya di ranjang.Beberapa jam kemudian, Raina sadar. Dia melihat putra sulungnya ada di sampingnya sambil tersenyum manis."Ngapain kamu senyum-senyum?" Kesal Raina."Hehehe, akhirnya, adik Varo udah jadi. Ternyata, tak sia-sia aku kemarin meminta Papa membuat Mama hamil," celetuk remaja tampan itu.Raina pun bangkit dan menjewer telinga sang putra. "Jadi, semua ulah kamu dan Papa ya. Gara-gara kalian, Mama hamil lagi. Kalian pasti yang menukar obat yang biasa Mama minum," omelnya."Aduh Ma, ampun, sakit Ma. Bukan Varo yang melakukan itu. Varo cuma menyuruh Papa supaya Mama bisa hamil," aku remaja itu."Sama saja, kalian telah bersekongkol rupanya," kesal Raina.Wanita itu pun melepaskan tangannya. Dia juga tak tega menyakiti putranya. Mungkin, memang sudah takdirnya harus memiliki anak lagi. Namun, dia masih harus meng
"Astaga Nevan? Kenapa kamu bisa ada di kamar Papa? Kenapa tidak ketuk pintu dulu saat masuk?" amuk Revan.Bocah kecil itu langsung menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah dibentak oleh Mamanya. Maka dari itu, dia takut saat mendengar suara Revan yang meninggi.Raina yang mengerti pikologis Revan langsung menyenggol lengan suaminya.Raina pun menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. "Sayang, maaf, Mama belum sempat bicara sama Papa. Sekarang, kamu tunggu Papa dan Mama di luar. Setelah ini, kami akan mengantarkanmu mendaftar sekolah," ujar Raina penuh kelembutan.Bocah kecil itu pun mengangguk, lalu keluar masih dengan kepala menunduk. Raina menghela nafas panjang."Pa, jangan terlalu keras sama Nevan. Dia itu belum pernah dibentak sama Nayumi. Wanita itu mungkin terlalu menyayanginya hingga tak pernah memarahinya. Kita didik dia secara perlahan. Nayumi tidak memiliki suami, tentu dia bisa dengan bebas masuk kamar mamanya," nasehat Raina."Ahh iya, aku lupa. Nanti aku akan meminta maaf
"Siapkan alat pacu jantung," titah Revan pada perawatnya.Lelaki itu pun menempelkan alat itu pada dada sang putra. Dua kali kejut, tubuh Revan masih belum menunjukkan reaksi. Padahal, Revan sudah dua kali menaikkan tenaga listriknya."Sus, naikkan lagi," titahnya."Dok, ini sudah yang paling tinggi," ucap perawat itu.Revan pun mengangguk. "Kita coba sekali lagi," ujarnya.Revan akhirnya bernafas lega, saat terlihat garis halus di layar monitor jantung. Tubuhnya pun merosot ke lantai, karena tak sanggup lagi menahan bebannya. Andai dia bisa, dia ingin menggantikan putranya yang sedang terbaring lemah itu.Raina pun membantunya berdiri. Wanita itu terus mengusap punggung sang suami, supaya lelaki itu lebih kuat."Kita tunggu Nevan di sana ya," bujuk sang istri sambil menggiring suaminya ke sofa.Revan pun menurut, lelaki itu membenamkan kepalanya di bahu sang istri. Tangisnya kembali pecah, karena dia mengetahui, kemungkinan sembuh putranya sangat kecil."Sabar Kak, kita doakan saja y
"Hai Boy, gimana kabarmu?" tanya Revan saat dia berada di ruangan sang putra."Baik Pa," jawab bocah kecil itu dengan lesu.FlashbackBegitu mereka turun dari bandara, Revan sudah menunggunya dengan ambulan. Dan langsung dia bawa ke rumah sakit tempat Raina dirawat.Dahi lelaki itu mengerut saat membaca laporan kesehatan yang dilampirkan oleh dokter dari rumah sakit sebelumnya."Kenapa sudah sampai separah ini Nayumi tidak memberi tahunya. Apa wanita itu sudah tidak menganggapnya lagi?" batin Revan kesal.Lelaki itu pun mencari dokter terbaik untuk Nevan. Dia bahkan mencari donor hati, seandainya Nevan memerlukannya.Flashback off"Papa sangat merindukanmu Boy," ucap Revan."Nevan juga Pa. Sekarang, Nevan bahagia, bisa di sini bersama Papa," ucap bocah itu.Tak lama, pintu terbuka, datang Raina sambil menggendong putranya didorong oleh sang mami."Sayang, kenapa kemari? Apa kamu sudah baikan?" tanya Revan khawatir.Melihat raut wajah sang papa yang berubah saat kedatangan wanita canti
"Papa ….""Ayo Mami, semangat. Papa di sini menemani Mami," bisik lelaki itu.Revan terus menciumi kening istrinya sebagai penyemangat sang istri. Setelah meraup oksigen. Raina akhirnya mengejan hingga terdengarlah suara tangisan bayi yang melengking.Oweek oweek oweekRevan tersenyum bahagia saat melihat putranya lahir dalam keadaan sehat dan selamat."Mami hebat! I Love You Mami," bisiknya.Tak lama, Raina pun memejamkan matanya. Tenaganya sudah habis hingga membuat dia tak sanggup untuk membuka mata."Sus, istri saya kenapa? panik Revan saat melihat sang istri yang hanya terdiam.Dokter itu pun memeriksa keadaan Raina. Wanita itu kembali tersenyum dan berkata, "Ibu hanya kelelahan Pak. Nanti juga bangun."Revan bernafas lega. Dia sudah berpikir yang tidak tidak tadi. Sungguh, dia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.Raina sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Revan terus menggenggam tangan sang istri. Sesekali dia menciumnya."Mi, ayo bangun!
Masih jelas di ingatannya senyum ceria saat lelaki itu berlutut di hadapannya untuk kembali melamarnya."Maafkan Mami Dad. Hanya saja, Mami takut dan trauma dengan kehilangan. Dan sekarang, Daddy malah pergi meninggalkan Mami, Selamat Jalan Dad. Cinta Mami untuk Daddy akan tetap ada di sini," batin Raina.Sementara gadis kecil itu, hanya menangis sesenggukan di samping makam sang ayah."Daddy, maafkan Ay. Ay sayang sama Daddy. Meski kebersamaan kita tidak lama. Namun kasih sayang Ay pada Daddy sangat besar. I Love You Dad," lirihnya.Saat Rayyan hendak membantu tubuh Raina berdiri, wanita itu mendadak limbung dan tak sadarkan diri.Rayyan lalu menggendong tubuh adiknya ke dalam mobil. Ryu memeriksanya, setelah sang ayah mengangguk. Mereka pun membawanya pulang ke rumah.Raina sudah membuka matanya, tangisnya kembali pecah kala mengingat apa yang dia alami saat ini. Rasanya, baru kemarin lelaki itu tersenyum bersamanya. Kini, dia harus kehilangan senyum itu.Raina baru menyadari kalau c
"Daddy, berdiri," ujar Raina setengah berbisik."Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menerimaku," kekeh Rehan.Raina berdecak. "Baiklah, aku menerimamu, sekarang berdirilah," ujar Raina.Sorak sorai bergema di taman kolam renang itu. Senyum menghiasi wajah Rehan. Namun, senyum itu pudar saat mendengar ucapan dari mantan istrinya."Daddy, aku menerimamu hanya karena tidak ingin kamu merasa malu di hadapan mereka. Daddy kan tahu, aku tidak ingin menikah lagi."Rehan hanya mengangguk saja. Benar kata Raina, dia pasti akan malu kalau wanita itu menolaknya mentah-mentah.Acara pun dilanjutkan kembali. Yang laki-laki memilih membakar daging, ayam, sosis dan juga pentol. Sementara yang wanita menyiapkan saus dan makanan lainnya.Semua bahagia hari itu, kecuali Rehan. Lelaki yang hari ini bertambah usia itu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat ucapan Raina tadi. Ayra duduk di samping sang ayah. Gadis itu seolah tahu kegundahan hati ayah kandungnya."Dad, kenapa murung gitu?" tany
Entah berapa lama Raina tak sadarkan diri. Wanita itu bangun kala adzan subuh telah terdengar. Raina segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Selepas salam, dia ingin membantu sang mama membuat sarapan. Namun tiba-tiba tubuhnya mendadak limbung. Dunia terasa berputar-putar. Hingga wanita itu pun kembali tak sadarkan diri.Wanita itu terbangun, dia menghembuskan nafas kasar kala melihat dirinya berada di rumah sakit kembali. Raina melirik ke samping. Makin kesal lagi saat dia melihat mantan suaminya ada di samping."Apa tidak ada orang lain? Kenapa mesti menyuruh dia menungguku di sini?" gerutu Raina dalam hati.Wanita itu pun membalikkan tubuhnya. Melihat ranjang yang bergetar membuat Rehan membuka matanya."Rai, kamu sudah sadar?" tanyanya."Huumm," jawab Raina singkat."Ada yang kamu inginkan?" tanya Rehan lagi."Aku ingin pulaaang. Kenapa aku dibawa kesini lagi? Kalau di rumah, kan aku bisa melihat semua barang peninggalan kak Revan, hiks, hiks," tangis Raina."Rai,