"Halo Sayangku. Bagaimana kabarmu? Lama kita tidak bertemu?" Seorang wanita tiba-tiba memeluk Rehan dari belakang.Tubuh Rehan mendadak kaku. Dia tidak menyangka kalau sang mantan istri telah kembali. Bukankah Revan sudah membuangnya jauh ke negara lain, pikirnya.Rehan melepaskan pelukan Keiko. Lelaki itu pun mendudukkannya di kursi yang berada di hadapannya."Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Rehan dingin."Kau tidak merindukanku?" tanya Keiko sambil membusungkan dadanya.Wanita itu memang terlihat lebih menggoda saat ini. Apalagi dengan dandanan dan juga pakaian seksi yang menempel di tubuhnya."Tidak," jawab Rehan singkat."Kamu tahu sayang, aku sangat merindukanmu. Maka dari itu, aku kemari," ujar Keiko."Kembalilah ke negara asalmu Kei. Aku sudah menikah. Dan saat ini, istriku sedang hamil. Aku tidak akan pernah mengkhianatinya demi wanita seperti kamu," tekan Rehan."Memangnya, aku ini wanita seperti apa?" tanya Keiko.Rehan terdiam. Dia sendiri tidak tahu, hukuman seperti a
Flashback"Kakak tahu, dimana Keiko?" tanya Raina."Tahu, kenapa memangnya?" Revan balik bertanya."Aku ingin dia kembali kesini. Aku ingin lihat bagaimana reaksi Rehan saat bertemu dengan wanita itu," jawab Raina."Buat apa lagi kamu meminta wanita itu kembali? Dia pasti akan mencelakakanmu kembali kalau dia ada di sini," Revan mengingatkan adiknya."Aku ingin melihat reaksi Rehan saat bertemu dengannya. Di Antara mereka apa masih ada cinta, atau tidak," jawab Raina."Seandainya Rehan masih mencintainya, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Revan."Apalagi, tentu saja meninggalkannya. Kakak tahu, dia bahkan memper*osaku saat aku berkata jujur tentang tujuanku mendekati dia dulu. Dan saat aku bertanya, apa dia mencintainya? Dia hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Bukankah diam itu artinya benar," kata Raina.Revan tersenyum penuh arti. Dia tidak perlu menggunakan tangannya untuk memisahkan keduanya. Raina sendirilah yang menginginkannya."Baiklah, akan Kakak bawa dia kemari. Sebelum i
Melihat Rehan yang mengarahkan senjatanya pada Raina membuat Revan langsung mendorong lelaki itu.DorTembakannya pun meleset. Revan pun memukul Rehan supaya senjata itu terlepas dari tangannya. Begitu senjatanya telah terjatuh, Revan langsung menendangnya sejauh mungkin.Mendengar suara tembakan, Raina pun berbalik. Dia pikir, Rehan telah menembak kakaknya. Namun ternyata tidak. Kedua lelaki malah berkelahi. Raina bukan tidak ingin melerai mereka. Hanya saja, dia takut, kalau salah satu dari mereka memukulnya. Tentu itu berbahaya untuknya.Bugh bughRevan menghajar lelaki itu membabi buta. Rasanya, dia ingin sekali membunuhnya supaya lelaki seperti Rehan tidak ada di dunia ini."Bajingan sepertimu tidak pantas mendapatkan Raina," ujar Revan sambil terus memukuli wajah Rehan.Lelaki matang itu pun berusaha bangkit dengan menendang aset kebanggan Revan. "Kamu pikir, hanya dengan pukulanmu bisa mengalahkanku?" ledeknya.Rehan berganti menghajar lelaki yang pernah menjadi menantunya ini
Setelah pemakaman Raina, Rehan menyerahkan dirinya ke polisi. Penyesalan yang dia rasakan melebihi sakitnya dipukuli orang sekampung. Lelaki itu menjalani kehidupannya di dalam penjara. Dia ingin menebus dosanya di sana."Apa rencanamu sekarang?" tanya Rayyan pada sang adik.Revan menjawab, "Apa lagi? Tentu saja kembali pada kehidupanku semula.""Lalu, bagaimana dengan Kakak? Bukankah Kakak sudah waktunya untuk menikah?" tanya sang adik.Lelaki tampan itu tersenyum. "Sepertinya, aku akan menikahi Mala, gadis OB yang telah mencuri hatiku sejak pertama kali melihatnya.""Semoga acara kalian lancar. Kapan acaranya? Apa Nayumi juga hadir?" tanyanya."Ciyee, ada yang kangen nih." Rayyan menggoda sang adik."Tidak, aku hanya ingin bertemu dengan putraku saja," jawab Revan."Mamanya atau anaknya yang ingin kau temui," ledek Rayyan."Tidak, perasaanku untuk Nayumi sudah mati. Namun, bagaimanapun juga, aku memiliki tanggung jawab untuk Nevan. Aku juga ingin melihat seperti apa wajah putraku," s
"Sayang, kamu mau bertemu dengan Daddy?" tanya Raina pada sang putri."Yes Mommy. I really want to meet him," jawab Ayra.Balita itu memang mengerti jika sang Mami berbicara bahasa Indonesia. Namun, dia lebih senang menggunakan bahasa inggris jika berbicara."Oke, besok, kita berangkat ke Indonesia menemui Daddy kamu," kata Raina."So, Daddy lives in Indonesia?" tanyanya."Ya, Daddy kamu tinggal di sana. Namun, kamu harus tahu, kalau saat ini, Daddy kamu sudah memiliki istri," jawab Raina."Did he leave you for another woman?" tanya Ayra."Kamu tanyakan saja sendiri pada Daddy kamu," jawab Raina.Tujuh jam perjalanan udara telah dilalui oleh kedua wanita beda generasi itu. Kini, mereka sudah sampai di Indonesia. Raina langsung menuju ke kantor pengacaranya untuk mengambil surat permohonan perceraian yang akan ditandatangani oleh Rehan."Sayang, kita ketemu Daddy besok atau sekarang?" tanya Raina pada sang putri."Now," jawab Ayra singkat."Kamu tidak capek?" tanya Raina."No," jawabny
"Kamu?"Saking shocknya melihat wanita yang dia cintai ada di hadapannya membuat lelaki itu terdiam.Ayra menarik narik celana lelaki itu. "Don't you want to be my Daddy?" tanyanya dengan mimik lucu.Lelaki itu berjongkok menyamakan tingginya dengan balita cantik itu. "You want me to be your father?" tanyanya."Yes, I do," jawab balita itu."Okay, now, let me ask you, what's your name?" "My name is Ayra. And she is my Mom, Raina," gadis kecil itu memperkenalkan diri."Ayra I'd love to be your Daddy," ujar lelaki itu sambil mengusap rambut Ayra."Yeaayyy. I have a father now!" seru balita cantik itu."Masuklah," ajak lelaki itu.Revan menatap sang adik penuh kerinduan. "Aku sudah mengira kalau kamu masih hidup. I miss you so," ujar Revan."I miss you to Kak. Apa kabar ?" tanya Raina."Tidak ada yang berubah dalam hidupku Rai. Aku masih seperti ini," jawab Revan."Lalu, bagaimana dengan dokter Silvi?" tanya Raina kembali."Bukankah aku sudah memutuskannya saat kamu diculik olehnya," ja
"Kakak mau ngapain?" tanya Raina.Revan tergagap. Wkwkwk, ternyata ciumannya cuma khayalan ya gays."Ti-dak, aku hanya ingin membangunkamu.""Ohh," sahut Raina.Revan pun mengambil makanan yang tadi dia bawa. "Makanlah.""Makasih Kak," ujar Raina.Wanita cantik itu pun melahap makanan itu. Sejak tadi perutnya terasa lapar. Namun karena terlalu lelah, dia memilih tidur lebih dahulu."Apa Ayra sudah makan?" tanyanya saat melihat putrinya sudah tertidur di sampingnya."Sudah, tadi aku yang menyuapinya," jawab Revan."Kakak bisa?" tanya Raina meremehkan."Jangankan menyuapi Ayra, menyuapi mamanya juga aku bisa. Apa Mama Ayra mau disuapin juga?" goda Revan sambil menaik turunkan alisnya."Apaan sih," Raina tersipu malu dibuatnya.Selesai makan Raina menaruh piringnya di dapur. Dia tidak menyangka kalau ternyata Revan mengikutinya di belakang."Kakak ngapain ngikutin Raina?" tanyanya."Nggak apa pengen aja," jawab Revan.Raina mengedikkan bahunya. Kemudian mencuci semua piring kotor dan jug
"Rai, kamu tidak apa-apa?" tanya Revan saat lelaki itu mendapati sang adik tengah menangis di toilet."Kak, Rehan Kak. Dia …." Wanita itu tak sanggup meneruskan ceritanya."Kenapa? Apa dia menyakitimu?" tanya Revan sambil memeluk sang adik.Wanita itu mengangguk. Revan mengusap punggung Raina yang terus bergetar. Seingat Revan, Raina, adalah wanita yang kuat. Wanita itu bahkan tidak pernah menangis. Entah apa yang telah dilakukan Rehan pada adiknya hingga membuat wanita itu begitu rapuh sekarang ini."Sudah, jangan menangis lagi. Apapun keadaanmu, Kakak akan terima. Apa dia sempat menyentuhmu?" tanya Revan."Tidak Kak, dia hanya menciumku saja tadi," jawab Raina."Tapi Kak …." Raina tidak meneruskan ucapannya hanya deraian air mata saja yang terus mengalir di pipinya."Sudah, tidak perlu merasa bersedih. Apa kamu ingin aku menghukumnya?" tanya Revan."Tidak perlu Kak, aku tidak ingin menambah masalah," kata Raina."Baiklah, ayo kita pulang. Kita jemput Ayra dulu," kata Revan."Kakak ti