"Sayang, kamu mau bertemu dengan Daddy?" tanya Raina pada sang putri."Yes Mommy. I really want to meet him," jawab Ayra.Balita itu memang mengerti jika sang Mami berbicara bahasa Indonesia. Namun, dia lebih senang menggunakan bahasa inggris jika berbicara."Oke, besok, kita berangkat ke Indonesia menemui Daddy kamu," kata Raina."So, Daddy lives in Indonesia?" tanyanya."Ya, Daddy kamu tinggal di sana. Namun, kamu harus tahu, kalau saat ini, Daddy kamu sudah memiliki istri," jawab Raina."Did he leave you for another woman?" tanya Ayra."Kamu tanyakan saja sendiri pada Daddy kamu," jawab Raina.Tujuh jam perjalanan udara telah dilalui oleh kedua wanita beda generasi itu. Kini, mereka sudah sampai di Indonesia. Raina langsung menuju ke kantor pengacaranya untuk mengambil surat permohonan perceraian yang akan ditandatangani oleh Rehan."Sayang, kita ketemu Daddy besok atau sekarang?" tanya Raina pada sang putri."Now," jawab Ayra singkat."Kamu tidak capek?" tanya Raina."No," jawabny
"Kamu?"Saking shocknya melihat wanita yang dia cintai ada di hadapannya membuat lelaki itu terdiam.Ayra menarik narik celana lelaki itu. "Don't you want to be my Daddy?" tanyanya dengan mimik lucu.Lelaki itu berjongkok menyamakan tingginya dengan balita cantik itu. "You want me to be your father?" tanyanya."Yes, I do," jawab balita itu."Okay, now, let me ask you, what's your name?" "My name is Ayra. And she is my Mom, Raina," gadis kecil itu memperkenalkan diri."Ayra I'd love to be your Daddy," ujar lelaki itu sambil mengusap rambut Ayra."Yeaayyy. I have a father now!" seru balita cantik itu."Masuklah," ajak lelaki itu.Revan menatap sang adik penuh kerinduan. "Aku sudah mengira kalau kamu masih hidup. I miss you so," ujar Revan."I miss you to Kak. Apa kabar ?" tanya Raina."Tidak ada yang berubah dalam hidupku Rai. Aku masih seperti ini," jawab Revan."Lalu, bagaimana dengan dokter Silvi?" tanya Raina kembali."Bukankah aku sudah memutuskannya saat kamu diculik olehnya," ja
"Kakak mau ngapain?" tanya Raina.Revan tergagap. Wkwkwk, ternyata ciumannya cuma khayalan ya gays."Ti-dak, aku hanya ingin membangunkamu.""Ohh," sahut Raina.Revan pun mengambil makanan yang tadi dia bawa. "Makanlah.""Makasih Kak," ujar Raina.Wanita cantik itu pun melahap makanan itu. Sejak tadi perutnya terasa lapar. Namun karena terlalu lelah, dia memilih tidur lebih dahulu."Apa Ayra sudah makan?" tanyanya saat melihat putrinya sudah tertidur di sampingnya."Sudah, tadi aku yang menyuapinya," jawab Revan."Kakak bisa?" tanya Raina meremehkan."Jangankan menyuapi Ayra, menyuapi mamanya juga aku bisa. Apa Mama Ayra mau disuapin juga?" goda Revan sambil menaik turunkan alisnya."Apaan sih," Raina tersipu malu dibuatnya.Selesai makan Raina menaruh piringnya di dapur. Dia tidak menyangka kalau ternyata Revan mengikutinya di belakang."Kakak ngapain ngikutin Raina?" tanyanya."Nggak apa pengen aja," jawab Revan.Raina mengedikkan bahunya. Kemudian mencuci semua piring kotor dan jug
"Rai, kamu tidak apa-apa?" tanya Revan saat lelaki itu mendapati sang adik tengah menangis di toilet."Kak, Rehan Kak. Dia …." Wanita itu tak sanggup meneruskan ceritanya."Kenapa? Apa dia menyakitimu?" tanya Revan sambil memeluk sang adik.Wanita itu mengangguk. Revan mengusap punggung Raina yang terus bergetar. Seingat Revan, Raina, adalah wanita yang kuat. Wanita itu bahkan tidak pernah menangis. Entah apa yang telah dilakukan Rehan pada adiknya hingga membuat wanita itu begitu rapuh sekarang ini."Sudah, jangan menangis lagi. Apapun keadaanmu, Kakak akan terima. Apa dia sempat menyentuhmu?" tanya Revan."Tidak Kak, dia hanya menciumku saja tadi," jawab Raina."Tapi Kak …." Raina tidak meneruskan ucapannya hanya deraian air mata saja yang terus mengalir di pipinya."Sudah, tidak perlu merasa bersedih. Apa kamu ingin aku menghukumnya?" tanya Revan."Tidak perlu Kak, aku tidak ingin menambah masalah," kata Raina."Baiklah, ayo kita pulang. Kita jemput Ayra dulu," kata Revan."Kakak ti
"Daddy, kenapa ke tempat Mami nggak sampai-sampai? Biasanya, Papa kalau jemput cepet kok, nggak lama kayak gini," protes gadis kecil itu."Mami tadi bilang ke luar kota. Makanya Daddy yang suruh jemput. Dan sekarang, Daddy suruh nganterin kamu ke tempat Mami," kata Rehan.Gadis kecil itu menatap wajah Rehan dalam-dalam."Kenapa kamu melihat Daddy seperti itu?" tanya Rehan."Daddy, harusnya Daddy bersyukur bisa dapetin Mami. You know what? Di tempat Ayra dulu, banyak sekali lelaki yang mengejar Mami. Waktu Ayra tanya kenapa nggak diterima? Mami jawab karena Mami masih terikat pernikahan dengan Daddy," bocah kecil itu bicara panjang lebar."Daddy memang sangat beruntung memiliki kamu dan Mami," sahut Rehan."Then, why did you have an affair with a woman named Keiko?" tanya gadis kecil itu."Daddy tidak memiliki affair sama dia. Wanita itu adalah mantan istri Daddy sebelum Daddy menikah dengan Mami," terang Rehan yang gemas sekaligus kesal dengan perkataan s
"Rai, Kakak mohon maaf. Tadi saat aku datang ke sekolah Ayra. Security disana bilang kalau Ayra pulang dengan Ayahnya," ujar Revan ketakutan.Dia takut kalau Raina marah padanya karena tidak becus menjaga Ayra. Wajah Raina memerah saat mendengar ucapan Revan. Wanita itu pun mematikan panggilannya."Sus, pekerjaan saya sudah selesai. Jika nanti ada yang bertanya, semua sudah saya taruh di meja. Putri saya diculik. Saya harus segera mencarinya," kata Raina pada perawatnya."Baik Bu, semoga putrinya segera ditemukan," sahut perawat itu.Raina pun berlari ke ruangan Keiko. Hatinya mencelos saat tidak melihat Rehan di sana."Sus, dimana suaminya?" tanya Raina pada perawat yang jaga di depan."Saya tidak tahu Bu. Cuma kemarin Tuan meminta saya untuk menjaga istrinya selama beberapa hari. Ada urusan di luar kota katanya," jawab perawat itu.Tangan Raina mengepal di samping. Rehan benar-benar keterlaluan. Lelaki itu masih saja ingin menang sendiri.Raina pun mengambil gawainya. Dia menelepon s
Rehan mengambil senjata polisi yang menahannya kemudian menembakkannya pada Revan. Prinsipnya, tidak ada yang boleh memiliki Raina selain dirinya.Dor Dor Dor"Kaaakk," teriak Raina.Tubuh Revan pun ambruk di tempat. Raina menangkap tubuh sang Kakak sebelum lelaki itu jatuh ke lantai. Wanita itu pun segera membawa Revan ke rumah sakit dengan bantuan polisi.Sesampainya di rumah sakit, Raina menitipkan Ayra pada perawat UGD. Sementara dia langsung membawa Revan ke ruang operasi. Untungnya, ada dokter bedah yang mau membantunya mengoperasi Revan. Raina hanya bisa mondar mandir di depan ruang UGD bersama sang putri. Mengerti kekhawatiran sang mama, Ayra hanya diam."Bertahanlah Kak," lirihnya.Di ruang operasi. Saat peluru telah berhasil dikeluarkan, tiba-tiba, tekanan Revan mendadak menurun."Dok," teriak perawat itu.Dokter itu sudah paham apa yang harus dia lakukan langsung mengambil alat pacu jantung. Dua kali hentakan barulah garis halus mulai terlihat di layar monitor jantung.Rain
"Permisi Bu," ujar Shiva."Ada apa Shiva?" tanya Raina."Pasien yang berada di ruangan mawar kritis Bu. Sekarang dia berada di ICU. Saya sudah menghubungi suaminya, tapi ponselnya tidak aktif. Barangkali, Ibu tahu keluarganya," jawab Shiva.Dia memutuskan untuk memberitahu Raina. Terlepas nanti Raina peduli atau tidak, itu bukan urusannya. Yang penting, dia sudah melakukan tugasnya, begitu pikirnya."Terima kasih informasinya, nanti aku hubungi putrinya," sahut Raina."Ibu kenal putrinya?" Shive sedikit kepo, hingga nekat bertanya."Kenal," jawab Raina singkat.Melihat sikap dingin Raina membuat Shiva tak berani bertanya kembali. Wanita itu pun pergi setelahnya. Sampai di ruangan perawat, Shiva pun menceritakan apa yang dia dengar tadi."Pantas saja, balita yang sering dibawa oleh Ibu Raina, wajahnya mirip dengan lelaki itu. Coba kamu perhatikan baik-baik," sahut Ana."Mungkin, mereka sudah bercerai. Karena Ibu Raina sepertinya dekat dengan dokter Revan," celetuk Shiva."Sepertinya beg