"Rai, kamu tidak apa-apa?" tanya Revan saat lelaki itu mendapati sang adik tengah menangis di toilet."Kak, Rehan Kak. Dia …." Wanita itu tak sanggup meneruskan ceritanya."Kenapa? Apa dia menyakitimu?" tanya Revan sambil memeluk sang adik.Wanita itu mengangguk. Revan mengusap punggung Raina yang terus bergetar. Seingat Revan, Raina, adalah wanita yang kuat. Wanita itu bahkan tidak pernah menangis. Entah apa yang telah dilakukan Rehan pada adiknya hingga membuat wanita itu begitu rapuh sekarang ini."Sudah, jangan menangis lagi. Apapun keadaanmu, Kakak akan terima. Apa dia sempat menyentuhmu?" tanya Revan."Tidak Kak, dia hanya menciumku saja tadi," jawab Raina."Tapi Kak …." Raina tidak meneruskan ucapannya hanya deraian air mata saja yang terus mengalir di pipinya."Sudah, tidak perlu merasa bersedih. Apa kamu ingin aku menghukumnya?" tanya Revan."Tidak perlu Kak, aku tidak ingin menambah masalah," kata Raina."Baiklah, ayo kita pulang. Kita jemput Ayra dulu," kata Revan."Kakak ti
"Daddy, kenapa ke tempat Mami nggak sampai-sampai? Biasanya, Papa kalau jemput cepet kok, nggak lama kayak gini," protes gadis kecil itu."Mami tadi bilang ke luar kota. Makanya Daddy yang suruh jemput. Dan sekarang, Daddy suruh nganterin kamu ke tempat Mami," kata Rehan.Gadis kecil itu menatap wajah Rehan dalam-dalam."Kenapa kamu melihat Daddy seperti itu?" tanya Rehan."Daddy, harusnya Daddy bersyukur bisa dapetin Mami. You know what? Di tempat Ayra dulu, banyak sekali lelaki yang mengejar Mami. Waktu Ayra tanya kenapa nggak diterima? Mami jawab karena Mami masih terikat pernikahan dengan Daddy," bocah kecil itu bicara panjang lebar."Daddy memang sangat beruntung memiliki kamu dan Mami," sahut Rehan."Then, why did you have an affair with a woman named Keiko?" tanya gadis kecil itu."Daddy tidak memiliki affair sama dia. Wanita itu adalah mantan istri Daddy sebelum Daddy menikah dengan Mami," terang Rehan yang gemas sekaligus kesal dengan perkataan s
"Rai, Kakak mohon maaf. Tadi saat aku datang ke sekolah Ayra. Security disana bilang kalau Ayra pulang dengan Ayahnya," ujar Revan ketakutan.Dia takut kalau Raina marah padanya karena tidak becus menjaga Ayra. Wajah Raina memerah saat mendengar ucapan Revan. Wanita itu pun mematikan panggilannya."Sus, pekerjaan saya sudah selesai. Jika nanti ada yang bertanya, semua sudah saya taruh di meja. Putri saya diculik. Saya harus segera mencarinya," kata Raina pada perawatnya."Baik Bu, semoga putrinya segera ditemukan," sahut perawat itu.Raina pun berlari ke ruangan Keiko. Hatinya mencelos saat tidak melihat Rehan di sana."Sus, dimana suaminya?" tanya Raina pada perawat yang jaga di depan."Saya tidak tahu Bu. Cuma kemarin Tuan meminta saya untuk menjaga istrinya selama beberapa hari. Ada urusan di luar kota katanya," jawab perawat itu.Tangan Raina mengepal di samping. Rehan benar-benar keterlaluan. Lelaki itu masih saja ingin menang sendiri.Raina pun mengambil gawainya. Dia menelepon s
Rehan mengambil senjata polisi yang menahannya kemudian menembakkannya pada Revan. Prinsipnya, tidak ada yang boleh memiliki Raina selain dirinya.Dor Dor Dor"Kaaakk," teriak Raina.Tubuh Revan pun ambruk di tempat. Raina menangkap tubuh sang Kakak sebelum lelaki itu jatuh ke lantai. Wanita itu pun segera membawa Revan ke rumah sakit dengan bantuan polisi.Sesampainya di rumah sakit, Raina menitipkan Ayra pada perawat UGD. Sementara dia langsung membawa Revan ke ruang operasi. Untungnya, ada dokter bedah yang mau membantunya mengoperasi Revan. Raina hanya bisa mondar mandir di depan ruang UGD bersama sang putri. Mengerti kekhawatiran sang mama, Ayra hanya diam."Bertahanlah Kak," lirihnya.Di ruang operasi. Saat peluru telah berhasil dikeluarkan, tiba-tiba, tekanan Revan mendadak menurun."Dok," teriak perawat itu.Dokter itu sudah paham apa yang harus dia lakukan langsung mengambil alat pacu jantung. Dua kali hentakan barulah garis halus mulai terlihat di layar monitor jantung.Rain
"Permisi Bu," ujar Shiva."Ada apa Shiva?" tanya Raina."Pasien yang berada di ruangan mawar kritis Bu. Sekarang dia berada di ICU. Saya sudah menghubungi suaminya, tapi ponselnya tidak aktif. Barangkali, Ibu tahu keluarganya," jawab Shiva.Dia memutuskan untuk memberitahu Raina. Terlepas nanti Raina peduli atau tidak, itu bukan urusannya. Yang penting, dia sudah melakukan tugasnya, begitu pikirnya."Terima kasih informasinya, nanti aku hubungi putrinya," sahut Raina."Ibu kenal putrinya?" Shive sedikit kepo, hingga nekat bertanya."Kenal," jawab Raina singkat.Melihat sikap dingin Raina membuat Shiva tak berani bertanya kembali. Wanita itu pun pergi setelahnya. Sampai di ruangan perawat, Shiva pun menceritakan apa yang dia dengar tadi."Pantas saja, balita yang sering dibawa oleh Ibu Raina, wajahnya mirip dengan lelaki itu. Coba kamu perhatikan baik-baik," sahut Ana."Mungkin, mereka sudah bercerai. Karena Ibu Raina sepertinya dekat dengan dokter Revan," celetuk Shiva."Sepertinya beg
"Pa, Keiko sudah meninggal." Berita itu mengejutkan Rehan yang tengah berada di penjara. Ingin rasanya dia keluar dan pergi ke rumah sakit untuk melihat jasad Keiko untuk terakhir kalinya. Rehan akhirnya mendatangi kepala penjara untuk meminta izin menghadiri pemakaman Keiko.Kepala penjara itu berbaik hati menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengantarkan Rehan ke rumah sakit. Tentunya, dengan pengawalan yang sedikit ketat.Untungnya, jenazah Keiko belum dikebumikan saat Rehan datang. Dia melihat anak lelaki dan menantunya ada di sana."Jadi, kapan jenazah Keiko dikuburkan?" tanya Rehan."Aku meminta pendapat Papa. Nayumi menginginkan jenazah Mamanya dibawa ke Jepang. Sementara, aku tidak punya akses untuk itu," kata Rayyan."Baiklah, Papa telepon dulu teman Papa. Semoga dia bisa mengusahakannya," sahut Rehan.Rayyan pun mengangguk. Semua keperluan sudah disiapkan tinggal menunggu saja, kemana jenazah Keiko akan dibawa.Tak lama, Rehan akhirnya menyetujui keinginan Nayumi setelah t
"Jadi, kamu serius ingin menikahiku?" tanya Raina.Wanita itu sengaja memprovokasi Revan agar lelaki itu bangun dari tidur panjangnya saat melihat jari-jari lelaki itu bergerak."Kamu tidak menyesal? Aku ini janda loh, sudah punya anak lagi. Apa kamu tidak malu menikahi janda. Padahal, kamu masih perjaka," ujar Raina penuh penekanan."Aku tidak peduli dengan statusmu Raina. Aku siap menerimamu dan juga Ayra. Aku berjanji akan menyayanginya seperti anakku sendiri," ujar Kevin.Dalam hati, Revan kesal dengan dirinya yang tidak bisa menggerakkan tangannya. Dia tidak ingin, kehilangan wanita yang dia cintai sejak dulu.Lelaki itu berusaha sekuat tenaganya untuk memegang tangan Raina. Supaya wanita itu tahu kalau dia masih hidup."Tuhan, tolong bantu aku," doanya.Lelaki itu akhirnya bisa menggerakkan jari-jarinya. Dan beberapa menit kemudian, tangannya sudah bisa menggapai Raina."Revaan," teriak Raina.Kevin segera memeriksa pasiennya. Lelaki itu menghembuskan nafas lega setelahnya."Syuk
Beberapa hari sebelum acara ulang tahun Ayra.Mata Revan berkedip begitu melihat cahaya yang di sorotkan padanya. "Dokter, Anda sudah sadar?" tanya perawat itu.Revan hanya berkedip sebagai jawaban. Perawat itu pun memanggil dokter jaga untuk memeriksa Revan. Namun, Revan meminta perawat dan juga dokter itu merahasiakan keadaannya. Dia ingin membuat kejutan untuk calon istri dan anak sambungnya.Keesokannya, Revan berpura-pura tidur saat Raina datang menjenguknya. Ingin rasanya dia memeluk dan mencium wanita yang sangat dia rindukan. Namun, sebisa mungkin dia tahan keinginan itu."Sabar Revan, sabar," lelaki itu menyemangati dirinya sendiri.Hampir 2 hari lamanya lelaki itu selalu begadang untuk belajar duduk dan juga menggerakkan anggota tubuhnya. Dan Alhamdulillah, dia kini sudah bisa duduk di kursi roda."Oke, saatnya kita membuat sedikit kejutan," gumamnya.Revan diantar oleh Rayyan dan juga Mala pergi ke apartemen Rehan. Dada Revan berdegup kencang saat berada di depan pintu apart