"Selingkuh? Siapa yang selingkuh?" tanya Rehan bingung."Daddy. Sejak kapan Daddy selingkuh sama suster Weni?" Ketus Raina."Aku? Selingkuh sama suster Weni?" tunjuk Rehan pada dirinya."Iya, dia bilang kalau Daddy telepon dia setiap hari, bahkan ngasih makanan ama dia," ketus Raina.Rehan menepuk dahinya, lelaki itu sedikit kesal dengan Weni yang telah berkata jujur pada sang istri. Kini, dia bingung harus berkata apa pada sang istri."Dengerin penjelasan Daddy. Daddy itu nggak pernah telepon dia, kalau Mami nggak datang kesini" terang Rehan."Maksudnya gimana?" ketus Raina."Begini Mami sayang. Biasanya, kalau Daddy ada operasi, kan Mami suka nungguin Daddy di ruangan Daddy. Nah terus, Daddy pesen sama suster Wenny buat jagain Mami," aku Rehan."Jagain Mami gimana?" ketus Raina yang masih kesal dengan sang suami."Ya, Daddy bilang sama dia kalau jangan ada yang masuk ke ruangan Daddy kalau Mami ada di dalam. Mami tahu, kedatangan Mami ke sini aja sudah menggemparkan seluruh isi rumah
"Raina," pekik Rayyan."Iya, aku Raina," jawabnya."Kamu beneran Raina?" tanya Rayyan setengah tidak percaya."Aku memang Raina. Darimana Anda tahu namaku? Dan siapa Anda?" Ketus Raina."Mamiii … Mamiii," teriak Rayyan sambil berlari ke dalam."Ada apa Ray? Kenapa teriak-teriak?" omel Leona."Raina Mi, Raina," ujar Rayyan sambil menyodorkan gawainya pada sang Mama.DegJantung Leona berdegup kencang saat pandangan mereka bertemu. Leona mengucek matanya kemudian melihat kembali gawai sang putra."Raina Sayang, kamu masih hidup Nak," tangis Leona pun pecah.Ryu, dan Revan langsung mendekati sang Mama kemudian mengalihkan pandangannya ke arah gawai Rayyan.Raina terdiam. Dia seperti dejavu melihat wajah orang-orang yang bergantian melihatnya."A-pa ka-lian semua mengenalku?" tanya Raina bingung."Sayang, kamu tidak ingat sama Mami? tanya Leona diiringi isak tangis."Mami?" Raina kembali bertanya."Iya Sayang, wanita yang sedang menangis ini Mamimu, aku Papimu, ini Kakak pertamamu, dan itu
"Bajingan, apa yang kamu lakukan di kamar putriku, hah!" Ryu pun menghajar Rehan membabi buta, meski usianya sudah matang tapi tenaganya masih cukup kuat untuk membuat Rehan babak belur.Bugh bugh bugh bughDarah segar mengalir di bibir Rehan. Lelaki tampan itu tidak berani melawan, karena memang, dia bersalah dalam hal ini."Pi, sudah Pi, cukup," teriak Raina.Ryu lalu memukul perut Rehan sebagai akhir pukulannya. Lelaki itu hanya meringis, sambil menahan sakit di perutnya.Leona memegangi suaminya. "Sudah Pi, kita disini mau bertemu Raina, bukan berkelahi," tekan Leona.Kedua pasangan itu pun beralih memeluk putri kesayangan mereka. Mereka tidak menghiraukan Rehan yang tidak bisa bangkit karena kesakitan.Melihat sang putri ada di depannya membuat Leona menangis karena bahagia, ternyata, sang putri masih hidup."Bagaimana kabarmu Sayang?" tanya Leona seraya membelai rambut sang putri.'Nyaman' itulah yang dirasakan oleh Raina saat ini."Baik, Mi," ucap Raina canggung."Mana suamimu?
"Raina," pekik Rehan dan Revan bersamaan saat wanita itu kembali tak sadarkan diri.Rehan segera memeriksa keadaan istrinya. Merasa tidak ada hal yang aneh pada tubuh sang istri, lelaki itu pun bernafas lega."Apa dia tidak apa-apa?" tanya Revan."Tidak, dia hanya shock saja, sepertinya, dia kembali mendapatkan ingatannya," jawab Rehan."Hahaha, kalau dia sudah ingat semuanya, dia belum tentu mau padamu, apalagi dia tahu kalau yang menabrak dirinya adalah mantan istrimu. Bersiap-siap saja kamu dicampakkan," sinis Revan."Tidak, Raina mencintaiku, dia tidak akan mungkin meninggalkanku," ujar Rehan dengan pedenya."Heh! Anda tidak tahu saja, nanti setelah dia sadar, Anda bisa buktikan perkataanku," ujar Revan.Nayumi menghela nafas panjang mendengar perdebatan kedua lelaki beda usia itu. Mereka sudah seperti tom and jerry kalau bertemu.Rehan harap-harap cemas menunggu istrinya sadar. Dia takut kalau apa yang dikatakan Revan benar adanya.Setelah me
"Kakak menginginkan aku pergi?" tanya Raina.Rehan menangkup wajah sang istri. "Tentu tidak, kamu adalah hidupku. Bagaimana mungkin aku menyuruhmu untuk pergi? Justru yang aku takutkan, kamulah yang pergi meninggalkanku," jawab Rehan."Bukankah sudah pernah aku bilang, aku akan pergi kalau Kakak yang menyuruhku pergi," tekan Raina.Rehan pun memeluk sang istri. "Aku tidak akan pernah melakukan hal bodoh seperti itu," bisiknya.Dokter Zico masuk saat mereka berpelukan. Lelaki itu menatap keduanya dengan tatapan sinis. Apalagi saat tangan Rehan mulai kesana kemari, membuat dia semakin kesal."Ehem-ehem," dia sengaja membuat kedua orang itu melepaskan pelukannya.Wajahnya kini berubah menjadi ceria. "Selamat siang Nyonya Raina. Bagaimana kabarnya hari ini? Apa ada yang dikeluhkan?" tanya dokter Zico dengan senyuman manisnya."Baik Dokter, keadaan saya sudah lebih baik berkat obat dari Dokter," jawab Raina.Senyum manis tak pernah lepas dari bibirnya membuat dokter tampan itu semakin tak b
Revan mendengus kesal mendengar perkataan Rehan. "Hei Pak Tua, Anda harus bisa menekan rasa cemburumu. Jangan menuduh orang sembarangan, kalau belum tahu kejadian pastinya. Ingat, kalau Anda masih suka cemburu yang berlebihan, suatu saat Raina akan meninggalkanmu."Raina lalu melambaikan tangannya. Saat sang suami sudah duduk di sampingnya, Raina mulai menjelaskan. "Tadi itu, Kak Revan makannya belepotan. Aku bersihin pakai tisu. Bukannya berciuman." Rehan kemudian melihat bekas tisu yang masih ada di tangan sang istri. Dia jadi merasa bersalah karena telah menuduh sang istri yang bukan-bukan."Maafkan aku," sesal Rehan."Rai, Kakak pulang dulu, besok kami semua akan kesini lagi menjemputmu pulang," kata Revan."Hati-hati Kak," ujar Raina.Revan mencium pucuk kepala sang adik sebelum lelaki itu pergi meninggalkannya. Rehan memandang punggung mantan menantunya penuh rasa bersalah. Benar apa yang dikatakan oleh Revan, dia kehilangan Leona karena rasa cemburunya yang berlebihan. Dan Reh
"Sial, kenapa wanita itu masih disini?" kesal Rayyan.Lelaki itu pun langsung menarik tubuh Mala hingga menempel di dadanya. Rayyan langsung mendaratkan ciuman lembut di bibir seksi Mala.Mala yang awalnya hanya diam, akhirnya membalas ciuman Rayyan. Kapan lagi bisa ciuman ama cowok ganteng idaman semua karyawan. Mala tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.Ciuman yang awal mulanya lembut kini menuntut. Rayyan lalu menggendong tubuh Mala seperti koala kemudian membawanya ke dalam mobil.Hati Siska berdenyut nyeri melihatnya. Dia yang begitu menginginkan Rayyan, kenapa harus kalah dengan gadis buluk yang hanya bekerja sebagai cleaning service.Tak ingin lebih sakit lagi, Siska memilih pergi dari kantor Rayyan. Sesampainya di mobil, gadis itu menangis sesenggukan."Kenapa nasibku tragis sekali? Sekalinya suka, bertepuk sebelah tangan," lirihnya.Selepas Siska menghilang, Rayyan melepaskan ciumannya. "Maaf," ujarnya.Mala hanya mengangguk, karena tidak tahu harus berkata apa. Rayyan ke
Raina melambaikan tangannya guna menghentikan taksi yang lewat. Namun, belum sempat dia masuk ke dalam mobil, tubuhnya sudah digendong oleh sang suami kemudian dibawa ke mobilnya.“Biarkan aku pergi, aku benci Kakak. Aku benci,” tangisnya sambil menutup wajahnya.Rehan tidak tega melihat wajah sendu sang istri. Dia pun memeluk tubuh sang istri yang bergetar karena tangis.“Maafkan aku. Maaf. Bukan maksudku untuk mengekangmu. Hanya saja, aku tidak ingin kamu kelelahan kalau kamu masih bekerja,” terang Rehan berusaha membujuk sang istri."Tapi, aku nggak mau kalau harus disuruh diam di rumah, aku bisa gila kalau Kakak melakukan itu padaku," kesal Raina.Raina masih terus menangis. Hatinya kesal saat sang suami mulai membatasi kegiatannya hanya karena kehamilannya. Padahal, dia merasa tubuhnya baik-baik saja.Rehan sadar, kalau menikah dengan wanita yang usianya jauh dibawahnya, dia harus banyak mengalah. Lelaki tampan itu tidak bisa memaksakan kehendaknya sama seperti yang dia lakukan pa