Setelah mandi dan berganti pakaian, Rehan menunggu Leona sadar sambil memainkan gadgetnya. Biasanya, dia akan selalu meninggalkan keysa begitu mereka selesai bermain.
Namun entah mengapa, dia tak ingin beranjak dari sisi Leona, dia ingin ada disamping istrinya ketika Leona membuka matanya.Pukul 11, Leona baru terjaga, seluruh tubuhnya remuk redam gara gara ulah suaminya. Leona melihat tubuhnya yang masih polos.“Sarapan dulu, kamu butuh tenaga untuk bisa ke kamar mandi,” suara bariton milik Rehan mengagetkannya.Dia berpikir, Rehan sudah pergi meninggalkannya, tapi ternyata, dia masih ada disini. Tak ingin membuat masalah, Leona menurut, sambil memegangi selimut untuk menutup tubuhnya, Leona memakan sarapan yang sudah dipesan Rehan.“Sudah?” tanyanya.Leona mengangguk, dia memberikan piring itu pada suaminya. Rehan lalu menaruhnya di atas nakas.“Setelah ini lekas mandi, aku ada operasi jam 1. Aku akan mengantarkanmu pulang terlebih dahulu,” kata Rehan.Leona menggeser tubuhnya mendekat ke arah kursi roda. Leona pikir, Rehan akan menggendongnya ke kamar mandi seperti tadi pagi. Namun sepertinya itu hanya angannya saja.Leona membasuh tubuhnya dengan air hangat rasa perih membuat Leona meringis kesakitan. Dia harus cepat sebelum psikopat itu mengamuk dan menghukumnya lagi.Leona sudah keluar dari kamar mandi, pakaiannya sudah disiapkan oleh Rehan di atas ranjang. Mau masuk ke kamar mandi, capek bolak balik. Akhirnya dia memutuskan untuk berganti pakaian disana. Toh Rehan juga sudah melihat semuanya.Jantung Rehan berdetak kencang melihat istrinya. Sepertinya, Leona sengaja menggoda dirinya dengan memakai pakaian didepannya.Rehan melirik jam tangannya, waktunya sudah mepet kalau dia bermain dulu dengan sang istri, bisa bisa dia terlambat.“Sial, bisa bisanya dia menggodaku, mana si junior sudah meronta lagi. Ya Tuhan, bagaimana ini,” gumamnya.Rehan mencoba mengalihkannya dengan bermain game di hapenya. Dia harus bisa menahannya, supaya nanti dia bisa fokus melakukan operasi.Namun sayang, lagi lagi, dia kalah oleh hasratnya. Rehan lalu mnelepon pihak rumah sakit untuk menanyakan keadaan pasien terlebih dahulu. Jika tidak terlalu urgent, dia akan mengundurnya satu jam ke depan.“Bagaimana keadaan pasiennya?” tanya Rehan pada Dokter jaga.“Maaf Dok, pasien harus segera dioperasi. Apakah Dokter tidak bisa lebih cepat?” tanya Dokter jaga.“15 menit lagi aku sampai,” ujarnya lalu menutup panggilannya.“Leona cepat, atau aku tinggal kamu sendiri disini,” teriak Rehan pada istrinya.“Iya Kak,” sahut Leona dari dalam kamar mandi.Begitu Leona keluar, Rehan langsung mendorong kursi roda istrinya keluar dari restoran miliknya.Rehan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga membuat Leona ketakutan.“Kak, pelan pelan, aku takut,” ujar Leona.“Salah sendiri, sudah aku bilang cepat malah lama. Apa kamu nggak tahu kalau aku ditunggu pasien yang sedang sekarat,” sentak Rehan.Leona hanya diam, dia tak berani lagi menjawab Rehan. Tidak sampai 15 menit, mobil Rehan sudah sampai di rumah sakit.Rehan langsung keluar, kemudian melemparkan kunci mobilnya pada security yang jaga.“Parkir mobilku di tempat biasa, lalu bawa wanita itu ke ruanganku,” titahnya.“Siap Dok,” sahut security itu.Begitu mobil sudah terparkir dengan benar, security itu kemudian membawa Leona ke ruang praktek Rehan.“Mari Non, saya dorong saja,” ujar Security itu.Sampai di ruangan Rehan, Leona kaget ketika melihat ada wanita lain yang sedang duduk di kursi Rehan. Leona memandangi wanita seksi itu. Pandangan mereka beradu. Aura permusuhan begitu terasa.“Siapa kamu? Kenapa kamu ada di ruangan suamiku?” tanya Leona.“Hahaha, aku adalah kekasih dari suamimu. Bagaimana rasanya dipukuli olehnya? Dan kamu akan terus mendapat siksaan karena menggagalkan rencana pernikahan kami,” ujar Keysa seraya memainkan kukunya.“Ohh, jadi kamu dalang dari semua ini,” sinis Leona.“Benar, aku yang menyuruh dia untuk menyiksamu, hingga kamu memilih lebih baik mati daripada hidup dengan Rehan,” sinis Keysa.“Kita lihat saja nanti, kamu atau aku yang akhirnya memilih pergi dari sisi Rehan,” tekan Leona.Bagaimanapun juga, Leona adalah istri Rehan yang sah. Dan dia akan mempertahankan suaminya sekuat tenaganya.Satu jam kemudian, Rehan sudah keluar dari ruang operasi. Dia sudah tidak sabar ingin bermain dengan Leona. Tubuh Leona seolah menjadi candu untuknya. Begitu membuka pintu ruangannya, Rehan terkejut melihat Keysa dan Leona ada disana.“Sayang, kamu sudah selesai?” tanya Keysa seraya mencium bibir Rehan sekilas.Rehan tidak menjawab, dia melihat Leona yang menunduk, dan memejamkan mata.“Kamu ngapain disini?” tanya Rehan.“Tentu saja merindukanmu. Apa kamu tidak ingin bermain denganku?” tanya keysa sambil memainkan tangannya didada Rehan.Rehan memegang tangan Keysa. “Habis ini, aku masih ada jadwal praktek. Kamu pulang saja dulu, selepas praktek aku akan ke apartemenmu.”“Benarkah?” serunya sembari menatap wajah Leona.Dia seolah menunjukkan bahwa dialah pemenangnya. Setelah mencium bibir Rehan, Keysa pun pergi meninggalkan ruangan Rehan.Dokter tampan itu segera mengunci pintu ruangannya begitu Keysa keluar. Leona menatap Rehan bingung.“Kak, kenapa pintunya dikunci?” tanya Leona.“Memberimu sedikit hukuman karena telah membuatku terlambat tadi,” jawabnya.Tubuh Leona sudah menegang. Bayangan pukulan, tamparan dan gigitan yang dilakukan oleh Rehan terlintas di kepalanya.“Tidak perlu takut begitu sayang, aku yakin kamu pasti menikmatinya,” ujar Rehan.Rehan kemudian menggendong Leona kemudian dia dudukkan di meja. Proses bercocok tanam pun terjadi.Satu jam kemudian, Rehan sudah keluar dari ruangannya. Dia menuju ke ruang prakteknya. Tak lama setelah itu, Leona sudah terbangun, dia melihat tak ada siapapun disana.“Dia pasti pergi ke apartemen kekasihnya yang ganjen itu, dasar laki laki playboy. Buaya kelas kakap. Sudah punya istri masih juga mencari yang lain,” umpatnya.Karena kesal ditinggal sendiri, Leona memilih pulang. Harusnya dia sadar, kalau Rehan masih sangat mencintai kekasihnya. Dia saja yang bodoh, tetap mencintai lelaki itu meski dia tahu sudah ada wanita lain di hidupnya.“Sepertinya hidupku sedikit berat. Semoga suatu saat nanti, aku bisa meluluhkannya,” gumam Leona.Leona pun memesan taksi online. Sampai di rumah, Leona menyuruh Bibi untuk mengobati luka di kepalanya.Tadi Rehan memang tidak memukul dan menggigitnya. Tapi dia menjambak dan juga membenturkan kepalanya di meja.“Bi, tolong beri obat ini kepalaku,” ujar Leona.Bibi mengompres lebam di dahi Leona dengan air hangat. Kemudian mengoleskan salep itu pada memar di kepalanya.Karena tubuhnya terasa lelah, Leona memilih mengistirahatkan tubuhnya.Di Rumah SakitRehan baru saja keluar dari ruangan prakteknya. Dia ingin mengajak Leona makan malam bersama. Namun saat melihat ruangannya kosong, ada rasa kecewa di hatinya.“Kemana dia? Kenapa pulang tidak bilang bilang? Apa sih susahnya menunggu sebentar,” gerutunya.Rehan lalu meminta kunci mobilnya yang tadi dibawa oleh security.“Pak, tadi lihat istri saya nggak?” tanya Rehan.“Istri Bapak?” security itu kebingungan dengan ucapan Rehan.“Wanita yang tadi di kursi roda,” ujar Rehan.“Ohh, iya Dok, tadi beliau naik taksi online,” jawab Security itu.“Siapa yang membantunya masuk ke mobil?” tanya Rehan.“Sopir taksi online-nya Dok,” jawab Security itu.Emosi Rehan sudah memuncak. Dia tidak rela Leona dipegang oleh lelaki lain.Rehan sudah sampai di rumah, dia sudah bersiap siap untuk menghukum istrinya yang berani membangkang padanya. Begitu sampai dii kamar, dia melihat sang istri tengah tertidur pulas. Rehan lalu menggoyang goyangkan tubuh istrinya.“Bangun.”Leona pun membuka matanya. Dia berpikir, dia sedang berkhayal suaminya pulang.“Kenapa kamu ada disini, bukankah kamu sedang bersenang senang dengan kekasihmu itu. Kenapa masih disini?” racaunya lalu kembali merebahkan tubuhnya.“Hei wanita cacat, bangun, siapa yang menyuruh kamu pulang duluan,” hardik Rehan.Sepertinya, Leona sedang mengigau sekarang. “Aku pulang duluan karena aku kesel sama kamu, baru juga bercocok tanam denganku, eh sekarang malah dengan kekasihmu. Coba kamu bayangin, bagaimana perasaanku. Hatiku sedih, sakit, kecewa jadi satu, membayangkan suamiku bercinta dengan wanita lain,” Leona masih setia dengan racauannya.Rehan jadi semakin kesal karena tidak diindahkan oleh istrinya. Rehan pun menggendong tubuh Leona kemudian mem
"Leona," Rehan buru buru kembali memakai celananya, entah kenapa hatinya tidak tenang melihat tangisan Leona tadi. Dia segera menyusul Leona yang hendak pergi tapi Keysa menahan tangannya."Biarkan saja dia sayang, kita lanjutkan saja permainan kita," ujar wanita itu yang kembali menarik tubuh Rehan.Rehan langsung mendorong tubuh Keysa. "Jangan coba coba untuk mendikteku," bentaknya lalu pergi meninggalkan ruangannya. Tanpa menghiraukan teriakan wanita itu, Rehan berlari mencari keberadaan sang istri.Rehan bernafas lega ketika melihat sang istri yang masih mengantri di depan lift. "Sayang, kita harus bicara," ujar Rehan.Lelaki itu langsung mendorong kursi roda sang istri. Dia bawa wanita itu ke taman rumah sakit."Dengarkan aku dulu, maaf, aku khilaf. Keysa menggodaku tadi, dan aku..," Rehan bingung harus menjelaskan apa."Aku tahu Kak, di hatimu memang dialah ratunya. Pernikahan kita ini hanyalah sebagai bentuk tanggung jawabmu saja. Pergilah, t
"Kak, siang nanti, aku ingin bertemu Andrew sepupuku. Dia mengajakku bertemu Bibi, karena dia sangat merindukanku. Boleh Kak?" tanyanya seraya menyisir rambut sang suami yang saat ini tidur di pangkuannya.Mereka sering melakukan pillow talk sebelum tidur sejak hubungan mereka membaik."Kenapa harus pergi keluar? Apa Bibimu tidak mau datang ke rumah ini?" tanya Rehan dengan sedikit amarah."Apa boleh?" harap Leona."Tidak," jawab Rehan singkat padat dan jelas.Leona mendengus kesal. "Kalau begitu, boleh ya aku pergi makan siang bersama mereka?" pinta Leona.Rehan tampak berpikir, namun sedetik kemudian lelaki tampan itu pun mengangguk. Leona tersenyum girang melihatnya. Dia pun spontan mencium bibir sang suami sekilas.Namun, sepertinya, ini tidak akan berhenti disitu saja. Rehan akhirnya mengajak sang istri berperang hingga hari menjelang siang. Rehan baru berhenti ketika dia mendapat panggilan darurat dari rumah sakit."Aku pergi dulu sayang, jam be
"Leona, apa suamimu memperlakukanmu dengan baik?" tanya Bibi tiba tiba.Entahlah, perasaannya mengatakan kalau hubungan mereka tidak baik baik saja."Kenapa Bibi bertanya seperti itu?" kata Leona."Tidak, hanya saja, Bibi takut kalau suamimu memperlakukanmu dengan buruk," sahut Bibi."Tidak, suamiku sangat baik, dia bahkan menyuruhku memberikan oleh oleh untuk Bibi sebelum pulang," bohong Leona."Benarkah?" tanya Bibi tidak percaya."Benar, sebentar, biar aku ambilkan," kata Leona.Wanita cantik itu pun mendorong kursi rodanya ke kamar. Karena baju yang akan dia berikan itu letaknya berada di lemari paling atas, Leona tak sanggup menggapainya. Leona pun memanggil Bibi ARTnya."Bibi," teriaknya.Hingga tiga kali memanggil, Bibi tak kunjung datang. Bibi Andrew yang mendengar teriakan Leona jadi khawatir akan sang keponakan. Wanita paruh baya itu akhirnya menyuruh Andrew untuk melihatnya."Coba kamu lihat, barangkali dia butuh apa apa."Andre
"Bangun," teriak RehanMelihat Keysa yang hanya menggeliat, dia merasa kesal melihatnya. Lelaki tampan itu pun menyiram wajah Keysa dengan air.Byuur"Hah, hah, hah. Apa sih sayang, kenapa kamu menyiramku dengan air?" omel Keysa."Bangun, dan segera pergi dari sini," titah Rehan."ini masih pagi, aku juga masih ngantuk, kenapa kamu kemarin bermain kasar? Badan aku sakit semua nih," keluhnya."Bangun, atau aku seret kamu keluar," bentak Rehan dengan wajah yang sudah tidak sedap dipandang.Keysa pun bangun, dia lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah memakainya, wanita itu pun duduk di ranjang."Ada apa sih sayang?" ocehnya."Apa pendengaranmu sudah tidak berfungsi dengan baik? Pergi dari sini," usir Rehan."Tapi sayang," Keysa masih ingin protes. "Pergii kataku!!" teriak Rehan kesetanan.Keysa yang ketakutan mendengar lengkingan suara Rehan, terpaksa pergi meninggalkan rumah mewah itu.Rehan lalu pergi ke dapur unt
"Tutup semua penerbangan sebelum aku sampai," titah Rehan.Lelaki tampan itu segera mengambil kunci mobilnya menuju bandara. Saat sedang mengantri check ini, Leona bingung, kenapa penerbangannya tiba tiba dibatalkan. Pikirannya sudah mengarah ke arah suaminya. Dia takut kalau sang suamilah yang menutup bandara ini. Leona melihat ke belakang, dia melihat ada seorang pria sedang berdiri sambil memainkan gawainya."Kak, bisa bantu aku?" tanya Leona."Bantu apa Nona?" tanyanya.Leona lalu membisikkan rencananya pada lelaki itu. "Please, aku tidak punya waktu, tolonglah aku," iba Leona.Lelaki bermata sipit itu akhirnya membantu Leona Karena tak tega melihat wajah sendunya. Dia pun mendorong kursi roda Leona masuk ke dalam toilet. "Aku tidak punya apa apa selain hoodie dan kacamata hitam. Mungkin, ini bisa membantumu," gumamnya.Setelah sedikit merombak penampilan Leona, lelaki itu pun menggendongnya kemudian mendudukannya di kursi tunggu. "Kita tun
"Kemana ini? Kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Leona ketakutan."Tenang Nona, sebentar lagi, kita akan sampai," jawab lelaki itu dengan senyum menyeringai.Jantung Leona berdetak kencang seolah mau keluar, dia sudah berpikir, ini adalah akhir riwayatnya. Namun, setelah mereka berhenti di sebuah klinik ortopedi, Leona bernafas lega."Aneh, padahal ini desa yang mungkin banyak tidak diketahui oleh orang. Tapi, kenapa ada klinik besar disini?" tanya Leona."Mungkin, pemiliknya sedang menyamar," ujar lelaki itu asal."Ohh iya, kita belum berkenalan. Namaku Leona. Terima kasih karena sudah banyak membantuku," ujarnya."Namaku Sinyo, sudah tidak perlu sungkan," jawab lelaki bermata sipit itu.Leona menelisik wajah lelaki itu, tidak ada wajah Chinese disana selain matanya saja yang sipit, apa karena itu namanya Sinyo, pikirnya."Kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya canggung."Kamu keturunan tionghoa?" tanya Leona.Lelaki itu pun menggeleng.
"Tidak, sampai matipun aku tidak akan mengabulkan permintaanmu," geram Rehan seraya meremas kertas yang dia pegang tadi."Bos, kami sudah mendapatkan data orang yang mengirim pesan pada Anda," lapor anak buah Rehan."Bawa kesini, biar aku lihat," kata Rehan.Begitu amplop dia terima, Rehan langsung membukanya. "Sialan, ternyata kamu dalang dari semua ini, lihat saja, akan aku buat kamu menderita seumur hidupmu," ujar Rehan dengan mata yang memerah.Hari ini, Rehan kembali memulai aktifitasnya, panggilan dari rumah sakit tidak bisa dia abaikan. Setelah melakukan operasi tadi pagi, Rehan beristirahat di ruangannya. Tiba tiba, pintu terbuka dari luar."Aku hamil," kata Keysa seraya melemparkan tespect di wajah Rehan.Rehan tersenyum sinis. Dia sangat ingat kalau dia tidak membuangnya di dalam."Kamu pikir aku bodoh? Aku bahkan membuangnya di luar. Mintalah pertanggungjawaban pada selingkuhanmu," sinis Rehan."Selingkuhan? Selingkuhan yang mana? Aku hanya
"Ayra … Nevan … apa yang kalian lakukan?" teriak Raina penuh amarah.Kedua orang itu pun langsung menjauh. Mereka sama sama menunduk karena takut dimarahi oleh sang mama."Maafkan kami Ma. Tolong jangan salah paham. Nevan cuma pamit aja tadi. Dan itu, ciuman perpisahan," jujur Ayra.Nevan merutuki kebodohannya yang tak bisa menahannya tadi. Harusnya dia tidak melakukan itu."Maaf Ma. Nevan yang salah. Bukan Ayra. Kami tidak ada hubungan apa-apa kok," aku Nevan.Raina pun menyuruh kedua remaja itu duduk. Dia pun menjelaskan kemungkinan yang terjadi kalau mereka berhubungan. Dan dia tidak ingin, apa yang dia alami dengan Rehan dan Revan, terulang kembali pada Ayra dan juga Nevan."Sekarang kalian paham kan maksud Mama?" tanya Raina pada dua remaja di hadapannya ini.Keduanya pun mengangguk secara bersamaan. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Di kamar, Raina mendengus kesal pada sang suami. Lelaki tampan itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia menyuruh sang istri duduk di
"Lah, kok malah pingsan," gumam Revan.Lelaki itu tidak terlihat panik saat sang istri jatuh pingsan. Dia dengan santainya menggendong tubuh istrinya kemudian menidurkannya di ranjang.Beberapa jam kemudian, Raina sadar. Dia melihat putra sulungnya ada di sampingnya sambil tersenyum manis."Ngapain kamu senyum-senyum?" Kesal Raina."Hehehe, akhirnya, adik Varo udah jadi. Ternyata, tak sia-sia aku kemarin meminta Papa membuat Mama hamil," celetuk remaja tampan itu.Raina pun bangkit dan menjewer telinga sang putra. "Jadi, semua ulah kamu dan Papa ya. Gara-gara kalian, Mama hamil lagi. Kalian pasti yang menukar obat yang biasa Mama minum," omelnya."Aduh Ma, ampun, sakit Ma. Bukan Varo yang melakukan itu. Varo cuma menyuruh Papa supaya Mama bisa hamil," aku remaja itu."Sama saja, kalian telah bersekongkol rupanya," kesal Raina.Wanita itu pun melepaskan tangannya. Dia juga tak tega menyakiti putranya. Mungkin, memang sudah takdirnya harus memiliki anak lagi. Namun, dia masih harus meng
"Astaga Nevan? Kenapa kamu bisa ada di kamar Papa? Kenapa tidak ketuk pintu dulu saat masuk?" amuk Revan.Bocah kecil itu langsung menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah dibentak oleh Mamanya. Maka dari itu, dia takut saat mendengar suara Revan yang meninggi.Raina yang mengerti pikologis Revan langsung menyenggol lengan suaminya.Raina pun menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. "Sayang, maaf, Mama belum sempat bicara sama Papa. Sekarang, kamu tunggu Papa dan Mama di luar. Setelah ini, kami akan mengantarkanmu mendaftar sekolah," ujar Raina penuh kelembutan.Bocah kecil itu pun mengangguk, lalu keluar masih dengan kepala menunduk. Raina menghela nafas panjang."Pa, jangan terlalu keras sama Nevan. Dia itu belum pernah dibentak sama Nayumi. Wanita itu mungkin terlalu menyayanginya hingga tak pernah memarahinya. Kita didik dia secara perlahan. Nayumi tidak memiliki suami, tentu dia bisa dengan bebas masuk kamar mamanya," nasehat Raina."Ahh iya, aku lupa. Nanti aku akan meminta maaf
"Siapkan alat pacu jantung," titah Revan pada perawatnya.Lelaki itu pun menempelkan alat itu pada dada sang putra. Dua kali kejut, tubuh Revan masih belum menunjukkan reaksi. Padahal, Revan sudah dua kali menaikkan tenaga listriknya."Sus, naikkan lagi," titahnya."Dok, ini sudah yang paling tinggi," ucap perawat itu.Revan pun mengangguk. "Kita coba sekali lagi," ujarnya.Revan akhirnya bernafas lega, saat terlihat garis halus di layar monitor jantung. Tubuhnya pun merosot ke lantai, karena tak sanggup lagi menahan bebannya. Andai dia bisa, dia ingin menggantikan putranya yang sedang terbaring lemah itu.Raina pun membantunya berdiri. Wanita itu terus mengusap punggung sang suami, supaya lelaki itu lebih kuat."Kita tunggu Nevan di sana ya," bujuk sang istri sambil menggiring suaminya ke sofa.Revan pun menurut, lelaki itu membenamkan kepalanya di bahu sang istri. Tangisnya kembali pecah, karena dia mengetahui, kemungkinan sembuh putranya sangat kecil."Sabar Kak, kita doakan saja y
"Hai Boy, gimana kabarmu?" tanya Revan saat dia berada di ruangan sang putra."Baik Pa," jawab bocah kecil itu dengan lesu.FlashbackBegitu mereka turun dari bandara, Revan sudah menunggunya dengan ambulan. Dan langsung dia bawa ke rumah sakit tempat Raina dirawat.Dahi lelaki itu mengerut saat membaca laporan kesehatan yang dilampirkan oleh dokter dari rumah sakit sebelumnya."Kenapa sudah sampai separah ini Nayumi tidak memberi tahunya. Apa wanita itu sudah tidak menganggapnya lagi?" batin Revan kesal.Lelaki itu pun mencari dokter terbaik untuk Nevan. Dia bahkan mencari donor hati, seandainya Nevan memerlukannya.Flashback off"Papa sangat merindukanmu Boy," ucap Revan."Nevan juga Pa. Sekarang, Nevan bahagia, bisa di sini bersama Papa," ucap bocah itu.Tak lama, pintu terbuka, datang Raina sambil menggendong putranya didorong oleh sang mami."Sayang, kenapa kemari? Apa kamu sudah baikan?" tanya Revan khawatir.Melihat raut wajah sang papa yang berubah saat kedatangan wanita canti
"Papa ….""Ayo Mami, semangat. Papa di sini menemani Mami," bisik lelaki itu.Revan terus menciumi kening istrinya sebagai penyemangat sang istri. Setelah meraup oksigen. Raina akhirnya mengejan hingga terdengarlah suara tangisan bayi yang melengking.Oweek oweek oweekRevan tersenyum bahagia saat melihat putranya lahir dalam keadaan sehat dan selamat."Mami hebat! I Love You Mami," bisiknya.Tak lama, Raina pun memejamkan matanya. Tenaganya sudah habis hingga membuat dia tak sanggup untuk membuka mata."Sus, istri saya kenapa? panik Revan saat melihat sang istri yang hanya terdiam.Dokter itu pun memeriksa keadaan Raina. Wanita itu kembali tersenyum dan berkata, "Ibu hanya kelelahan Pak. Nanti juga bangun."Revan bernafas lega. Dia sudah berpikir yang tidak tidak tadi. Sungguh, dia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.Raina sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Revan terus menggenggam tangan sang istri. Sesekali dia menciumnya."Mi, ayo bangun!
Masih jelas di ingatannya senyum ceria saat lelaki itu berlutut di hadapannya untuk kembali melamarnya."Maafkan Mami Dad. Hanya saja, Mami takut dan trauma dengan kehilangan. Dan sekarang, Daddy malah pergi meninggalkan Mami, Selamat Jalan Dad. Cinta Mami untuk Daddy akan tetap ada di sini," batin Raina.Sementara gadis kecil itu, hanya menangis sesenggukan di samping makam sang ayah."Daddy, maafkan Ay. Ay sayang sama Daddy. Meski kebersamaan kita tidak lama. Namun kasih sayang Ay pada Daddy sangat besar. I Love You Dad," lirihnya.Saat Rayyan hendak membantu tubuh Raina berdiri, wanita itu mendadak limbung dan tak sadarkan diri.Rayyan lalu menggendong tubuh adiknya ke dalam mobil. Ryu memeriksanya, setelah sang ayah mengangguk. Mereka pun membawanya pulang ke rumah.Raina sudah membuka matanya, tangisnya kembali pecah kala mengingat apa yang dia alami saat ini. Rasanya, baru kemarin lelaki itu tersenyum bersamanya. Kini, dia harus kehilangan senyum itu.Raina baru menyadari kalau c
"Daddy, berdiri," ujar Raina setengah berbisik."Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menerimaku," kekeh Rehan.Raina berdecak. "Baiklah, aku menerimamu, sekarang berdirilah," ujar Raina.Sorak sorai bergema di taman kolam renang itu. Senyum menghiasi wajah Rehan. Namun, senyum itu pudar saat mendengar ucapan dari mantan istrinya."Daddy, aku menerimamu hanya karena tidak ingin kamu merasa malu di hadapan mereka. Daddy kan tahu, aku tidak ingin menikah lagi."Rehan hanya mengangguk saja. Benar kata Raina, dia pasti akan malu kalau wanita itu menolaknya mentah-mentah.Acara pun dilanjutkan kembali. Yang laki-laki memilih membakar daging, ayam, sosis dan juga pentol. Sementara yang wanita menyiapkan saus dan makanan lainnya.Semua bahagia hari itu, kecuali Rehan. Lelaki yang hari ini bertambah usia itu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat ucapan Raina tadi. Ayra duduk di samping sang ayah. Gadis itu seolah tahu kegundahan hati ayah kandungnya."Dad, kenapa murung gitu?" tany
Entah berapa lama Raina tak sadarkan diri. Wanita itu bangun kala adzan subuh telah terdengar. Raina segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Selepas salam, dia ingin membantu sang mama membuat sarapan. Namun tiba-tiba tubuhnya mendadak limbung. Dunia terasa berputar-putar. Hingga wanita itu pun kembali tak sadarkan diri.Wanita itu terbangun, dia menghembuskan nafas kasar kala melihat dirinya berada di rumah sakit kembali. Raina melirik ke samping. Makin kesal lagi saat dia melihat mantan suaminya ada di samping."Apa tidak ada orang lain? Kenapa mesti menyuruh dia menungguku di sini?" gerutu Raina dalam hati.Wanita itu pun membalikkan tubuhnya. Melihat ranjang yang bergetar membuat Rehan membuka matanya."Rai, kamu sudah sadar?" tanyanya."Huumm," jawab Raina singkat."Ada yang kamu inginkan?" tanya Rehan lagi."Aku ingin pulaaang. Kenapa aku dibawa kesini lagi? Kalau di rumah, kan aku bisa melihat semua barang peninggalan kak Revan, hiks, hiks," tangis Raina."Rai,