"Bangun," teriak Rehan
Melihat Keysa yang hanya menggeliat, dia merasa kesal melihatnya. Lelaki tampan itu pun menyiram wajah Keysa dengan air.Byuur"Hah, hah, hah. Apa sih sayang, kenapa kamu menyiramku dengan air?" omel Keysa."Bangun, dan segera pergi dari sini," titah Rehan."ini masih pagi, aku juga masih ngantuk, kenapa kamu kemarin bermain kasar? Badan aku sakit semua nih," keluhnya."Bangun, atau aku seret kamu keluar," bentak Rehan dengan wajah yang sudah tidak sedap dipandang.Keysa pun bangun, dia lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah memakainya, wanita itu pun duduk di ranjang."Ada apa sih sayang?" ocehnya."Apa pendengaranmu sudah tidak berfungsi dengan baik? Pergi dari sini," usir Rehan."Tapi sayang," Keysa masih ingin protes. "Pergii kataku!!" teriak Rehan kesetanan.Keysa yang ketakutan mendengar lengkingan suara Rehan, terpaksa pergi meninggalkan rumah mewah itu.Rehan lalu pergi ke dapur unt"Tutup semua penerbangan sebelum aku sampai," titah Rehan.Lelaki tampan itu segera mengambil kunci mobilnya menuju bandara. Saat sedang mengantri check ini, Leona bingung, kenapa penerbangannya tiba tiba dibatalkan. Pikirannya sudah mengarah ke arah suaminya. Dia takut kalau sang suamilah yang menutup bandara ini. Leona melihat ke belakang, dia melihat ada seorang pria sedang berdiri sambil memainkan gawainya."Kak, bisa bantu aku?" tanya Leona."Bantu apa Nona?" tanyanya.Leona lalu membisikkan rencananya pada lelaki itu. "Please, aku tidak punya waktu, tolonglah aku," iba Leona.Lelaki bermata sipit itu akhirnya membantu Leona Karena tak tega melihat wajah sendunya. Dia pun mendorong kursi roda Leona masuk ke dalam toilet. "Aku tidak punya apa apa selain hoodie dan kacamata hitam. Mungkin, ini bisa membantumu," gumamnya.Setelah sedikit merombak penampilan Leona, lelaki itu pun menggendongnya kemudian mendudukannya di kursi tunggu. "Kita tun
"Kemana ini? Kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Leona ketakutan."Tenang Nona, sebentar lagi, kita akan sampai," jawab lelaki itu dengan senyum menyeringai.Jantung Leona berdetak kencang seolah mau keluar, dia sudah berpikir, ini adalah akhir riwayatnya. Namun, setelah mereka berhenti di sebuah klinik ortopedi, Leona bernafas lega."Aneh, padahal ini desa yang mungkin banyak tidak diketahui oleh orang. Tapi, kenapa ada klinik besar disini?" tanya Leona."Mungkin, pemiliknya sedang menyamar," ujar lelaki itu asal."Ohh iya, kita belum berkenalan. Namaku Leona. Terima kasih karena sudah banyak membantuku," ujarnya."Namaku Sinyo, sudah tidak perlu sungkan," jawab lelaki bermata sipit itu.Leona menelisik wajah lelaki itu, tidak ada wajah Chinese disana selain matanya saja yang sipit, apa karena itu namanya Sinyo, pikirnya."Kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya canggung."Kamu keturunan tionghoa?" tanya Leona.Lelaki itu pun menggeleng.
"Tidak, sampai matipun aku tidak akan mengabulkan permintaanmu," geram Rehan seraya meremas kertas yang dia pegang tadi."Bos, kami sudah mendapatkan data orang yang mengirim pesan pada Anda," lapor anak buah Rehan."Bawa kesini, biar aku lihat," kata Rehan.Begitu amplop dia terima, Rehan langsung membukanya. "Sialan, ternyata kamu dalang dari semua ini, lihat saja, akan aku buat kamu menderita seumur hidupmu," ujar Rehan dengan mata yang memerah.Hari ini, Rehan kembali memulai aktifitasnya, panggilan dari rumah sakit tidak bisa dia abaikan. Setelah melakukan operasi tadi pagi, Rehan beristirahat di ruangannya. Tiba tiba, pintu terbuka dari luar."Aku hamil," kata Keysa seraya melemparkan tespect di wajah Rehan.Rehan tersenyum sinis. Dia sangat ingat kalau dia tidak membuangnya di dalam."Kamu pikir aku bodoh? Aku bahkan membuangnya di luar. Mintalah pertanggungjawaban pada selingkuhanmu," sinis Rehan."Selingkuhan? Selingkuhan yang mana? Aku hanya
"Ya Tuhan, aku ini dokter ortopedi, bagaimana aku membantunya," lirih dokter bernama takeshi itu.Lelaki bermata sipit itu pun menelepon sahabatnya yang menjadi dokter kandungan terkenal di Tokyo. Karena minimnya peralatan di klinik Takeshi, lelaki itu pun membawa Leona ke rumah sakit tempat sahabatnya praktek."Cepat, siapkan ruang operasi, denyut jantung pasien sudah lemah," titah sahabat Takeshi pada perawatnya.Mereka pun segera membawa brankar Leona ke ruang operasi. Tak butuh waktu lama, bayi lelaki montok telah lahir ke dunia."Dok, pasien mengalami pendarahan," teriak salah satu perawat.Dengan sigap, dokter segera melakukan tindakan penyelamatan untuk Leona. Pendarahan akhirnya bisa dihentikan. Operasi akhirnya selesai dilaksanakan. Leona dibawa ke ruang ICU karena dia masih belum sadar. Begitu juga bayinya yang harus berada di ruang NICU karena keracunan air ketuban."Bagaimana keadaannya?" tanya seorang lelaki yang sedari tadi memandangi Leona.
"Ya Tuhan, andai aku bisa membelah diriku, aku pasti akan melakukannya supaya aku bisa memantau keadaan anak dan juga istriku," batin Rehan di tengah kepanikannya.Dia terpaksa menunggu sang istri meski hati dan pikirannya berada di ruang putranya. Andai dia mengerti tentang ilmu kandungan, dia pasti berusaha menyelamatkan sang istri sendirian. Namun, dia hanya dokter bedah umum, jadi dia hanya bisa jadi penonton saja saat ini.Wajah Rehan langsung berubah ketika garis lurus terlihat di layar monitor jantung istrinya."Tidak, kalian pasti salah, minggir biar aku saja," teriak Rehan kesetanan.Lelaki tampan itu pun langsung mengambil alih dokter yang sedang menangani istrinya."Ayo sayang, kamu bisa," ujarnya seraya menempelkan defibrillator pada dada sang istri."Naikkan jadi 100 joule," teriak Rehan.Perawat pun mulai menaikkan sesuai perintah Rehan. Melihat tidak adanya respon dari sang istri tidak membuat Rehan patah semangat."200 joule," teriak R
"Sus, tolong bujuk suami pasien, jenazah bayi sudah siap dan sekarang giliran ibunya," kata dokter yang menangani Leona.Perawat itu pun mengangguk. Dia lalu masuk ke dalam ruang ICU. "Permisi Tuan, saya mau membawa jenazah Nyonya untuk dibersihkan," ujarnya."Tidak, jangan sentuh istriku, dia masih hidup, dia belum mati, berani kamu mencabut alatnya, aku bunuh kamu," teriak Rehan."Tapi Tuan," sanggah perawat itu."Pergi, sebentar lagi istriku akan bernafas, dia tidak akan meninggalkanku, dia sangat mencintaiku sus, jadi, jangan cabut alat itu," ujar Rehan sambil menatap nyalang sang perawat.Perawat itu pun ketakutan, dia langsung berlari keluar. "Maaf Dok, Anda bujuk saja sendiri, saya tidak berani," ujarnya kemudian berlalu pergi."Aduh, bagaimana ini, lima menit lagi jantung Leona berdetak kembali, aku harus bagaimana?" gumam dokter itu.Lelaki berkacamata itu pun nekat memasuki ruang ICU, jika dia tidak bisa membujuk Rehan, dia akan melakukan cara l
"Bagaimana ini Dok?" tanya perawat itu."Usahakan ditutup sus, aku tidak akan bisa menukarnya kalau terus dibuka seperti itu," kata dokter bermata sipit itu."Bagaimana saya membujuknya Dok? Laki laki itu keras kepala sekali," keluh perawat itu."Aku tidak mau tahu bagaimana caramu, yang penting wajah Leona harus ditutup," titah dokter itu.Perawat itu kembali masuk ke dalam ruang jenazah. "Maaf Tuan, sesuai prosedur rumah sakit, jenazah sudah harus tertutup dan masuk dalam peti, tidak ada perkecualian," kata perawat itu."Baiklah, tunggu 15 menit lagi," ujar Rehan.Rehan duduk di samping sang istri. Lelaki tampan itu memeluk dan mencium Leona.Rehan pun mencium bibir sang istri, lelaki tampan yang memang sangat merindukan istrinya melakukannya dengan brutal. Leona berusaha sekuat tenaga untuk tidak bereaksi. Tubuhnya sudah panas dingin karena ciuman Rehan. Sentuhan Rehan bak api yang membakar tubuhnya.Hingga akhirnya, dia kalah oleh cinta dan juga g
"Tuan, pemakamannya tidak dilanjutkan?" tanya anak buah Rehan."Kamu selesaikan sendiri! Aku masih ada urusan yang harus aku selesaikan," kata Rehan kemudian berlalu pergi.Sesampainya di rumah, Rehan langsung menelepon teman yang sempat menjadi dokter Leona kemarin."Bro, tolong kau selidiki, siapa dokter yang menangani istriku terakhir kali?" kata Rehan."Memangnya kenapa dengan dokter itu? Ohh iya aku turut berduka atas kepergian istrimu," kata Daichi."Dokter itu telah membawa kabur istri dan juga anakku. Mereka belum meninggal, tapi dokter itu membuat seolah mereka meninggal dunia," geram Rehan.Rehan meraba bibirnya, terbayang saat terakhir kali dia mencium Leona."Istriku masih hidup Daichi, cari mereka sampai ketemu. Aku akan pindah ke Jepang supaya aku bisa ikut mencarinya," kata Rehan."Baiklah, aku akan membantumu mencarinya, tapi, kita harus bermain halus. Karena yang membantu istri dan anakmu ini bukanlah orang sembarangan. Jadi bersabarl