Share

JALAN TUHAN

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

119

“Kenapa?” tanya Samudra saat mendapati wajah Mentari tak seperti biasanya. Wanita itu datang jam sembilan tiga puluh dengan menggunakan taxi. Padahal ia sudah mengingatkan jika sudah siap berangkat sopir akan menjemputnya.

Wanita itu juga datang dengan wajah yang tidak biasa. Langsung duduk dengan tidak bersemangat. Padahal biasanya akan memeluk dan menciuminya penuh rindu walaupun mereka hanya terpisah sebentar saja.

Samudra menghentikan aktivitasnya, kemudian duduk di samping istrinya. Tangannya terulur meraih kedua pipi Mentari yang dibawanya agar melihat padanya.

“Ada apa? Apa ada yang terjadi?” tanya pria itu lagi karena pertanyaan pertamanya belum mendapat jawaban. Ditatapnya lekat sepasang mata yang sejak tadi seolah menghindari bertemu pandang dengannya.

“Tidak ada apa-apa,” jawab Mentari lemah seraya mengalihkan pandangan ke arah lain. Namun gegas kedua tangan sang pria mengeratkan tangkupan di pipi itu agar wajah Mentari tetap menghadapnya.

“Benar?” Samudra meminta peneg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
R Pontoh Humokor
lanjut ceritanya tambah seru
goodnovel comment avatar
Rosmala Pontoh
ceritanya semakin menarik semoga mentari dan bastian sanggup menghadapi semua persoalan dalam rumah tangganya
goodnovel comment avatar
Lailatul Adawiyah
lanjut thor tambah seru critanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   CUCU?

    120“Perasaan udah lama nggak ketemu ibu, ya,” ujar Samudra begitu mobil yang mereka tumpangi tiba dan terparkir di halaman rumah megah bak kastil. Pria itu melirik wanita di sampingnya yang ternyata sedang memejam. Ia tahu jika sebenarnya Mentari malas untuk datang ke sana. Bukan karena tidak mau bertemu ibu mertua, tetapi penghuni lain di rumah itu yang membuatnya malas ke sana.Sebenarnya, ia pun sama. Malas harus bertemu dengan keluarga Benny yang ke semuanya tidak pernah welcome padanya. Namun, tetap Bastian dan keluarganya harus tahu apa yang dilakukan Novita kepada Mentari.Samudra tidak mau apa yang dilakukan Novita tadi pagi terulang lagi.Pria itu mengulurkan tangan kepada istrinya setelah mereka turun bari mobil. Mengedarkan pandangan sebentar ke sekeliling kediaman mewah keluarga Hanggara yang sejak kecil tidak pernah memberikan kenyamanan padanya.Sungguh miris nasibnya, tinggal di rumah mewah pun tak pernah membuat hidupnya bahagia. Ia hanya seorang pecundang kecil yang

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SEHARUSNYA SEJAK DULU

    121Samudra menarik napas panjang seraya membuang muka. Sementara dua wanita yang bersamanya merengut tidak suka mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Benny. Rupanya anak sulung keluarga Hanggara itu masih tidak puas jika tidak mengatai Samudra.“Jaga bicaramu, Benny. Samudra bahkan tidak pernah meminta uang keluarga ini sepeser pun setelah keluar dari rumah ini.”“Itu karena ia tidak pantas, Bu.”“Pantas atau tidak, sebenarnya ilmu waris sudah mengaturnya. Kedudukan Samudra dalam keluarga ini sama denganmu. Kalian sama-sama anak lelaki keluarga ini. Kelak kalau pun menerima waris, hak kalian akan sama.” Walaupun terlihat kesal dan marah, wajah nenek Widya tetap terlihat tenang dan anggun.Benny membuka mulut untuk melontarkan kalimat keberatan, tetapi gegas tangan Nenek Widya terangkat tanda ia tidak suka dibantah.“Jika pun Samudra datang untuk meminta uangku, ia sangat pantas. Ia bagian dari keluarga ini. Sama sepertimu, ia juga anak laki-laki keluarga Hanggara. Jangan pernah

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   BEKAS

    122Benny yang hampir keluar dari pintu, menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap Samudra dengan raut heran. Samudra sendiri langsung mengulurkan tangan kepada sang ibu. Meraih tangannya dan menciumnya takzim.“Bu, aku tinggal dulu, ya. Aku mau bicara dengan Bastian dan Bang Benny sekalian.” Samudra pamit.“Ada apa lagi, Sam? Kenapa ada banyak hal yang Ibu tidak tahu? Apa kalian sengaja menyembunyikan dari Ibu?” Tatapan Nenek Widya membuat Samudra merasa bersalah karena memang ada banyak hal yang sengaja dirahasiakan, termasuk masalah yang ingin ia bicarakan dengan Bastian saat ini. Tidak mungkin menyampaikan hal tidak baik yang berpotensi akan berpengaruh terhadap kesehatan sang ibu.“Bukan masalah besar, Bu. Nanti kami kembali lagi setelah bicara dengan mereka.”“Kalian tidak akan ke sini jika bukan masalah serius. Kalian datang karena masalahnya serius, bukan?”Samudra tertegun. Tak menyangka jawaban sang ibu. Salahnya memang yang jarang berkunjung hingga datang jika ada

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   ADA RAHASIA

    123“Maksud Om?” Bastian menatap heran. Terbukti dari beberapa kerutan yang menghiasi keningnya. Wajahnya yang semula penuh nyinyiran kini berubah serius. Dan di saat laki-laki dua puluh lima tahun itu masih menunggu jawaban Samudra, seseorang melewati ruangan di mana mereka tengah bicara.Semua orang di ruangan itu menoleh ke arah pintu di mana ternyata Novita lewat dan menghentikan langkahnya. Pun dengan Samudra yang merasa momen tepat datang di saat ia ingin menyampaikan tujuannya ke sana.“Istrimu tadi pagi datang ke apartemenku, Bas. Dia ingin menyerang Mentari.”Tiga kepala kembali menoleh ke arah Novita yang memucat setelah sebelunya mereka menatap Samudra. Raut sama tergambar di wajah ketiganya.“Maksud Om apa dengan menyerang?” Bastian yang beberapa saat lalu tampak terkejut, berhasil menguasai dirinya. “Jangan lebay, Om. Mungkin Om baru mengenal satu perempuan, jadi saat sedikit saja ada yang nyenggol, langsung mereog. Hah, membagongkan.” Bastian tertawa mengejek di akhir ka

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   ABANG VS ADIK

    124Samudra tertegun. Untuk beberapa lama ia hanya berdiam mencoba mencerna kalimat sang kakak yang jujur saja membuatnya terkejut. Benarkah apa yang dikatakan Benny barusan? Atau ….Samudra mengerjap seraya memperbaiki posisi berdirinya. Sungguh, Benny salah jika mengira ia masih Samudra yang dulu yang mudah terintimidasi olehnya. Jika pun yang disampaikannya barusan adalah fakta yang belum ia ketahui, ia harus tetap bersikap tenang. Jangan sampai wajah-wajah meremehkan yang barusan tersenyum karena ucapan Benny bertambah girang.Samudra mengembus napas, kemudian mengedarkan tatapan ke semua orang yang ada di sana.“Maaf, jika aku tidak bisa mempercayai ucapan Abang untuk saat ini. Mungkin aku akan bertanya pada ibu. Dan aku akan lebih mempercayai ibu daripada Abang yang jelas-jelas sejak dulu tak suka melihatku sedikit saja bernapas lega.”Wajah Benny pun serta-merta merengut. Semburat merah langsung menutupi wajah itu pertanda hatinya kesal.“Namun ….” Seolah tidak peduli perubahan

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SURPRISE

    125Hari-hari berlalu. Berkat kerja keras Samudra, perusahaan ayah Mentari perlahan stabil meski masih jauh dari kata maju. Tidak nombok untuk membayar karyawan setiap bulan saja itu sudah suatu kemajuan untuk Samudra dan Mentari. Mereka sadar segala sesuatu butuh proses. Tidak ada kesuksesan yang dibangun dalam satu malam. Butuh kerja keras, keuletan dan kesabaran untuk bisa mencapai titik yang diinginkan.Hari-hari mereka semakin disibukkan dengan mengurus perusahaan. Mentari tidak pernah absen menemani sang suami meski kadang berangkat siang. Bukan sekadar menemani, tapi tentu saja sekaligus menimba ilmu darinya. Bahkan keinginan untuk kuliah ia tunda dulu demi fokus membantu Samudra mengembangkan perusahaan.Wanita itu berpikir toh ilmu bisa didapat dari mana saja. Tidak mesti dari bangku kuliah. Bahkan kini hari-harinya diisi dengan menimba ilmu dari sang suami. Bukan hanya teori di kelas, ia bahkan langsung mempraktekan di perusahaan.Ia yang dasarnya mudah menyerap apa pun yang

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SIAPA?

    126Walaupun seharian ini didera rasa mual, tapi Mentari menjalani hari dengan bersemangat. Untung rasa mual itu masih dapat ditahan dan disembunyikan dari sang suami yang hari ini terlihat sangat sibuk. Padahal jika saja ia sudah memberikan kejutan ini dan Samudra tahu dirinya hamil, ingin rasanya bermanja walaupun sekadar minta diolesi minyak kayu putih atau dipijat tengkuk.Namun, demi surprise yang sudah ia rencakan, semua harus ditunda.Sekali lagi Mentari tersenyum di depan cermin toilet. Lalu membasuh mulutnya yang baru saja mengeluarkan sedikit cairan efek mualnya. Kemudian memejam sebentar untuk membayangkan wajah Samudra dan Nenek Widya yang terkejut tetapi bercampur kebahagiaan saat mendapat kabar darinya jika di rahimnya kini tengan tumbuh benih Samudra.Wanita itu mengelap bibirnya sebelum sekali lagi tersenyum. Setelah ini hidupnya akan lebih sempurna. Suami yang sangat baik dan meratukannya, ibu mertua yang bak iku kandung. Perusahaan ayahnya yang semakin stabil bahkan s

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MANTAN

    127“Sayang, kamu yakin nggak mau ikut?” Pria berjas warna krem itu menatap wajah cantik yang tersenyum. Namun, senyuman itu nyatanya tidak bisa menyembunyikan sesuatu di wajahnya.“Iya, Mas. Aku mau langsung pulang ke rumah nenek saja. Kepalaku sedikit pusing. Aku mau istirahat saja,” balas wanita bertubuh mungil dengan yakin. Rasa tidak nyaman di perutnya membuatnya ingin cepat pulang. Dan sebenarnya ia ingin pulang ke apartemen saja agar bisa langsung istirahat. Namun, rencana memberikan surprise untuk dua orang tercintanya sekaligus tidak mungkin ditunda. Ia ingin malam ini juga berita baik itu sampai ke telinga mereka.Sayangnya, perusahaan yang mulai menggeliat mengharuskan sang suami lebih keras dalam bekerja. Dan perusahaan yang menggeliat mulai dilirik banyak calon investor. Terlebih saat mereka tahu siapa yang mengelola saat ini.“Ya, sebaiknya memang begitu. Wajahmu terlihat pucat,” balas sang suami juga sambil mengelus pipi istrinya yang tidak seranum biasanya. Ia harus mak

Latest chapter

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status