“Hm, aku bertanya kau darimana, Serena?” tanya Dante dengan tatapan yang sangat mengintimidasi. Rahangnya mengeras dan dia mulai berjalan mendekat ke arah Serena membuat gadis itu mematung seketika.Sial! Serena ketahuan.“Ak-u…. Itu aku tadi turun ke dapur untuk minum air,” bohong Serena sambil berdiri menggaruk rambutnya dan berdiri dengan tidak nyaman karena tatapan suaminya itu sangat tajam.“Oh ya?” tanya Dante dengan nada meremehkan membuat Serena merutuki dirinya sendiri. Jantungnya tak pernah berdebar sekencang ini sebelumnya tapi tatapan Dante mampu membuat Serena bungkam seketika.Bagaimana ini?Tidak mungkin Serena mengaku menemui pria lain pagi-pagi buta seperti ini dengan suaminya kan? Hanya orang bodoh yang akan melakukannya.“Kau sudah bangun dari tadi? Aku merasa tidak enak badan makanya mau ngambil air ke bawah,” ujar Serena berusaha mengalihkan topik sambil mengalihkan tatapannya dengan tatapan mematikan Dante.Sungguh, pria ini memancarkan aura yang sangat kuat, apa
Pagi ini Serena terpaksa harus berangkat ke kantornya setelah Dante meninggalkannya begitu saja karena dia marah.Tak henti-hentinya Serena komat-kamit karena kesal dengan sikap Dante. Ya, Serena akui dia memang salah karena sudah menemui Nico diam-diam di pagi buat tapi bukankah Serena juga berhak bertanya kenapa Dante bisa tau tentang hubungannya dengan Nico.Serena sungguh merasa sangat kesal dengan semua ini. Dia sudah bertanya pada Dante tentang perkataan Nico dan ingin memastiknnya tapi malah Dante yang membalik keadaan hingga membuat Serena menjadi orang yang salah.“Argh! Banyak kerjaan ditambah mikir itu lagi!” keluh Serena sambil mencengrekam stir mobilnya dengan berkendara ugal-ugalan. Suasana hatinya sangat buruk sekarang apalagi jika mengingat ucapan Dante kemarin.Flashback on“Kenapa kau bisa tau tentang hubunganku dengan Nico? Hah? Jawab aku Dante,” bentak Serena dengan tatapan yang nyalang dengan kilatan amarah di matanya.Serena mendadak tercengang saat Dante tau hub
“YA AMPUN SERENA!” Teriakan Stela memenuhi koridor perusahaan. Wajah sekretarisnya itu terlihat sangat panik dan frustasi. “Sudah jam berapa ini, Serena?” tanya Stela sambil memijit ujung hidungnya.“Maaf, aku ada masalah dengan Dante kemarin,” ucap Serena asal, karena kemarin dia bertengkar sampai pagi dengan pria itu hingga Serena tak bisa tidur dan akhirnya sekarang terlambat untuk datang ke kantor.“Oke, gak ada gunanya aku marah. Sekarang cepet ke ruangan make up, kita hanya punya waktu 5 menit!” ucap Stela langsung mendorong bosnya itu untuk masuk ke ruangan make up karena semua orang sudah menunggunya sejak tadi di sana.Serena tak mengeluh sama sekali, karena dia tau ini adalah salahnya dan acara kali ini adalah acara yang sangat penting untuk perusahaan Serenity.Beberapa menit kemudian, Serena sudah keluar dengan wajah yang jauh lebih fresh, sangat berbeda saat dia datang tadi dengan mata pandanya dan terlihat sangat lemas.“Serena kau sudah siap?” tanya Stela dengan wajah p
“Serena, kau baik-baik saja?”Serena langsung memalingkan wajahnya dari Nico yang menanyai keadaannya, saking banyaknya kamera wartawan yang menyorot Serena, dia sampai mencengrekam ujung dress yang dia pakai karena Serena tak ingin menimbulkan asumsi yang berlebihan tentang keadaannya.“Jangan berbicara denganku, anggap kita tidak kenal di sini aku mohon Nico!” bisik Serena tanpa melihat ke arah pria itu.Demi apapun, Serena sudah sangat lelah dengan segala rumor yang beredar tentang hidupnya dan pria-pria yang pernah dekat dengannya, dulu Serena biasa saja dengan hal itu tapi sekarang dia sudah muak, apalagi terus disangkut pautkan dengan Nico.“Serena, kau terlihat sangat pucat,” bisik Nico dengan wajah khawatirnya, tanpa Serena ketahui pria itu sangat senang dalam hatinya saat melihat ciri-ciri Serena benar-benar menunjukkan seperti wanita hamil.Sebentar lagi tujuan Nico selama ini pasti terwujud, dia sudah memimpikan menjadi suami sah gadis ini setelah rencananya terhadap Dante
“Serena, ada apa, hah? Kenapa kau menyuruhku membeli testpack?” tanya Stela dengan wajah yang sudah tak bisa dideskripsikan lagi. Serena mendadak keluar dari ruangan konferensi denan meninggalnya tanda tanya dan kini dia malah meminta Stela membeli testpack.Serena menatap Stela dengan wajahnya yang panik juga. Gadis itu langsung mengambil testpack yang Stela pegang dengan tangan yang sedikit bergetar. “Serena, tidak mungkin kau—“Aku akan membuktikan ini salah, hanya ingin memastikan saja,” ucap Serena kemudian. Stela memijit kepalanya sambil bersandar di tembok toilet ini sambil menunggu Serena yang sudah mausk ke dalam toilet.Sementara itu, Serena berusaha mati-matian berharap agar ini salah. “Ya, ini pasti hanya kekhawatiranku saja, aku pasti salah total,” ucap Serena sambil menutup matanya kemudian perlahan dia membuka matanya dan melihat ke arah testpack itu.“HAH!”Tok! Tok! Tok!“Serena, ada apa kau baik-baik saja?” teriak Stela dari luar, gadis itu mendengar jelas teriakan S
PLAK!“Kau gila hah?” bentak Serena pada Nico yang tak merasa terganggu sedikitpun karena kemarahan Serena. Pria itu malah tersenyum nakal karena dia merasa Serena paling seksi saat marah.“Ada apa, sayang? Kau tidak suka hadiah dariku?” goda Nico membuat emosi Serena semakin membuncah. Saat ini mereka sedang ada di rooftop kantor Serena yang ada di pusat kota Milan dengan ditemani matahari yang tenggelam. Seharusnya suasananya menjadi romantis tapi hanya emosi dan kemarahan yang Serena rasakan sekarang.“Akhhh!” Serena meringis sakit saat Nico menahan tangannya yang hendak menamparnya lagi untuk yang kedua kalinya. Mata mereka beradu dengan kilatan amarah dan perasaan yang terpendam. “Kau berani melawanku?” desis Serena saat Nico mengeratkan cengkeraman tangannya hingga membuat gadis itu meringis sakit.Biasanya Nico tak akan berani melakukan itu, karena dia sangat tunduk dengan Serena tapi apa yang terjadi sekarang? “Mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu bersikap seenaknya, Ser
“APA?” pekik Nico langsung mencengkeram erat kedua tangan Serena membuat gadis itu meringis kesakitan. Tatapan Nico berubah menggelam saat Serena mengatakannya. Bagaimana bisa gadis ini bisa dengan mudah mengatakan akan menggugurkan anaknya begitu saja?Tidak! Nico tidak akan membiarkannya terjadi begitu saja karena ini adalah jalan satu-satunya untuknya agar bisa memisahkan Serena dari Dante.“Kau pikir bisa menggugurkannya semudah itu hah?” tanya Nico membuat Serena menjadi sedikit takut, entah apa yang ada di pikiran pria ini.“Apa maksudmu Nico? Ini tubuhku aku yang punya hak untuk melakukan apapun dan kau tidak akan pernah tau bagaimana kecewanya aku karena kau mengkhianatiku dengan cara ini, aku sudah mengatakannya dari awal gunakan pengaman tapi apa? Kau sengaja melakukannya untuk menjebakku dan berharap aku akan tunduk denganmu hanya karena bayi ini? Jangan munafik Nicholas!” bentak Serena membuat rahang Nico mengeras apalagi gadis ini mengucapkan nama panjang Nico yang sangat
“Dante…..” lirih Serena saat melihat suaminya itu datang. Terhitung sudah beberpa hari Serena tak melihat suaminya ini karena setelah bertengkar kemarin karena Serena bertemu diam-diam dengan Nico, Dante langsung ada dinas ke luar negeri dan mereka tak pernah bertemu lagi setelah itu.“Aku akan menarik pelatuk pistol ini jika dalam hitungan ketiga kau tidak melepaskan tanganmu dari istriku!” ancam Dante lagi dengan suara beratnya yang terdengar sangat menakutkan. Penampilan Dante yang serba hitam dengan jam tangan mahalnya yang berkilau menambah kesan gelap ketua mafia itu, memang Dante tak akan pernah ada tandingannya kecuali pria narsis yang memiliki nama besar juga seperti Nico.Mungkin karena itulah Dante cukup terganggu dengan kehadiran Nico diantara Serena dan dirinya karena pria ini bukan pria biasa, selain kakaknya adalah Matteo, Nico berasal dari keluarga yang ternama di Amerika, dan selama ini pasar Eropa belum bisa bersaing dengan pasar Amerika.Karena itulah Dante bertinda