“Serena, ada apa, hah? Kenapa kau menyuruhku membeli testpack?” tanya Stela dengan wajah yang sudah tak bisa dideskripsikan lagi. Serena mendadak keluar dari ruangan konferensi denan meninggalnya tanda tanya dan kini dia malah meminta Stela membeli testpack.Serena menatap Stela dengan wajahnya yang panik juga. Gadis itu langsung mengambil testpack yang Stela pegang dengan tangan yang sedikit bergetar. “Serena, tidak mungkin kau—“Aku akan membuktikan ini salah, hanya ingin memastikan saja,” ucap Serena kemudian. Stela memijit kepalanya sambil bersandar di tembok toilet ini sambil menunggu Serena yang sudah mausk ke dalam toilet.Sementara itu, Serena berusaha mati-matian berharap agar ini salah. “Ya, ini pasti hanya kekhawatiranku saja, aku pasti salah total,” ucap Serena sambil menutup matanya kemudian perlahan dia membuka matanya dan melihat ke arah testpack itu.“HAH!”Tok! Tok! Tok!“Serena, ada apa kau baik-baik saja?” teriak Stela dari luar, gadis itu mendengar jelas teriakan S
PLAK!“Kau gila hah?” bentak Serena pada Nico yang tak merasa terganggu sedikitpun karena kemarahan Serena. Pria itu malah tersenyum nakal karena dia merasa Serena paling seksi saat marah.“Ada apa, sayang? Kau tidak suka hadiah dariku?” goda Nico membuat emosi Serena semakin membuncah. Saat ini mereka sedang ada di rooftop kantor Serena yang ada di pusat kota Milan dengan ditemani matahari yang tenggelam. Seharusnya suasananya menjadi romantis tapi hanya emosi dan kemarahan yang Serena rasakan sekarang.“Akhhh!” Serena meringis sakit saat Nico menahan tangannya yang hendak menamparnya lagi untuk yang kedua kalinya. Mata mereka beradu dengan kilatan amarah dan perasaan yang terpendam. “Kau berani melawanku?” desis Serena saat Nico mengeratkan cengkeraman tangannya hingga membuat gadis itu meringis sakit.Biasanya Nico tak akan berani melakukan itu, karena dia sangat tunduk dengan Serena tapi apa yang terjadi sekarang? “Mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu bersikap seenaknya, Ser
“APA?” pekik Nico langsung mencengkeram erat kedua tangan Serena membuat gadis itu meringis kesakitan. Tatapan Nico berubah menggelam saat Serena mengatakannya. Bagaimana bisa gadis ini bisa dengan mudah mengatakan akan menggugurkan anaknya begitu saja?Tidak! Nico tidak akan membiarkannya terjadi begitu saja karena ini adalah jalan satu-satunya untuknya agar bisa memisahkan Serena dari Dante.“Kau pikir bisa menggugurkannya semudah itu hah?” tanya Nico membuat Serena menjadi sedikit takut, entah apa yang ada di pikiran pria ini.“Apa maksudmu Nico? Ini tubuhku aku yang punya hak untuk melakukan apapun dan kau tidak akan pernah tau bagaimana kecewanya aku karena kau mengkhianatiku dengan cara ini, aku sudah mengatakannya dari awal gunakan pengaman tapi apa? Kau sengaja melakukannya untuk menjebakku dan berharap aku akan tunduk denganmu hanya karena bayi ini? Jangan munafik Nicholas!” bentak Serena membuat rahang Nico mengeras apalagi gadis ini mengucapkan nama panjang Nico yang sangat
“Dante…..” lirih Serena saat melihat suaminya itu datang. Terhitung sudah beberpa hari Serena tak melihat suaminya ini karena setelah bertengkar kemarin karena Serena bertemu diam-diam dengan Nico, Dante langsung ada dinas ke luar negeri dan mereka tak pernah bertemu lagi setelah itu.“Aku akan menarik pelatuk pistol ini jika dalam hitungan ketiga kau tidak melepaskan tanganmu dari istriku!” ancam Dante lagi dengan suara beratnya yang terdengar sangat menakutkan. Penampilan Dante yang serba hitam dengan jam tangan mahalnya yang berkilau menambah kesan gelap ketua mafia itu, memang Dante tak akan pernah ada tandingannya kecuali pria narsis yang memiliki nama besar juga seperti Nico.Mungkin karena itulah Dante cukup terganggu dengan kehadiran Nico diantara Serena dan dirinya karena pria ini bukan pria biasa, selain kakaknya adalah Matteo, Nico berasal dari keluarga yang ternama di Amerika, dan selama ini pasar Eropa belum bisa bersaing dengan pasar Amerika.Karena itulah Dante bertinda
Serena menatap Dante yang sedang mengarahkan pistol ke arah kepala Nico dan juga seseorang yang mengarahkan pistol ke arah kepala Dante juga. Entah dimana Serena pernah melihat situasi semenegangkan ini.Dante Massimo yang merupakan pemimpin dunia gelap yang terkenal sangat kejam dan bringas kini resmi mengibarkan bendera perang ke arah Nico yang walaupun diluar hanya terlihat seperti seorang artis terkenal saja tapi Nico jauh lebih berbahaya daripada itu karena dia berasal dari Amerika dan kakaknya Matteo juga menjalankan bisnis gelap di Amerika sama seperti Dante.Oleh karena itulah sejak awal Serena bisa bekerjasama dengan Nico karena koneksi yang dimiliki pria itu dan Serena pikir Dante pasti punya alasan kuat kenapa dia tidak menghabisi Nico sejak awal dan itu mungkin karena latar belakang Nico yang tidak main-main.“Serena, siapa yang akan kau pilih diantara kita berdua? Jawab sekarang, yang tidak kau pilih akan mati detik ini juga kita selesaikan masalah ini sekarang!” Itu adal
“Dante, kau berdarah!” pekik Serena saat melihat kemeja putih pria itu sudah berubah warna merah karena darahnya yang mengucur. Wajah Serena sudah panik bukan kepalang dia tak tau harus bagaimana sekarang.“Tunggu, jangan bergerak tanpa perintahku!” Suara Nico membuat kedua orang itu langsung melihat ke sekeliling.Serena ternganga ketika melihat ada puluhan orang yang kini melingkari mereka berdua di rooftop yang luas ini. Sementara itu Nico terlihat berdiri dengan santai di pinggir rooftop sambil melipat lengannya di dada seakan-akan semuanya sudah ada di bawah kendalinya.Serena mengepalkan tangannya kuta-kuat, ternyata ini adalah karma yang dia dapatkan karena bekerja sama dengan orang seperti Nico, sekarang perbuatan Serena tak hanya mencelakakannya tapi juga Dante.“Tetap di belakangku!” Suara rendah Dante membuat Serena sontak terkejut, dia pikir Dante tak bisa bangkit lagi karena luka di dadanya tapi ternyata pria itu masih kuat bangun dan melindungi Serena dengan menyuruhnya
Nico berdiri dengan wajah yang ketakutan saat Dante berhasil mengambil alih keadaan yang semulanya semua berada di bawah kendali Nico kini sepenuhnya berada di bawah kendali Dante.Suara tembakan yang menggelegar membuat Nico panik bukan main karena semua pasukannya sudah tumbang. Tidak hanya penembak jarak jauh dari helikopter Dante juga punya beberapa penembak handal yang bersembunyi di rooftop gedung pencakar langit itu.Keadaan menjadi semakin rusuh ketika banyak nyawa menjadi korbannya. Dante langsung mendekati Nico yang berdiri dengan tak berdaya di sana meninggalkan Serena yang terduduk di sana sambil menutup telinganya.“Kau lihat Nicholas? Setidaknya kau harus pernah berenang sebelum menyaingi perenang. Seluruh antek-antek kakakmu ini tak akan mempan untuk Dante Massimo, tidak di manapun apalagi di Milan daerah kekuasakanku sendiri mungkin kau harus lebih banyak belajar sebelum menyusun rencanamu di masa depan!” ucap Dante dengan pistol yang
“APA?! Serena jangan dengarkan omongan pria gila itu. Jelas-jelas itu anakku kau jangan meracuni pikiran Serena!” bentak Nico sambil berusaha memberontak tapi Dante menarik pelatuk pistolnya agar pria itu bisa diam.Serena langsung berdiri di depan Dante dengan wajah yang penuh tanda tanya. “Dante..Apa maksud ucapanmu?” tanya Serena dengan suara bergetar.Dante menatap istrinya itu dengan raut wajah lembut. Dante menggunakan tangan kanannya untuk menyelipkan anak rambut Serena ke belakang telinganya, peluh menetes di dahinya. “Bayi di dalam rahimmu anakku Serena.”Deg!Hening!Keadaan menjadi hening seketika. Seluruh dunia rasanya berhenti berputar dan waktu juga berhenti berjalan setelah Dante mengucapkannya. Serena diam membeku, entah perasaan aneh apa yang dia rasakan saat ini.Tapi, salahkan jika Serena merasa legaa?Serena merasa perasaannya sangat campur aduk saat ini. Dia heran kenapa dia har