Nico berdiri dengan wajah yang ketakutan saat Dante berhasil mengambil alih keadaan yang semulanya semua berada di bawah kendali Nico kini sepenuhnya berada di bawah kendali Dante.Suara tembakan yang menggelegar membuat Nico panik bukan main karena semua pasukannya sudah tumbang. Tidak hanya penembak jarak jauh dari helikopter Dante juga punya beberapa penembak handal yang bersembunyi di rooftop gedung pencakar langit itu.Keadaan menjadi semakin rusuh ketika banyak nyawa menjadi korbannya. Dante langsung mendekati Nico yang berdiri dengan tak berdaya di sana meninggalkan Serena yang terduduk di sana sambil menutup telinganya.“Kau lihat Nicholas? Setidaknya kau harus pernah berenang sebelum menyaingi perenang. Seluruh antek-antek kakakmu ini tak akan mempan untuk Dante Massimo, tidak di manapun apalagi di Milan daerah kekuasakanku sendiri mungkin kau harus lebih banyak belajar sebelum menyusun rencanamu di masa depan!” ucap Dante dengan pistol yang
“APA?! Serena jangan dengarkan omongan pria gila itu. Jelas-jelas itu anakku kau jangan meracuni pikiran Serena!” bentak Nico sambil berusaha memberontak tapi Dante menarik pelatuk pistolnya agar pria itu bisa diam.Serena langsung berdiri di depan Dante dengan wajah yang penuh tanda tanya. “Dante..Apa maksud ucapanmu?” tanya Serena dengan suara bergetar.Dante menatap istrinya itu dengan raut wajah lembut. Dante menggunakan tangan kanannya untuk menyelipkan anak rambut Serena ke belakang telinganya, peluh menetes di dahinya. “Bayi di dalam rahimmu anakku Serena.”Deg!Hening!Keadaan menjadi hening seketika. Seluruh dunia rasanya berhenti berputar dan waktu juga berhenti berjalan setelah Dante mengucapkannya. Serena diam membeku, entah perasaan aneh apa yang dia rasakan saat ini.Tapi, salahkan jika Serena merasa legaa?Serena merasa perasaannya sangat campur aduk saat ini. Dia heran kenapa dia har
“Ahhh Dantee!” Serena langsung berhambur ke pelukan suaminya saat dia mendengar ada suara tembakan yang mengarah ke arahnya.“Arghhhh….” Rintih Nico yang kakinya kanannya sudah tertembak dan mengeluarkan darah. Diluar dugaanya, anak buah Dante yang ada di jarak jauh ternyata memutuskan melakukan tembakan ke arah Nico tanpa membunuhnya tentunya atas perintah dari Dante.“Serena kau berdiri di belakangku jangan jauh-jauh!” titah Dante saat dia mulai mendekati Nico yang sudah tergeletak dengan rintihannya sambil memegang kakinya. Dante mengarahkan pistolnya ke arah Nico membuat pria itu melotot ketakutan.“Dante tunggu!” cegah Serena saat dia melihat Dante mengarahkan senjatanya. Apa dia berniat membunuh Nico?Dante langsung melihat ke arah istrinya itu dengan tatapan tajamnya. “Kenapa Serena? Apa kau masih memiliki perasaan terhadapnya setelah semua yang telah bajingan ini lakukan?” tanya Da
“Dante…ahh tunggu.” Serena menahan dada bidang suaminya saat pria itu mulai menjelajahi leher jenjang miliknya dan mulai melepas pakaian kerja milik Serena.Dante manatap istrinya dengan tatapan yang penuh gairah dan mendambakan tubuh istrinya yang memang sudah lama tidak dia sentuh setelah mereka bertengkar terakhir kali. “Kenapa sayang? Aku sudah tidak tahan kau pikir aku tidak menderita selama beberapa hari ini menahannya?” kesal Dante sambil memperhatikan wajah Serena.“Aku tau!” jawab Serena cepat. “Tapi lihat ini, dadamu masih berdarah aku akan memanggil Dominic untuk mengobatimu dul—Belum sempat Serena berucap dan hendak meraih Hpnya untuk menelpon Dominic yang merupaka seorang dokter, Dante langsung mencegahnya untuk pergi dengan menahan pinggang gadis itu.“Aww…” lirih Serena saat Dante menariknya mendekat sehingga Serena kini duduk di pangkuan pria itu dengan kedua kaki d
"Apa yang kau katakan tadi, sayang? Coba ulangi?" Dante bertanya sambil menatap istrinya dengan intens. Tatapan penuh gairah dari manik mata cokelat milik Dante tak pernah gagal membuatnya jantungnya berdebar kencang. "Ahh...Dante cepatlah aku sudah tidak tahan," keluh Serena saat Dante malah berhenti menjelajahi tubuhnya, padahal dia sudah siap untuk diterjang habis habisan malam ini, karena mereka sudah tidak melakukannya selama beberapa hari semenjak Serena ketahuan bertemu dengan Nico secara diam-diam. "Kau ingin apa hm? Kau ingin aku mencium setiap inci tubuhmu tanpa terkecuali? Katakan secara jelas Serena, katakan hanya aku yang bisa melakukannya," ucap Dante dengan suara beratnya dan hembusan napas panasnya yang membara. Posisi Dante tepat menindih tubuh mungil namun seksi Serena dengan kedua tangan wanita itu yang diletakkan di atas, sehingga Serena tak mampu berkutik selain menatap manik mata penuh gairah suaminya. "Hmm....yaa aku menginginkannya," ucap Serena dengan desa
“Ahhh Dantee aku sudah sangat lelah, lanjutkan besok saja,” ucap Serena dengan suara pelannya saat suaminya itu mulai melancarkan aksinya di sebuah bathup kamar mandi mewah.Keduanya tengah telanjang di bawah air hangat yang penuh dengan busa itu, ditambah lilin aroma terapi yang menambah keintiman suasana itu. Tapi bagi seorang konglomerat seperti mereka itu hanya hal biasa.Tapi kali ini Serena merasa mandi di bath up menjadi hal yang spesial karena melihat senyum tampan suaminya ini bersamanya. “Bagaimana ini aku belum puas sama sekali!” ucap Dante dengan entengnya sambil menatap Serena dengan cemberut.Serena langsung menjauhkan wajah suaminya itu karena berada dekat sedikit saja pria itu akan mencium Serena habis-habisan. “Dante, kita sudah melakukannya 3 kali apa kau gila, hm? Aku sungguh lelah tidak bisakah kita menikmati suasana ini saja sambil berpelukan?” tanya Serena.Melihat wajah lelah istrinya, Dante langsung merubah posisinya yang awalnya menindih wanita itu menjadi mem
Cup!“Apa yang kau pikirkan sampai melamun seperti itu hm?” Dante berucap sambil mencium leher Serena yang sedang mengeringkan rambutnya di meja rias yang ada di sana.Serena hanya menggeleng sambil tersenyum. Pikirannya masih tenggelam jauh. “Ah, tidak aku hanya sedikit kelelahan,” jawab Serena jujur. Sejak dia kejadian itu terjadi sebenarnya Serena masih sedikit syok.Dante langsung tersenyum sambil memegang pundak istrinya itu dan memandnag wajah cantiknya melalui cermin. “Serena tenanglah mulai sekarang tak akan ada yang menganggu kita lagi aku berjanji, kita sudah memutuskan untuk menjaga bayi ini bukan?” ucap Dante dengan senyun manisnya membuat Serena seakan-akan terhipnotis.Gadis itu hanya mengangguk sebelum akhirnya Dante tiba-tiba mengangkat tubuhnya. “AKHH! Dante apa yang kau lakukan?” pekik Serena terkejut tapi pria itu tak menjawab dia hanya mengangkat tubuh Serena di depan semua pelayan yang ada di mansion itu kemudian mendudukkan Serena tepat di meja makan.“Makanlah,
“Dante, apa kau akan diam saja di depan istrimu, hm?” ucap Cassandra seperti sengaja memanas manasi Serena tapi wanita itu hanya menatap suaminya, Dante yang masih duduk dengan tenang.Serena tak pernah merasa minder atau tak percaya diri sebelumnya, apalagi untuk wanita pembuat onar seperti Cassandra ini, bukan itu yang akan membuatnya bungkam tapi melihat kepercayaan diri Serena yang akan membuatnya bungkam denga sendirinya.“Cassandra, apa kau tidak melihat suamiku masih makan? Jika memang pembicaraanmu sangat penting tunggu kami menyelesaikan sarapan ini dulu, jika tidak pintu itu terbuka lebar untukmu,” ujar Serena mengusir wanita itu secara halus tapi dengan tatapan yang tajam.Hal itu membuat Dante beralih menatap istrinya yang duduk tepat di seberangnya sambil tersenyum tipis. Dante sangat suka sikap to the point Serena yang langsung terlihat jika dia suka atau tidak suka dengan orang lain, tidak seperti kebanyakan orang yang Dante kenal, kebanyakan palsu dan apa yang terlihat