“Dante, apa kau akan diam saja di depan istrimu, hm?” ucap Cassandra seperti sengaja memanas manasi Serena tapi wanita itu hanya menatap suaminya, Dante yang masih duduk dengan tenang.Serena tak pernah merasa minder atau tak percaya diri sebelumnya, apalagi untuk wanita pembuat onar seperti Cassandra ini, bukan itu yang akan membuatnya bungkam tapi melihat kepercayaan diri Serena yang akan membuatnya bungkam denga sendirinya.“Cassandra, apa kau tidak melihat suamiku masih makan? Jika memang pembicaraanmu sangat penting tunggu kami menyelesaikan sarapan ini dulu, jika tidak pintu itu terbuka lebar untukmu,” ujar Serena mengusir wanita itu secara halus tapi dengan tatapan yang tajam.Hal itu membuat Dante beralih menatap istrinya yang duduk tepat di seberangnya sambil tersenyum tipis. Dante sangat suka sikap to the point Serena yang langsung terlihat jika dia suka atau tidak suka dengan orang lain, tidak seperti kebanyakan orang yang Dante kenal, kebanyakan palsu dan apa yang terlihat
“Apa? Pria lain? Apa maksudmu?” Cassandra langsung berdiri seketika saat mendengar ucapan Dante. Wanita itu mengernyit dengan dahi berkerut sambil menatap ke arah Dante yang hanya duduk dengan tenang seakan-akan dunia berada di bawah kendalinya.Dante beralih menyisip teh yang dibawakan pelayan ke mejanya dan menaruhnya dengan santai, membiarkan wanita di sampingnya ini tenggelam dalam kebingungan. “Ya, kau akan menikah seperti yang aku janjikan,” jawab Dante kini beralih menoleh menatap Cassandra yang sudah kesal menahan amarah.“Dante jangan mempermainkanku, aku hanya akan menikah denganmu!” bentak Cassandra membuat Dante langsung menoleh ke arah kepala pelayan sebagai pertanda kalau Dante ingin berbicara hanya berdua di sana.Kumpulan pelayan itu langsung berjalan keluar sesuai dengan titah tuannya. Kini Dante berdiri sambil menatap Cassandra yang tingginya tidak sebanding dengan pria itu sama sekali. “Kau akan menikah dengan pria pilihanku, dan itu sudah disetujui oleh papamu!” Uc
“Nich-olas? Apa maksudmu kau gila?” pekik Cassandra dengan suara yang bergetar. Wanita itu langsung berkacak pinggang sambil mencegah Dante melangkah pergi, dia sangat penasaran hingg rasanya ingin mati jika Dante tak mengatakannya dengan jelas.Wajah Casandar sudah memerah dengan amarah yang mendidih, dia menatap nyalang ke arah pria tampan yang jauh lebih tinggi darinya itu hingga dia harus menengadah untuk menatap Dante.“Kenapa?” tanya Dante singkat, dia terlihat sangat ingin menyudahi pembicaraannya dengan Cassandra, terbukti dari beberapa kali pria itu terlihat melihat jam di pergelangan tangannya. Dia ingin segera menemui istrinya, Serena karena dia merasa tidak nyaman membuat wanita tersayangnya itu curiga memikirkan ada mantannya yang tiba-tiba datang ke mansion dan mengajak menikah.Hanya orang gila yang melakukan itu, dan orang gila itu adalah Cassandra Camilo, dia memang terkenal dengan sikap gegabah dan cerobohnya, tapi Dante tak pernah mengira wanita ini benar-benar puny
“Kemarilah, jika kau ingin mendengarkan,” ujar Dante membuat Serena merutuki dirinya yang tengah menguping di dekat tembok itu, Dante pasti melihatnya karena dia ada berdiri di dekat tangga yang melingkar di mansion megah itu.Serena sungguh sangat malu dan khawatir pada saat yang bersamaan karena Dante kini tau ia masih penasaran degan kabar Nico. “Argh! Sial!” kesal Serena saat dia terpaksa berbalik ke sana menemui Dante dan mantan tunangannya itu dengan wajah yang dibuat-buat biasa saja, karena dia tak ingin Cassandra melihatnya dalam keadaan seperti ini.“Aku memang mau turun tadi jadi aku berhenti di sana,” bohongnya dengan wajah memelas sambil menatap Dante yang menatapnya dengan tatapan yang cukup tajam. Serena sungguh bingung harus berbuat apa sekarang.Cassandra yang mengetahui tadi Serena ternyata menguping langsung melipat tangannya di dada sambil menatap wanita itu. “Dante, bukankah seharusnya Serena yang menikah degan Nicholas dan kau menikah denganku saja? Maka semua mas
“AHHHHH! Dante turunkan aku! Hey!” pekik Serena sambil mengguncangkan kedua kakinya agar Dante mau menurunkannya tapin nihil, tangan kekar Dante sudah memegang erat tubuh mungil Serena dengan tatapan yang mengarah lurus ke arah kamar mereka.“Dante…please kau dengar aku, kan?” teriak Serena lagi di lorong mansionya, ketika Dante lebih memilih menaiki tangga dengan langkah kaki lebar dibanding menaiki lift yang ada di sana. Serena sungguh sangat lelah pagi ini apalagi kemarin dia sudah digempur habis habisan oleh Dante dan pria ini mau lagi hari ini?Oh, sungguh Serena tidak kuat!Dalam hati Serena membandingkan stamina Dante dan Nico secara tak sadar saat dia melamun sepanjang di perjalanan Dante membawanya. Entah apa yang berbeda tapi walau Nico sangat bergairah setiap bersamanya, tapi Nico tak pernah bisa membantah titah Serena jika dia tak mau melakukannya, sementara itu saat bersama Dante, Serena seperti tak ada apa-apanya karena suaminya ini lebih mendominasi.Itu perbedaan palin
Napas Serena memburu saat Dante benar-benar berhasil mengikat kedua tangannya di kedua ujung tempat tidurnya membuat gadis itu benar-benar ketakutan karena suaminya itu benar-benar terlihat marah, dan ini pertama kalinya Dante sampai mengikatnya seperti ini.Sebenarnya kenapa Dante semarah itu hanya karena Serena ketahuan mengintip pembicaraannya tentang Dante dengan Cassandra?Serena sontak menoleh saat Dante beralih turun dari kasur meningalkan Serena yang terikat dengan wajah panik sambil melepas satu per satu kancing kemejanya dengan kasar. Serena menelan ludahnya susah payah saat Dante menatapnya tajam dari sudut matanya tapi anehnya pria itu tak langsung menerjang Serena diatas kasur tapi ia malah berjalan menuju ke rak kaca berkilau yang ada di ujung kamar luas itu.Serena terus memperhatikan gerak gerik Dante tanpa berani mengucapkan sepatah katapun karena pikirannya tak bisa berfungsi dalam keadan terikat seperti ini, Dante bisa melakukan apa saja jika dia terikat dengan tak
Serena perlahan membuka matanya dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Rasanya seluruh tulangnya remuk dan tenggorokannya kering. Perlahan dia menyesaikan netranya dengan cahaya matari yang masuk melalui celah gorden di kamarnya.Begitu dia ingin bergerak, rasanya tubuhnya sangat berat dan kedua tanganya juga tidak bisa digerakan. Serena lalu melihat wajah tenang Dante yang tidur sambi memeluknya dengan tangannya yang masih terikat seperti kemarin malam.Dante pasti langsung tumbang karena mabuk dan Serena juga tak ingat bagaimana dia tidur kemarin, yang dia ingat hanya Dante benar-benar mengegempurnya seperti orang kesetanan kemari malam hingga Serena tak sadarlah diri dan sekarang berakhir seperti ini. “Hmmm… jangan tinggalkan aku jangan tinggalkan aku.” Serena menggerakkan kakinya beraharap Dante bisa bangun namun pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya sambil mengigau membuatnya bingung.Melihat wajah tampan dan tenang Dante saat tidur membuat Serena merasa damai. Walau a
Malam ini, Dante benar-benar mengajaknya ke Mansion Utama kediaman Keluarga Ambrose, tempat kakek dan papanya tinggal. Serena cukup gugup, terbukti dari tangannya yang sejak tadi dingin dan ia benar-benar telihat cemas.“Jadi kau sudah melihat surat itu?” Serena bertanya pada Dante yang menyetir dengan tangan besarnya yang tidak pernah absen dari paha Serena, ya itu adalah kebiasaan suaminya jika mereka bepergian. Dante akan kesal jika Serena memindahkan tangannya.Dante yang awalnya fokus menyetir kini beralih menatap istri cantiknya. Tidak dapat dipungkiri ada rasa kahwatir di wajah Dante kali ini dan itu membuat Serena merasa sangat bersalah.Jauh sebelum Serena dinikahkan dengan banyak pria oleh kakaeknya, gadis itu menandatangani surat dari Nico yang berisi Serena akan setuju untuk menikah dengannya dan menjadi pendamping hidupnya jika Nico berhasil menyelamatkan Serena dari pria-pria itu, dan ia tak menyangak surat itu benar-benar menjadi masalah sekarang karena Nico pasti memba