“Dante…..” lirih Serena saat melihat suaminya itu datang. Terhitung sudah beberpa hari Serena tak melihat suaminya ini karena setelah bertengkar kemarin karena Serena bertemu diam-diam dengan Nico, Dante langsung ada dinas ke luar negeri dan mereka tak pernah bertemu lagi setelah itu.“Aku akan menarik pelatuk pistol ini jika dalam hitungan ketiga kau tidak melepaskan tanganmu dari istriku!” ancam Dante lagi dengan suara beratnya yang terdengar sangat menakutkan. Penampilan Dante yang serba hitam dengan jam tangan mahalnya yang berkilau menambah kesan gelap ketua mafia itu, memang Dante tak akan pernah ada tandingannya kecuali pria narsis yang memiliki nama besar juga seperti Nico.Mungkin karena itulah Dante cukup terganggu dengan kehadiran Nico diantara Serena dan dirinya karena pria ini bukan pria biasa, selain kakaknya adalah Matteo, Nico berasal dari keluarga yang ternama di Amerika, dan selama ini pasar Eropa belum bisa bersaing dengan pasar Amerika.Karena itulah Dante bertinda
Serena menatap Dante yang sedang mengarahkan pistol ke arah kepala Nico dan juga seseorang yang mengarahkan pistol ke arah kepala Dante juga. Entah dimana Serena pernah melihat situasi semenegangkan ini.Dante Massimo yang merupakan pemimpin dunia gelap yang terkenal sangat kejam dan bringas kini resmi mengibarkan bendera perang ke arah Nico yang walaupun diluar hanya terlihat seperti seorang artis terkenal saja tapi Nico jauh lebih berbahaya daripada itu karena dia berasal dari Amerika dan kakaknya Matteo juga menjalankan bisnis gelap di Amerika sama seperti Dante.Oleh karena itulah sejak awal Serena bisa bekerjasama dengan Nico karena koneksi yang dimiliki pria itu dan Serena pikir Dante pasti punya alasan kuat kenapa dia tidak menghabisi Nico sejak awal dan itu mungkin karena latar belakang Nico yang tidak main-main.“Serena, siapa yang akan kau pilih diantara kita berdua? Jawab sekarang, yang tidak kau pilih akan mati detik ini juga kita selesaikan masalah ini sekarang!” Itu adal
“Dante, kau berdarah!” pekik Serena saat melihat kemeja putih pria itu sudah berubah warna merah karena darahnya yang mengucur. Wajah Serena sudah panik bukan kepalang dia tak tau harus bagaimana sekarang.“Tunggu, jangan bergerak tanpa perintahku!” Suara Nico membuat kedua orang itu langsung melihat ke sekeliling.Serena ternganga ketika melihat ada puluhan orang yang kini melingkari mereka berdua di rooftop yang luas ini. Sementara itu Nico terlihat berdiri dengan santai di pinggir rooftop sambil melipat lengannya di dada seakan-akan semuanya sudah ada di bawah kendalinya.Serena mengepalkan tangannya kuta-kuat, ternyata ini adalah karma yang dia dapatkan karena bekerja sama dengan orang seperti Nico, sekarang perbuatan Serena tak hanya mencelakakannya tapi juga Dante.“Tetap di belakangku!” Suara rendah Dante membuat Serena sontak terkejut, dia pikir Dante tak bisa bangkit lagi karena luka di dadanya tapi ternyata pria itu masih kuat bangun dan melindungi Serena dengan menyuruhnya
Nico berdiri dengan wajah yang ketakutan saat Dante berhasil mengambil alih keadaan yang semulanya semua berada di bawah kendali Nico kini sepenuhnya berada di bawah kendali Dante.Suara tembakan yang menggelegar membuat Nico panik bukan main karena semua pasukannya sudah tumbang. Tidak hanya penembak jarak jauh dari helikopter Dante juga punya beberapa penembak handal yang bersembunyi di rooftop gedung pencakar langit itu.Keadaan menjadi semakin rusuh ketika banyak nyawa menjadi korbannya. Dante langsung mendekati Nico yang berdiri dengan tak berdaya di sana meninggalkan Serena yang terduduk di sana sambil menutup telinganya.“Kau lihat Nicholas? Setidaknya kau harus pernah berenang sebelum menyaingi perenang. Seluruh antek-antek kakakmu ini tak akan mempan untuk Dante Massimo, tidak di manapun apalagi di Milan daerah kekuasakanku sendiri mungkin kau harus lebih banyak belajar sebelum menyusun rencanamu di masa depan!” ucap Dante dengan pistol yang
“APA?! Serena jangan dengarkan omongan pria gila itu. Jelas-jelas itu anakku kau jangan meracuni pikiran Serena!” bentak Nico sambil berusaha memberontak tapi Dante menarik pelatuk pistolnya agar pria itu bisa diam.Serena langsung berdiri di depan Dante dengan wajah yang penuh tanda tanya. “Dante..Apa maksud ucapanmu?” tanya Serena dengan suara bergetar.Dante menatap istrinya itu dengan raut wajah lembut. Dante menggunakan tangan kanannya untuk menyelipkan anak rambut Serena ke belakang telinganya, peluh menetes di dahinya. “Bayi di dalam rahimmu anakku Serena.”Deg!Hening!Keadaan menjadi hening seketika. Seluruh dunia rasanya berhenti berputar dan waktu juga berhenti berjalan setelah Dante mengucapkannya. Serena diam membeku, entah perasaan aneh apa yang dia rasakan saat ini.Tapi, salahkan jika Serena merasa legaa?Serena merasa perasaannya sangat campur aduk saat ini. Dia heran kenapa dia har
“Ahhh Dantee!” Serena langsung berhambur ke pelukan suaminya saat dia mendengar ada suara tembakan yang mengarah ke arahnya.“Arghhhh….” Rintih Nico yang kakinya kanannya sudah tertembak dan mengeluarkan darah. Diluar dugaanya, anak buah Dante yang ada di jarak jauh ternyata memutuskan melakukan tembakan ke arah Nico tanpa membunuhnya tentunya atas perintah dari Dante.“Serena kau berdiri di belakangku jangan jauh-jauh!” titah Dante saat dia mulai mendekati Nico yang sudah tergeletak dengan rintihannya sambil memegang kakinya. Dante mengarahkan pistolnya ke arah Nico membuat pria itu melotot ketakutan.“Dante tunggu!” cegah Serena saat dia melihat Dante mengarahkan senjatanya. Apa dia berniat membunuh Nico?Dante langsung melihat ke arah istrinya itu dengan tatapan tajamnya. “Kenapa Serena? Apa kau masih memiliki perasaan terhadapnya setelah semua yang telah bajingan ini lakukan?” tanya Da
“Dante…ahh tunggu.” Serena menahan dada bidang suaminya saat pria itu mulai menjelajahi leher jenjang miliknya dan mulai melepas pakaian kerja milik Serena.Dante manatap istrinya dengan tatapan yang penuh gairah dan mendambakan tubuh istrinya yang memang sudah lama tidak dia sentuh setelah mereka bertengkar terakhir kali. “Kenapa sayang? Aku sudah tidak tahan kau pikir aku tidak menderita selama beberapa hari ini menahannya?” kesal Dante sambil memperhatikan wajah Serena.“Aku tau!” jawab Serena cepat. “Tapi lihat ini, dadamu masih berdarah aku akan memanggil Dominic untuk mengobatimu dul—Belum sempat Serena berucap dan hendak meraih Hpnya untuk menelpon Dominic yang merupaka seorang dokter, Dante langsung mencegahnya untuk pergi dengan menahan pinggang gadis itu.“Aww…” lirih Serena saat Dante menariknya mendekat sehingga Serena kini duduk di pangkuan pria itu dengan kedua kaki d
"Apa yang kau katakan tadi, sayang? Coba ulangi?" Dante bertanya sambil menatap istrinya dengan intens. Tatapan penuh gairah dari manik mata cokelat milik Dante tak pernah gagal membuatnya jantungnya berdebar kencang. "Ahh...Dante cepatlah aku sudah tidak tahan," keluh Serena saat Dante malah berhenti menjelajahi tubuhnya, padahal dia sudah siap untuk diterjang habis habisan malam ini, karena mereka sudah tidak melakukannya selama beberapa hari semenjak Serena ketahuan bertemu dengan Nico secara diam-diam. "Kau ingin apa hm? Kau ingin aku mencium setiap inci tubuhmu tanpa terkecuali? Katakan secara jelas Serena, katakan hanya aku yang bisa melakukannya," ucap Dante dengan suara beratnya dan hembusan napas panasnya yang membara. Posisi Dante tepat menindih tubuh mungil namun seksi Serena dengan kedua tangan wanita itu yang diletakkan di atas, sehingga Serena tak mampu berkutik selain menatap manik mata penuh gairah suaminya. "Hmm....yaa aku menginginkannya," ucap Serena dengan desa