Serena terus memegang hpnya dengan khawatir karena hal yang akan dia lakukan. Gadis yang masih memakai baju tidur itu turun dengan pelan menuruni tangga yang berbentuk melingkar itu satu per satu. Serena sengaja tak memilih menggunakan lift karena memang dia ada di lantai 2 jadi dia memilih menuruti anak tangga saja.Serena terus melihat jam yang ada di hpnya. “Udah jam 4 pagi, apa Dante akan bangun sebentar lagi?” tanya Serena pada dirinya sendiri. Dia sangat khawatir melakukan hal-hal yang sebenarnya sudah dari awal dilarang oleh suaminya itu, tapi mau bagaimana lagi rasa penasaran Serena terhadap apa yang akan dikatakan Nico membuatnya terpaksa melakukan ini.“Gak mungkin, dia keliatan capek banget kayaknya bakal bangun kesiangan. Aku janji ini tak akan lama,” ucap Serena meyakinkan dirinya sendiri. Gadis itu tidak tau jam tidur suaminya sendiri oleh karena itulah dia was-was memikirkan jam berapa Dante akan bangun.Namun, tepat saat gadis itu membuka pintu utama dia melihat ada be
“Nico, apa maksdumu?” tanya Serena dengan nada yang menuntut. Apa ini rahasia yang dimaksud Nico tadi? Selain karena dia keluar diam-diam, sekarang jantung Serena berdebar lebih kencang lagi saat Nico mengucapkannya.Jika pria lain, maka Serena tak akan pernah mempercayainya tapi hal ini berbeda karena Nico yang berbicara. Selama Serena bersama dengan Nico menghabiskan waktu dengan melewati berbagai macam masalah, Nico tak pernah sekalipun berbohong tentang hal yang penting apalagi demi kebaikan Serena.“Jawab aku dulu, jika aku mengatakan itu apa kau akan percaya padaku Serena?” tanya Nico lagi masih dengan tatapan awalnya.Serena mendadak menjadi tegang. Entah kenapa jika dia mengatakan yang sebenarnya bahwa Serena masih mempercayai Nico, itu membuatnya merasa seperti berkhianat di belakang Dante. Serena menjadi bimbang tapi karena masalah ini berkaitan dengan keretakan hubungannya dengan Nico, Serena memilih berkata jujur. “Iya, aku percaya.” Ucapan Serena langsung membuat Nico ter
“Hm, aku bertanya kau darimana, Serena?” tanya Dante dengan tatapan yang sangat mengintimidasi. Rahangnya mengeras dan dia mulai berjalan mendekat ke arah Serena membuat gadis itu mematung seketika.Sial! Serena ketahuan.“Ak-u…. Itu aku tadi turun ke dapur untuk minum air,” bohong Serena sambil berdiri menggaruk rambutnya dan berdiri dengan tidak nyaman karena tatapan suaminya itu sangat tajam.“Oh ya?” tanya Dante dengan nada meremehkan membuat Serena merutuki dirinya sendiri. Jantungnya tak pernah berdebar sekencang ini sebelumnya tapi tatapan Dante mampu membuat Serena bungkam seketika.Bagaimana ini?Tidak mungkin Serena mengaku menemui pria lain pagi-pagi buta seperti ini dengan suaminya kan? Hanya orang bodoh yang akan melakukannya.“Kau sudah bangun dari tadi? Aku merasa tidak enak badan makanya mau ngambil air ke bawah,” ujar Serena berusaha mengalihkan topik sambil mengalihkan tatapannya dengan tatapan mematikan Dante.Sungguh, pria ini memancarkan aura yang sangat kuat, apa
Pagi ini Serena terpaksa harus berangkat ke kantornya setelah Dante meninggalkannya begitu saja karena dia marah.Tak henti-hentinya Serena komat-kamit karena kesal dengan sikap Dante. Ya, Serena akui dia memang salah karena sudah menemui Nico diam-diam di pagi buat tapi bukankah Serena juga berhak bertanya kenapa Dante bisa tau tentang hubungannya dengan Nico.Serena sungguh merasa sangat kesal dengan semua ini. Dia sudah bertanya pada Dante tentang perkataan Nico dan ingin memastiknnya tapi malah Dante yang membalik keadaan hingga membuat Serena menjadi orang yang salah.“Argh! Banyak kerjaan ditambah mikir itu lagi!” keluh Serena sambil mencengrekam stir mobilnya dengan berkendara ugal-ugalan. Suasana hatinya sangat buruk sekarang apalagi jika mengingat ucapan Dante kemarin.Flashback on“Kenapa kau bisa tau tentang hubunganku dengan Nico? Hah? Jawab aku Dante,” bentak Serena dengan tatapan yang nyalang dengan kilatan amarah di matanya.Serena mendadak tercengang saat Dante tau hub
“YA AMPUN SERENA!” Teriakan Stela memenuhi koridor perusahaan. Wajah sekretarisnya itu terlihat sangat panik dan frustasi. “Sudah jam berapa ini, Serena?” tanya Stela sambil memijit ujung hidungnya.“Maaf, aku ada masalah dengan Dante kemarin,” ucap Serena asal, karena kemarin dia bertengkar sampai pagi dengan pria itu hingga Serena tak bisa tidur dan akhirnya sekarang terlambat untuk datang ke kantor.“Oke, gak ada gunanya aku marah. Sekarang cepet ke ruangan make up, kita hanya punya waktu 5 menit!” ucap Stela langsung mendorong bosnya itu untuk masuk ke ruangan make up karena semua orang sudah menunggunya sejak tadi di sana.Serena tak mengeluh sama sekali, karena dia tau ini adalah salahnya dan acara kali ini adalah acara yang sangat penting untuk perusahaan Serenity.Beberapa menit kemudian, Serena sudah keluar dengan wajah yang jauh lebih fresh, sangat berbeda saat dia datang tadi dengan mata pandanya dan terlihat sangat lemas.“Serena kau sudah siap?” tanya Stela dengan wajah p
“Serena, kau baik-baik saja?”Serena langsung memalingkan wajahnya dari Nico yang menanyai keadaannya, saking banyaknya kamera wartawan yang menyorot Serena, dia sampai mencengrekam ujung dress yang dia pakai karena Serena tak ingin menimbulkan asumsi yang berlebihan tentang keadaannya.“Jangan berbicara denganku, anggap kita tidak kenal di sini aku mohon Nico!” bisik Serena tanpa melihat ke arah pria itu.Demi apapun, Serena sudah sangat lelah dengan segala rumor yang beredar tentang hidupnya dan pria-pria yang pernah dekat dengannya, dulu Serena biasa saja dengan hal itu tapi sekarang dia sudah muak, apalagi terus disangkut pautkan dengan Nico.“Serena, kau terlihat sangat pucat,” bisik Nico dengan wajah khawatirnya, tanpa Serena ketahui pria itu sangat senang dalam hatinya saat melihat ciri-ciri Serena benar-benar menunjukkan seperti wanita hamil.Sebentar lagi tujuan Nico selama ini pasti terwujud, dia sudah memimpikan menjadi suami sah gadis ini setelah rencananya terhadap Dante
“Serena, ada apa, hah? Kenapa kau menyuruhku membeli testpack?” tanya Stela dengan wajah yang sudah tak bisa dideskripsikan lagi. Serena mendadak keluar dari ruangan konferensi denan meninggalnya tanda tanya dan kini dia malah meminta Stela membeli testpack.Serena menatap Stela dengan wajahnya yang panik juga. Gadis itu langsung mengambil testpack yang Stela pegang dengan tangan yang sedikit bergetar. “Serena, tidak mungkin kau—“Aku akan membuktikan ini salah, hanya ingin memastikan saja,” ucap Serena kemudian. Stela memijit kepalanya sambil bersandar di tembok toilet ini sambil menunggu Serena yang sudah mausk ke dalam toilet.Sementara itu, Serena berusaha mati-matian berharap agar ini salah. “Ya, ini pasti hanya kekhawatiranku saja, aku pasti salah total,” ucap Serena sambil menutup matanya kemudian perlahan dia membuka matanya dan melihat ke arah testpack itu.“HAH!”Tok! Tok! Tok!“Serena, ada apa kau baik-baik saja?” teriak Stela dari luar, gadis itu mendengar jelas teriakan S
PLAK!“Kau gila hah?” bentak Serena pada Nico yang tak merasa terganggu sedikitpun karena kemarahan Serena. Pria itu malah tersenyum nakal karena dia merasa Serena paling seksi saat marah.“Ada apa, sayang? Kau tidak suka hadiah dariku?” goda Nico membuat emosi Serena semakin membuncah. Saat ini mereka sedang ada di rooftop kantor Serena yang ada di pusat kota Milan dengan ditemani matahari yang tenggelam. Seharusnya suasananya menjadi romantis tapi hanya emosi dan kemarahan yang Serena rasakan sekarang.“Akhhh!” Serena meringis sakit saat Nico menahan tangannya yang hendak menamparnya lagi untuk yang kedua kalinya. Mata mereka beradu dengan kilatan amarah dan perasaan yang terpendam. “Kau berani melawanku?” desis Serena saat Nico mengeratkan cengkeraman tangannya hingga membuat gadis itu meringis sakit.Biasanya Nico tak akan berani melakukan itu, karena dia sangat tunduk dengan Serena tapi apa yang terjadi sekarang? “Mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu bersikap seenaknya, Ser