Hari ini, adalah jadwalku mengajar.
Setelah sehari sebelumnya, aku juga meminta pada Intan, untuk menyimpan akta tanah dan surat-surat penting lainnya. Katanya, bapak dan ibunya akan menyimpan surat berharga itu ke sebuah bank swasta di kecamatan, tempat mereka biasa menyimpan uang.
Bukan hal sepele, ketika perang sudah dimulai. Aku takut terjadi hal yang tidak diinginkan dan aku yakin, tante Diah akan melakukan segala cara untuk dapat kembali mengambil akta tanah ladang tersebut.
“Aku selalu merepotkanmu, Tan,” ucapku, ketika kami sudah duduk di kantin sekolah.
“Hei, Nia. Kali ini aku yang direpotkan, tapi lihatlah nanti. Mungkin aku akan merepotkanmu lebih dari ini,” candanya, tetapi tatapan mata Intan membuatku semakin yakin, bahwa dia memang ikhlas membantuku.
“Bu Nia. Kata pak Wahyu, Bu Nia disuruh menghadap ke ruan
*Jangan sepelekan hal yang kecil, karena sesuatu yang besar itu berasal dari hal-hal yang kecil*Ya Allah, semoga bapak dan emak baik-baik saja, tolong jaga mereka, doaku dalam hati.***Bunyi alaram menbangunkanku, tepat pukul empat pagi. Semalam aku tidak ingat, pukul berapa aku tertidur. Karena perbuatan tante Diah membuatku, semalaman tidak bisa konsentrasi untuk mempelajari beberapa indikator perlombaan.Tempat tidur di ranjang sebelahku bergerak, bukankah semalam kosong, pikirku.“Ah, maaf. Semalam kamu sudah tertidur, jadi saya tidak membangunkamu, ketika saya datang.” Wanita dengan menggunakan baju tidur dan menggunakan hijab biru itu tersenyum seraya bangkit dari tempat tidurnya.“Iya, tidak apa-apa, Mbak … .”“Putri, nama saya Putri. Saya perw
Alhamdulillah, sudah kesekian kalinya emak mengucap syukur. Air mata beliau tak terbendung lagi, setelah aku membacakan pesan kak Lestari kepada emak."Emak boleh ngomong sama, Lestari?" Emak mengucapkan kalimat yang sedari tadi tidak aku pikirkan. Ku anggukkan kepala, tanda setuju.TuutTuut"Assalamualaikum, Mak." Suara yang sangat kami rindukan, terdengar dari seberang telepon."Le, Taufik, anaknya Emak."Terdengar Taufik terisak, membuatku harus menghapus air mata di pipi untuk kesekian kalinya."Alhamdulillah sehat, Mak. Emak disana sehat?"Tidak terdengar suara apapun, kecuali suara tangis emak yang semakin keras."Mak," ucapku setelah beberapa detik emak masih saja menghapus air matanya. Kuelus pundak emak, yang semakin ringkih.
"Beneran kan, Tan? Kamu sudah rekam semuanya?" Aku masih memperhatikan Intan yang masih mencari file rekaman di hp miliknya.Intan tidak menjawab pertanyaanku, matanya masih serius menatap benda pipih di tangannya."Tan?""Sebentar, Nia. Jangan ganggu dulu. Aku masih belum menemukan foldernya,"Ah, aku tidak begitu berharap pada rekaman yang sempat Intan tadi lakukan. Setidaknya, aku sudah mengetahui semua rahasia Hendra dan tante Diah. Kuarahkan pandanganku ke luar jendela, hari ini begitu cerah. Matahari tidak malu menampakkan sinarnya.Getaran hp di atas meja membuatku kembali menatap benda pipih yang sudah ketinggalan oleh zamannya. Nomor yang tidak kukenal, yang artinya nomor tersebut belum tersimpan di hp ku."Halo, Assalamualaikum," ucapku"Waalaikumsalam. Benar dengan Ibu Nia
“Takwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” (HR At-Tirmidzi)***Apa?! Kejutan apa lagi ini?Padahal sebelumnya aku mendengar bahwa Hendra menyuruh seseorang untuk menggugurkan kandungan, apakah itu sumi? Tidak mungkin.Karena, kedua bapak mereka adalah saudara tiri. Jadi, siapa?"Mana uangnya?" tanya Hendra tanpa basa-basi."Sabar, Hen. Kenapa sih, muka di tekuk gitu?" Terdengar sumi menarik sebuah kursi."Itu, teman kamu, si Meri, minta tanggung jawab, dia hamil,"Apa?! Jadi … ."Hahaha, kamu nya saja yang ceroboh." Terdengar Sumi tertawa mengejek, ah, tidak ayah, tidak ibu, anak semua sa
Apa?!"Apa tante tidak tahu malu? Atau sudah tidak punya malu, lagi?" Aku mengeraskan rahang, dadaku kembang kempis, menahan amarah yang bergejolak.Tante Diah mendongakkan wajahnya padaku, mata sinisnya tepat mengarah pada mataku. Ck, tante pikir aku tidak tahu, jika tante punya niat terselubung, batinku."Heh, anak kecil, jangan urus urusan orang dewasa," ujar tante Diah, ia kini telah berdiri."Abang minta, kamu keluar sekarang Diah. Persiapkan saja dirimu, dan kau Wahyu … ." Tunjuk Bapak, beliau lalu menghampiri paman Wahyu yang masih mematung di depan pintu.Mungkin karena takut akan terjadi tindak kekerasan, aku segera memegang lengan bapak."Bawa segera Diah dari rumah ini. Bersiaplah, kalian sudah Abang laporkan ke polisi,"Tante Diah dan paman Wahyu terkejut, mungkin mereka tidak menyang
Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tetapi mata belum juga mau berkompromi. Mataku menatap bungkusan kado yang masih tertutup rapat, di atas meja belajar tua ku.Hey, mengapa aku bisa sampai lupa membuka hadiah dari sekolah, pikirku. Ck, semua masalah tante Diah menyita waktu dan pikiranku.Kuraih bungkusan yang berwarna ungu dengan motif bunga. Dengan perlahan, aku membuka setiap isolatif yang tertempel di setiap sisinya. Mataku membulat sempurna, ketika melihat sebuah kotak hp dengan merk s****ng, walaupun bukan keluaran terbaru, tetapi setidaknya ini lima kali lebih bagus daripada hp yang aku miliki sekarang.Alhamdulillah, ucapku bersyukur.Rasa terkejutku belum sampai disitu saja, sebuah amplop putih juga terlihat di dalamnya. Aku mulai membuka amplop dari ujung sisinya, rasa terkejut kembali menghinggapiku, beberapa lembar uang merah tertata rapi. Tiga juta? Apaka
“Jangan kamu pikir, aku takut dengan kamu, Nia,” tantang Sumi. Ia masih berdiri tegak dengan gelas yang masih ada di genggamannya.“Jadi, kamu pikir aku juga takut, gitu?” tekan ku, dingin.Si rambut jagung tidak berkutik, ia malah sibuk membersihkan tasnya yang ikut tersiram dengan jus jeruk, pun dengan Lastri, ia juga sibuk membersihkan tubuhnya dengan tisu. Sesekali mata Lastri melirik tajam padaku.“Ayo, Tan. Kita pergi saja dari sini, banyak lalat yang mendengung,” ucapku sinis seraya menatap Sumi. Aku meraih tas yang ada di kursi, berjalan menuju kasir dan segera membayar makanan yang belum sempat masuk ke dalam mulutku.“Heh, Nia! Bayarnya jangan pakai uang receh, atau apabila kamu nggak sanggup bayar, biar kita-kita saja yang bayarin makanan kamu. Secara, kamu kan ... .” Sumi tidak melanjutkan teriakannya, karena seorang
Cinta terindah antara dua insan yang belum halal adalah saling mendoakan dalam diam, tanpa saling mengetahui.***Nia, sebuah panggilan nama yang cukup sederhana. Tapi mampu membuat hatiku menulisnya begitu istimewa. Cinta dalam diam, perasaan yang terus ku pendam tanpa berani aku utarakan.Awal bertemu dengannya, ketika ia membawa sebuah keranjang makanan, berjalan menuju kantin. Aku yang sedang berjaga di depan pintu gerbang sekolah, sebagai Ketua Osis, tidak mampu mengalihkan pandangannya kepadaku.Aku mengikuti setiap langkahnya, senyum yang terus melekat di wajahnya, entah mengapa bisa membuat jantungku lebih cepat berdetak. Sejak hari itu, aku selalu membeli nasi yang ia titipkan di kantin, bukan karena ingin bertemu dengannya, tetapi memang, masakan yang ia bawa selalu terasa enak di mulutku.Setahun telah berjalan, tapi aku masi
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahaya yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya), Maha Mengetahui.” (An-Nur: 32).Pernikahan merupakan suatu bentuk keseriusan dua orang dalam sebuah hubungan. Selain sebagai bentuk cinta dan kasih sayang, pernikahan dalam Islam merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT.Selain itu, menikah juga menjadi salah satu cara memperkuat ibadah. Hal ini sesuai dengan hadits tentang pernikahan yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya. Maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya.”🍀🍀🍀“Bagaimana? Apa masih ada yang tertinggal?” Intan memperhat
“Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang melimpah (yaitu: Surga)” (Qs. An Nuur (24) : 26).Ya Allah, dengan Rahmat dan Ridho-Mu perkenankanlah tautan cinta buah hati kami :<span;>Nia ApriliaPutri ke-2 dari Bpk. Arman Wahyudi & Ibu HalimahDengan<span;>Satria ArigayoPutra ke-2 dari Bpk. Bagus Ambarga & Ibu Puji Indah KasturiAkad nikah dan resepsi, Insya Allah akan dilaksanakan pada :Hari : Sabtu, 16 Oktober 2021
Terimakasih sudah meninggalkan jejak like dan komentarnya.❤❤❤Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai. Pepatah nasehat yang tepat disandandangkan untuk Lastri, wanita yang seumuran denganku itu terlihat sangat mengenaskan menggunakan pakaian orange dari balik meja.Hari ini, aku sengaja mengunjungi Lastri ke Polres. Ada begitu banyak pertanyaan yang harus aku ajukan untuknya.“Apa yang kamu inginkan, Lastri? Dari keluargaku, tentunya.”Lastri hanya mencebikkan mulut, aura marah masih terlihat jelas dari kedua matanya.“Aku tidak pernah membuat masalah denganmu, pun dengan keluarga kamu, Lastri. Jadi, mengapa kamu selalu mencari masalah?”Dua orang polisi wanita ikut serta menemani kami di ruangan yang terbilang cukup sempit ini. Dengan sedikit memohon kepada Br
Aku sudah mengelilingi pemakaman ini sebanyak dua kali, tidak kuhiraukan semak belukar yang meliliti gamis. Nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan Bella.Jejak langkah Bella ditanah juga tidak terlihat. Ya Allah, Bella kamu dimana?Kutarik nafas pelan, Nia kamu harus tenang. Tenang. Aku kembali menaiki motor, setidaknya aku tidak perlu dulu mengabarkan kehilangan Bella. Mungkin saja Bella singgah ke rumah … tidak mungkin. Bella tidak tahu siapa pun kecuali rumah mbah Sarmi dan mbok Inah. Kuputar kemudi motor, menuju kedai mbok Inah, pegal gas kutarik kuat. Masih terasa, sisa-sisa rumput liar masih menggantung di gamisku.“Assalamualaikum. Mbok, Mbok Inah.”Aku berteriak memanggil namanya. Tumben kali ini, kedai mbok Inah tertutup rapat, tapi masih terlihat pintu samping terbuka.“Waalaikumsalam. Lewat samping,” ujar seseorang dari dalam rumah.“Mbok, apakah Bella ada d
“Pak, bagaimana ini?”Bapak memandang tante Diah yang berada di balik kaca. Sedangkan emak, memberanikan diri masuk ke dalam ruangan. Mencoba untuk mengajak tante Diah berbicara. Sudah dua hari, tante Diah belum sadarkan diri. Kemarin, dokter mengatakan kondisi tante Diah sempat drop. Tetapi kembali stabil, malah lebih baik dari sebelumnya, ujarnya.‘Karena hantaman di kepala, ibu Diah belum sadarkan diri. Tetapi ia akan bereaksi jika mendengar suara orang-orang yang dikenalnya.’Mendengar ucapan dokter, emak dua hari ini selalu menyempatkan diri menjenguk tante Diah. Sebenarnya bapak tidak mau berada di rumah sakit, tetapi emak ngotot, tetap memaksa bapak ikut serta.“Taufik, jadi pulang?” Bapak berjalan ke arah kursi yang ada di samping pintu.“Jadi, Pak. Insyaallah, sore sudah sampai.”“Hem.”Aku mengikuti bapak, ya
Terima kasih sudah meninggalkan jejak like dan komentar nya. 🌹🌹🌹Aku terhenyak, membaca status Lastri.'HAMPIR SAJA!!! BERDOALAH, BELUM TENTU BESOK KAMU BISA SELAMAT’Tunggu, apakah yang ia maksud adalah kejadian menyerempet tadi? Tapi bukankah orang yang berada di dalam sel, tidak boleh membawa handphone dan benda-benda lainnya?Malam semakin larut, angin malam masuk begitu saja dari celah-celah dinding kamarku.Ake kembali melihat status Lastri. Benar, statusnya dibuat saat aku sudah berada di rumah. Aku mengambil gambar dari status yang dibuat olehnya. Otakku kembali berjalan, ini bisa dijadikan bukti. Walaupun aku masih belum yakin, apakah benar ditujukan untukku. 🍀🍀🍀[Assalamualaikum. Mohon izin Bripka Agus, apakah hari ini ada waktu?].Tercentang dua tetapi masih berwarna
Sudah tiga minggu terlewati. Satu bulan lagi, acara pernikahanku akan dilaksanakan. Tidak pernah terdengar kabar tentang tante Diah. Terkadang, setelah pulang mengajar, aku menyempatkan untuk melewati rumah Tante Diah. Rumah peninggalan paman Wahyu tersebut, masih di segel oleh rentenir. Karena, setiap aku melewatinya, masih sering terlihat dua orang pria, menjaga rumah.Bapak dan emak juga tidak pernah bertanya atau mencari tahu keberadaan tante Diah. Tapi seiring waktu, setelah pengusiran tante Diah dari rumah. Pernah terdengar dari emak, bahwa bapak pernah mencari tahu keberadaan adiknya itu, melalui lek Ipul.Alhamdulillah, Taufik kembali mengukir prestasinya. Ia lulus ketika mengikuti tes kesehatan, tes psikologi, integritas dan kejujuran. Pengumuman resmi sebagai praja IPDN akan diumumkan akhir bulan depan. Taufik juga akan pulang dua hari lagi, setelah menyelesaikan segala urusannya.🍀🍀🍀Semalam, aku d
Terima kasih sudah meninggalkan jejak like dan komentarnya.🍀🍀🍀Mungkin Intan juga memberitakan aksi Sumi pada Bripka Agus, karena setelah bapak mematikan ponsel, sebuah pesan aku terima dari Bripka Agus yang mengirim lokasi kejadian.Bapak segera menelpon lek Ipul untuk mengantarkan kami. Lokasi yang terbilang cukup jauh, butuh waktu satu jam untuk mencapai sungai tersebut.Jembatan yang digunakan Sumi terlihat ramai oleh penduduk setempat, garis polisi terpasang di tengah jembatan. Ah, benarkan Sumi melakukan bunuh diri? Ini semua bagai mimpi bagiku.Tante Diah sudah beberapa kali pingsan, isak tangisnya tidak mampu melawan suara arus sungai yang ada di depan mata. Polisi dan beberapa relawan terlihat sibuk mencari jasad Sumi menggunakan kapal boat.“Nia,”Bripka Agus berdiri di seberang garis polisi, tanpa mengenakan pakaian dinasnya. Aku berjalan mendekat, meninggalkan tante D
Terima kasih sudah meninggalkan jejak like dan komentarnya.🍀🍀🍀Dua minggu telah berlalu sejak Sumi sadar dan sejak itu pula Bapak tidak pernah lagi mengunjungi Sumi dan tante Diah di rumah sakit. Taufik juga sudah berangkat, mengikuti tahap tes selanjutnya tiga hari yang lalu. Insyaallah, ia akan kembali untuk mengikuti acara pernikahanku.Alhamdulillah, ketenangan kembali dalam keluargaku. Masalah ladang bapak? Sudah beberapa bulan ini bapak tidak pernah lagi menyetorkan sepeserpun uang kepada pak Gunawan. Sekarang kami masih mengolah ladang seperti biasanya. Pak Gunawan juga tidak pernah lagi menampakkan wajahnya di hadapan kami. Kabar yang aku dengar, pak Gunawan sudah dinonaktifkan dari jabatannya sebagai kepala desa. Ah, mungkin beliau masih sibuk mengurus kedua anaknya yang masih setia di dalam bilik jeruji.Aku juga sudah mencabut laporan terkait penjambreta