“Jangan kamu pikir, aku takut dengan kamu, Nia,” tantang Sumi. Ia masih berdiri tegak dengan gelas yang masih ada di genggamannya.
“Jadi, kamu pikir aku juga takut, gitu?” tekan ku, dingin.
Si rambut jagung tidak berkutik, ia malah sibuk membersihkan tasnya yang ikut tersiram dengan jus jeruk, pun dengan Lastri, ia juga sibuk membersihkan tubuhnya dengan tisu. Sesekali mata Lastri melirik tajam padaku.
“Ayo, Tan. Kita pergi saja dari sini, banyak lalat yang mendengung,” ucapku sinis seraya menatap Sumi. Aku meraih tas yang ada di kursi, berjalan menuju kasir dan segera membayar makanan yang belum sempat masuk ke dalam mulutku.
“Heh, Nia! Bayarnya jangan pakai uang receh, atau apabila kamu nggak sanggup bayar, biar kita-kita saja yang bayarin makanan kamu. Secara, kamu kan ... .” Sumi tidak melanjutkan teriakannya, karena seorang
Cinta terindah antara dua insan yang belum halal adalah saling mendoakan dalam diam, tanpa saling mengetahui.***Nia, sebuah panggilan nama yang cukup sederhana. Tapi mampu membuat hatiku menulisnya begitu istimewa. Cinta dalam diam, perasaan yang terus ku pendam tanpa berani aku utarakan.Awal bertemu dengannya, ketika ia membawa sebuah keranjang makanan, berjalan menuju kantin. Aku yang sedang berjaga di depan pintu gerbang sekolah, sebagai Ketua Osis, tidak mampu mengalihkan pandangannya kepadaku.Aku mengikuti setiap langkahnya, senyum yang terus melekat di wajahnya, entah mengapa bisa membuat jantungku lebih cepat berdetak. Sejak hari itu, aku selalu membeli nasi yang ia titipkan di kantin, bukan karena ingin bertemu dengannya, tetapi memang, masakan yang ia bawa selalu terasa enak di mulutku.Setahun telah berjalan, tapi aku masi
Readers, tinggalkan jejak like dan komentarnya, ya. Biar ane semangat nulisnya. 🥰Setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan. Jodoh menjadi rahasia-Nya, yang terkadang membuat hamba-Nya bertanya-tanya siapa dan kapan akan dipertemukan dengan jodoh.Karena tidak semua cinta harus mengungkapkan, terkadang diam adalah cara terbaik. Maka di sepertiga malamku namamu kupinjam untuk kudoakan berulang kali.***"Kamu, kenapa sih, Tan?" tanyaku, ketika kami sudah sampai di rumahku.Mengingat kejadian tadi, membuatku kembali melihat lutut yang berdenyut nyeri. Intan bukannya membantuku, ia malah tergesa memperbaiki posisi motor dan memaksa ku untuk segera naik kembali, sebelum Bripka Agus mendekati kami, Intan sudah menarik gas motor, kencang."Nggak ada apa-apa, kok. Ayo, ah, aku lapar." Kuperhatikan Intan yang
“Nia, adalah calon istri saya!” Bang Satria kembali mengulang kalimat yang sama, ada penegasan ketika ia mengucapkannya kembali.Apa? Aku? Calon istrinya? Ya Allah, apakah ini mimpi indahku, tetapi mengapa ada pak Gunawan, di mimpiku ini. Ck.“A … Apa maksud, Bapak?” Pak Gunawan kini beralih menatap bang Satria.“Apa saya harus mengulang tiga kali, Pak Gunawan?” Bang Satria telah berjalan, mendekat.Aku masih terpaku, tidak mampu mengucapkan sepatah katapun. Ucapan bang Satria mampu melumpuhkan otakku untuk berhenti berpikir.“Apa Bapak tidak salah? Bagaimana mungkin seorang pejabat, mau menikahi seorang anak dari keturunan miskin?” Pak Gunawan terkekeh, ia kini melihatku dan bapak bergantian. Tatapan seolah kami adalah makhluk rendahan.Hening.&ld
Semakin kita melindungi anak dari rasa kecewa, kekecewaan berikutnya di masa depan akan lebih berat baginya.***“Alhamdulillah, akhirnya laku, juga,” ucap Taufik, ia menampilkan senyum manisnya.“Hei, Apa maksud ucapanmu, Fik? Apa adik bungsuku ini tidak tahu, jika Kakakmu adalah orang termanis di rumah ini, selain Ibu?” tanyaku seraya mengejeknya.Pagi tadi, ibu memintaku untuk menghubungi Taufik. Berbekal handphone baru, akhirnya gambar Taufik terlihat lebih jelas. Entah bagaimana membalas kebaikan keluarga kak Lestari, karena Taufik lulus berkas masuk IPDN, mereka memberikan sebuah handphone baru untuknya.“Kapan acaranya, Kak?” tanya Taufik.“Lamaran dulu, toh, le,” jawab ibu“Loh, bukannya kemarin kata Ibu sudah lamaran?” Taufik menyern
Apa maksud ucapan bang Satria? Sebelumnya?"Kenapa? Apa Bapak takut?" Bang Satria mulai melepaskan tangannya dari badan pak Gunawan.Pak Gunawan hanya membalas dengan tatapan tidak sukanya."Silahkan duduk, Pak Gunawan. Anggap saja rumah sendiri," sindir Bripka Agus.Pak Gunawan duduk di seberang ku. Kami berhadapan, tatapan ingin membunuhnya tidak membuatku takut. Mengapa aku harus takut? Sedangkan aku tidak melakukan kesalahan apapun."Pak, kami telah mengantongi bukti-bukti terkait Hendra yang menjual serta memakai narkoba jenis sabu." ujar Bripka Agus yang telah duduk bersisian dengan bang Agus."Apa?! Jadi, bukan karena laporan terkait pencurian berkas Taufik?" Pak Gunawan menyebut nama adikku. Mata Pak Gunawan hampir keluar karena rasa terkejutnya.Berarti, beliau tidak tahu sama sekali, bahwa anak laki-laki se
Mohon tinggalkan jejak like dan komentarnya, ya Mak.***"Barang siapa menyalakan api fitnah, maka dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya." - Ali bin Abi Thalib***Aku terkejut, ketika ibu Jamilah mengatakan sesuatu yang buruk tentang, menuduh menggunakan pelet kepada bang Satria. Tidak sampai disitu, yang membuatku lebih terkejut lagi, saat Intan mengayunkan sebuah penggaris panjang.Plak!Intan mengarahkannya tepat mengenai lengan bu Jamilah."Intan," pekikku."Dasar, Ibu itu seharusnya nggak percaya dengan yang begituan. Apa Ibu tahu, Ibu bisa dituntut dengan pasal pencemaran nama baik, mau?" Intan mengetuk meja bu Jamilah dengan penggaris yang masih di genggamnya. Intan seperti memperagakan ketika ia sedang mengajar anak didiknya.Aku masih memp
Biar nulisnya semangat, jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya ya.***"Dasar miskin," desis Lastri yang masih bisa aku dengar."Sekolahkan dulu tuh, mulut," Intan mengatakan sesuatu yang kembali membuat Lastri mengeluarkan caciannya."Kalian beraninya, main keroyokan. Ayo maju! Aku nggak bakalan takut sama kamu, kamu dan kamu," ucap Lastri, ia menunjuk wajahku, Taufik dan Intan, satu persatu secara bergantian."Sudahlah Lastri. Lebih baik kamu pulang saja, dan bantu adikmu, Hendra. Satu hal yang aku minta untuk yang terakhir kalinya. Jangan bicarakan aku di belakangku, karena dengan berbicara di belakangku, berarti kau cukup menghargai keberadaanku untuk tidak bertingkah di depan mataku." Aku menatap Lastri sinis, terlihat dari wajahnya ia sudah tidak lagi memiliki kata-kata pedasnya. Ia diam, mematung yang artinya ia memben
Terima kasih yang sudah meninggalkan jejak like dan komentarnya.🍀🍀🍀“Kak, apa kita tidak mengundang warga sekitar?” Taufik memperhatikan baju batik yang tergantung di depan pintu lemarinya. Baju yang akan ia kenakan pada hari lamaranku.“Kakak nggak tahu, Fik. Kemarin Emak bilang cukup mengundang perangkat desa dan beberapa warga yang ada di dekat rumah saja,” ucapku.Sudah sepuluh hari berlalu sejak pak Gunawan datang kerumahku. Bripka Agus juga sudah memberi kabar, bahwa bukti rekaman yang disembunyikan di rumah Sumi sudah ditemukan. Tante Diah? Sehari sebelum polisi ke rumahnya, tante Diah dan paman Wahyu sudah meninggalkan rumah. Pun dengan Sumi, mereka hilang tanpa jejak.Pak Lek Marno juga sudah memberikan keterangannya kepada pihak penyidik. Beliau mengatakan yang sebenarnya, bahwa paman Wahyu dan tante Diah-lah yang meng
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahaya yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya), Maha Mengetahui.” (An-Nur: 32).Pernikahan merupakan suatu bentuk keseriusan dua orang dalam sebuah hubungan. Selain sebagai bentuk cinta dan kasih sayang, pernikahan dalam Islam merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT.Selain itu, menikah juga menjadi salah satu cara memperkuat ibadah. Hal ini sesuai dengan hadits tentang pernikahan yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya. Maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya.”🍀🍀🍀“Bagaimana? Apa masih ada yang tertinggal?” Intan memperhat
“Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang melimpah (yaitu: Surga)” (Qs. An Nuur (24) : 26).Ya Allah, dengan Rahmat dan Ridho-Mu perkenankanlah tautan cinta buah hati kami :<span;>Nia ApriliaPutri ke-2 dari Bpk. Arman Wahyudi & Ibu HalimahDengan<span;>Satria ArigayoPutra ke-2 dari Bpk. Bagus Ambarga & Ibu Puji Indah KasturiAkad nikah dan resepsi, Insya Allah akan dilaksanakan pada :Hari : Sabtu, 16 Oktober 2021
Terimakasih sudah meninggalkan jejak like dan komentarnya.❤❤❤Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai. Pepatah nasehat yang tepat disandandangkan untuk Lastri, wanita yang seumuran denganku itu terlihat sangat mengenaskan menggunakan pakaian orange dari balik meja.Hari ini, aku sengaja mengunjungi Lastri ke Polres. Ada begitu banyak pertanyaan yang harus aku ajukan untuknya.“Apa yang kamu inginkan, Lastri? Dari keluargaku, tentunya.”Lastri hanya mencebikkan mulut, aura marah masih terlihat jelas dari kedua matanya.“Aku tidak pernah membuat masalah denganmu, pun dengan keluarga kamu, Lastri. Jadi, mengapa kamu selalu mencari masalah?”Dua orang polisi wanita ikut serta menemani kami di ruangan yang terbilang cukup sempit ini. Dengan sedikit memohon kepada Br
Aku sudah mengelilingi pemakaman ini sebanyak dua kali, tidak kuhiraukan semak belukar yang meliliti gamis. Nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan Bella.Jejak langkah Bella ditanah juga tidak terlihat. Ya Allah, Bella kamu dimana?Kutarik nafas pelan, Nia kamu harus tenang. Tenang. Aku kembali menaiki motor, setidaknya aku tidak perlu dulu mengabarkan kehilangan Bella. Mungkin saja Bella singgah ke rumah … tidak mungkin. Bella tidak tahu siapa pun kecuali rumah mbah Sarmi dan mbok Inah. Kuputar kemudi motor, menuju kedai mbok Inah, pegal gas kutarik kuat. Masih terasa, sisa-sisa rumput liar masih menggantung di gamisku.“Assalamualaikum. Mbok, Mbok Inah.”Aku berteriak memanggil namanya. Tumben kali ini, kedai mbok Inah tertutup rapat, tapi masih terlihat pintu samping terbuka.“Waalaikumsalam. Lewat samping,” ujar seseorang dari dalam rumah.“Mbok, apakah Bella ada d
“Pak, bagaimana ini?”Bapak memandang tante Diah yang berada di balik kaca. Sedangkan emak, memberanikan diri masuk ke dalam ruangan. Mencoba untuk mengajak tante Diah berbicara. Sudah dua hari, tante Diah belum sadarkan diri. Kemarin, dokter mengatakan kondisi tante Diah sempat drop. Tetapi kembali stabil, malah lebih baik dari sebelumnya, ujarnya.‘Karena hantaman di kepala, ibu Diah belum sadarkan diri. Tetapi ia akan bereaksi jika mendengar suara orang-orang yang dikenalnya.’Mendengar ucapan dokter, emak dua hari ini selalu menyempatkan diri menjenguk tante Diah. Sebenarnya bapak tidak mau berada di rumah sakit, tetapi emak ngotot, tetap memaksa bapak ikut serta.“Taufik, jadi pulang?” Bapak berjalan ke arah kursi yang ada di samping pintu.“Jadi, Pak. Insyaallah, sore sudah sampai.”“Hem.”Aku mengikuti bapak, ya
Terima kasih sudah meninggalkan jejak like dan komentar nya. 🌹🌹🌹Aku terhenyak, membaca status Lastri.'HAMPIR SAJA!!! BERDOALAH, BELUM TENTU BESOK KAMU BISA SELAMAT’Tunggu, apakah yang ia maksud adalah kejadian menyerempet tadi? Tapi bukankah orang yang berada di dalam sel, tidak boleh membawa handphone dan benda-benda lainnya?Malam semakin larut, angin malam masuk begitu saja dari celah-celah dinding kamarku.Ake kembali melihat status Lastri. Benar, statusnya dibuat saat aku sudah berada di rumah. Aku mengambil gambar dari status yang dibuat olehnya. Otakku kembali berjalan, ini bisa dijadikan bukti. Walaupun aku masih belum yakin, apakah benar ditujukan untukku. 🍀🍀🍀[Assalamualaikum. Mohon izin Bripka Agus, apakah hari ini ada waktu?].Tercentang dua tetapi masih berwarna
Sudah tiga minggu terlewati. Satu bulan lagi, acara pernikahanku akan dilaksanakan. Tidak pernah terdengar kabar tentang tante Diah. Terkadang, setelah pulang mengajar, aku menyempatkan untuk melewati rumah Tante Diah. Rumah peninggalan paman Wahyu tersebut, masih di segel oleh rentenir. Karena, setiap aku melewatinya, masih sering terlihat dua orang pria, menjaga rumah.Bapak dan emak juga tidak pernah bertanya atau mencari tahu keberadaan tante Diah. Tapi seiring waktu, setelah pengusiran tante Diah dari rumah. Pernah terdengar dari emak, bahwa bapak pernah mencari tahu keberadaan adiknya itu, melalui lek Ipul.Alhamdulillah, Taufik kembali mengukir prestasinya. Ia lulus ketika mengikuti tes kesehatan, tes psikologi, integritas dan kejujuran. Pengumuman resmi sebagai praja IPDN akan diumumkan akhir bulan depan. Taufik juga akan pulang dua hari lagi, setelah menyelesaikan segala urusannya.🍀🍀🍀Semalam, aku d
Terima kasih sudah meninggalkan jejak like dan komentarnya.🍀🍀🍀Mungkin Intan juga memberitakan aksi Sumi pada Bripka Agus, karena setelah bapak mematikan ponsel, sebuah pesan aku terima dari Bripka Agus yang mengirim lokasi kejadian.Bapak segera menelpon lek Ipul untuk mengantarkan kami. Lokasi yang terbilang cukup jauh, butuh waktu satu jam untuk mencapai sungai tersebut.Jembatan yang digunakan Sumi terlihat ramai oleh penduduk setempat, garis polisi terpasang di tengah jembatan. Ah, benarkan Sumi melakukan bunuh diri? Ini semua bagai mimpi bagiku.Tante Diah sudah beberapa kali pingsan, isak tangisnya tidak mampu melawan suara arus sungai yang ada di depan mata. Polisi dan beberapa relawan terlihat sibuk mencari jasad Sumi menggunakan kapal boat.“Nia,”Bripka Agus berdiri di seberang garis polisi, tanpa mengenakan pakaian dinasnya. Aku berjalan mendekat, meninggalkan tante D
Terima kasih sudah meninggalkan jejak like dan komentarnya.🍀🍀🍀Dua minggu telah berlalu sejak Sumi sadar dan sejak itu pula Bapak tidak pernah lagi mengunjungi Sumi dan tante Diah di rumah sakit. Taufik juga sudah berangkat, mengikuti tahap tes selanjutnya tiga hari yang lalu. Insyaallah, ia akan kembali untuk mengikuti acara pernikahanku.Alhamdulillah, ketenangan kembali dalam keluargaku. Masalah ladang bapak? Sudah beberapa bulan ini bapak tidak pernah lagi menyetorkan sepeserpun uang kepada pak Gunawan. Sekarang kami masih mengolah ladang seperti biasanya. Pak Gunawan juga tidak pernah lagi menampakkan wajahnya di hadapan kami. Kabar yang aku dengar, pak Gunawan sudah dinonaktifkan dari jabatannya sebagai kepala desa. Ah, mungkin beliau masih sibuk mengurus kedua anaknya yang masih setia di dalam bilik jeruji.Aku juga sudah mencabut laporan terkait penjambreta