Home / Romansa / SOMEBODY THAT YOU LOVED / 2. Dinding Hotel Yang Dingin

Share

2. Dinding Hotel Yang Dingin

Author: nouveliezte
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lebih dari tiga jam berlalu sejak Velica memberitahu lokasi acara pembukaan hotel pada Bonita. Dia sudah mencoba menelepon sahabatnya itu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban. Saat ini, dia sedang berdiri di tepi jalan raya seraya memicingkan mata untuk melihat mobil Bonita yang mungkin akan muncul kapan saja. Namun, hari semakin larut. Cahaya lampu mobil yang hilir-mudik mungkin saja membuatnya salah melihat.

''Ayolah, Boo. Percuma saja kamu datang." Gumam Velica seraya berjalan menghampiri gedung hotel. Dia menyandarkan punggung ke dinding. Matanya melirik ke arah kotak peralatan rias yang tergeletak di sebelahnya. 

Entah sudah berapa puluh orang yang melewatinya dan menatap aneh ke arahnya sejak tadi. Dia bahkan sempat menatap tajam pada beberapa pria hidung belang yang terlihat berniat mengganggu hingga mereka pergi dengan sendirinya.

Velica menghela napas berat. Dia menyesal karena baru menyadari lebih baik memberitahu Bonita tentang perselingkuhan Benjamin besok saja. Dia terlalu terkejut saat melihat Benjamin dipeluk oleh Zayna hingga tidak berpikir panjang.

Menit demi menit berlalu setelah Velica menyandarkan tubuh pada dinding hotel. Orang-orang yang lalu-lalang mulai berkurang. Jika bukan karena tiba-tiba melihat keberadaan mobil Bonita, mungkin detik itu juga Velica akan pergi ke salah satu restoran di sekitar sana.

"Boo!" Teriak Velica seraya berlari menghampiri mobil Bonita yang melambat.

Bonita menghentikan mobil dan menurunkan jendela, "Kamu menungguku?"

"Maafkan aku. Sepertinya kamu tidak akan bisa masuk. Hotel itu ditutup khusus malam ini untuk menjamu tamu yang memiliki undangan." Sesal Velica dengan raut wajah sangat bersalah melalui sela jendela mobil yang terbuka.

Bonita tertegun dengan kekecewaan yang jelas terpeta. Hampir empat jam dia membelah jarak dan menahan kegelisahan hanya untuk bertemu dengan Benjamin. Namun, usahanya sia-sia.

"Tunggulah besok. Kamu sudah mencoba menelepon Benjamin?"

"Teleponku tidak diterima."

"Tunggu sebentar." Ujar Velica seraya menjauh untuk mengambil kotak peralatan rias miliknya yang masih tergeletak dekat dinding, lalu memasuki mobil Bonita. "Ayo, kita ke restoran dan bicara. Kita bisa melihat siapa saja yang keluar dan masuk hotel dari sana."

Mereka beranjak ke restoran yang berada tepat di seberang hotel. Velica yang memesan makanan untuk mereka berdua karena Bonita terus diam. Dia sengaja mengajak Bonita duduk di dekat jendela agar leluasa memperhatikan siapa saja yang hilir-mudik di seberang sana.

"Apakah ponselmu mati?" tanya Velica.

Bonita mengambil ponsel dari saku celana dan bergumam seorang diri, "Aku baru menyadarinya."

"Aku meneleponmu agar kamu tidak perlu datang, tapi tidak apa. Pakailah dan coba telepon Benjamin." Ujar Velica seraya meminjamkan pengisi daya yang diambil dari dalam tas.

Bonita menerimanya tanpa mengatakan apapun. Baterai ponselnya akan membutuhkan waktu untuk terisi kembali, maka dia membiarkannya tergeletak di atas meja setelah menyambungkannya pada kabel pengisi daya.

"Aku minta maaf, Boo. Jika Isabell tidak pulang lebih dulu, mungkin kamu bisa menemui Benjamin sekarang."

"Kamu tidak perlu meminta maaf untuk itu."

"Tapi kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang." Ujar Velica dengan tatapan sangat bersalah. Velica merasa salah tingkah karena Bonita hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun hingga memutuskan untuk mendekatkan bibir pada telinga Bonita dan berbisik. "Dan lagi ..., sepertinya mereka sekamar."

Bonita terkesiap, "Maksudmu ...?"

Velica mengangguk ragu, "Aku sempat bertanya pada Isabell sebelum dia pulang. Hanya ada satu kamar untuk satu kartu undangan. Isabell cukup yakin bahwa yang diundang untuk acara pembukaan hotel adalah Zayna. Benjamin mungkin hanya diajak."

Bonita membeku. Namun, jantungnya berdetak kencang dengan sensasi panas yang menjalar ke seluruh tubuh. Dia cemburu. Sangat cemburu. Ada sesuatu yang terasa sangat salah dengannya. Entah kehilangan salah satu syaraf di otak atau mungkin salah satu pembuluhnya tiba-tiba tersumbat.

Velica menatap Bonita nanar, "Aku sempat meminta kartu undangan pada Isabell dan beralasan ingin menginap karena ada seseorang yang ingin kutemui di kota ini besok, tapi dia menolak memberikannya."

Alih-alih menanggapi Velica, Bonita menambatkan tatapan pada hotel baru di seberang jalan. Di salah satu kamar hotel itu, kekasihnya sedang bersama seorang wanita anggun dan seksi. Entah apa yang terjadi pada keduanya. Pikiran Bonita mulai menduga-duga semua hal buruk yang bisa saja terjadi.

"Kamu —maksudku, kalian pernah melakukannya?"

Bonita menggeleng dengan tatapan tetap tertambat pada hotel di seberang sana. Dia tahu dengan jelas apa maksud pertanyaan Velica. Selama empat tahun menjalin hubungan dengan Benjamin, mereka memang belum pernah melakukannya. Sejauh ini mereka hanya saling berpelukan dan berciuman di berbagai kesempatan. Tidak pernah lebih dari itu.

Bonita selalu memberi batas yang jelas walau hasrat mereka menggebu. Dia sangat menjaga hal itu karena tidak ingin bernasib sama seperti wanita lain yang merasa sangat terikat dengan seorang pria hingga kehilangan akal dan bersedia melakukan apa saja.

Ada banyak wanita yang dikenalnya mengalami gangguan mental karena pernah memberikan segalanya hingga berakhir dengan menjalani kehidupan menyiksa selamanya. Bahkan di lingkungan sosialnya yang sangat bebas pun, para wanita masih saja naif dan mengharap pria akan bertekuk lutut hanya pada dirinya jika mereka memberikan segala yang pria inginkan. Padahal yang sesungguhnya terjadi, pria manapun akan tetap pergi jika tidak berniat untuk tinggal dan menetap pada satu hati.

"Kamu serius?" Ada nada tidak percaya pada pertanyaan Velica, tapi anggukan singkat di kepala Bonita yang masih menatap hotel di seberang sana menjawab segalanya. "Dia tidak mungkin berselingkuh darimu karena membutuhkan pelampiasan, bukan?"

Bonita tersenyum getir menatap ponsel yang masih tergeletak mati di atas meja, "Entahlah. Bee hanya memberitahu dia ingin ke kota ini untuk membantu teman lama. Aku tidak tahu siapa teman yang dia maksud dan apa yang akan dia lakukan untuk membantu."

Velica mengusap bahu Bonita, "Aku minta maaf, Boo."

"Tidak perlu. Kamu bertindak benar dengan memberitahuku. Aku akan meminta penjelasan padanya. Aku ...," tenggorokan Bonita tercekat hingga tidak mampu melanjutkan. Ada terlalu banyak hal yang dia pikirkan. Sayatan di hatinya bertambah saat memikirkan segala kemungkinan yang ada. Dua orang berbeda jenis kelamin berada di dalam satu kamar yang sama merupakan pertanda buruk. Teramat-sangat-buruk.

Pramusaji mengantarkan makanan dan pergi sesaat setelahnya. Velica mengajak Bonita untuk mulai makan, tapi Bonita menolak.

Bonita menyalakan ponsel dan mencoba menelepon Benjamin sekali lagi. Namun, panggilan teleponnya tetap tidak diterima. Bulir air panas yang menetes di pipinya segera dihapus dengan punggung tangan. Dia tidak ingin seorang pun tahu dia sedang menangisi seorang pria. Terlebih pria yang sedang berselingkuh darinya.

Tatapan Bonita kembali beralih ke gedung hotel baru di seberang jalan. Dinding-dindingnya terasa dingin dan menjulang dengan arogan. Catnya yang memantulkan puluhan cahaya lampu meninggalkan kesan kusam di relung hati Bonita yang paling dalam.

Jarak antara dirinya dan kekasihnya sudah sedekat itu, tapi jarak yang muncul di hatinya terasa sejauh bumi dan matahari. Jarak itu meninggalkan gelenyar sakit yang perlahan menggerogoti, rongga hampa yang tiba-tiba muncul di sudut hati, keragu-raguan untuk memilih tindakan, serta berbagai pikiran yang membuat kepercayaannya akan cinta kembali memudar.

Hari semakin larut saat Bonita dan Velica menyelesaikan makan malam. Velica yang lapar menghabiskan semua makanan pesanannya, sedangkan Bonita hanya menyentuh beberapa suapan dan meninggalkan sisanya tanpa belas kasihan.

Velica mengajak Bonita menginap di hotel lain yang berjarak satu blok dari hotel tempat Benjamin menginap. Mereka memilih satu kamar yang memiliki dua tempat tidur terpisah. Kemudian mandi bergantian dan berbaring di tempat tidur pilihan masing-masing. 

"Tidurlah, Boo. Kita bisa bangun lebih pagi dan mencoba datang ke hotel itu lagi besok."

Bonita menatap langit-langit kamar tanpa mengatakan apapun. Ada banyak sekali yang dia pikirkan, tapi tidak ada satupun yang mampu diutarakan pada sahabatnya. Terlalu rumit bahkan hanya dengan mengucapkan satu kata.

"Maafkan ...."

"Kamu sudah meminta maaf padaku, Ve. Sungguh, kamu tidak perlu mengatakannya." Ujar Bonita seraya memejamkan mata dengan hati penuh luka dan rasa getir yang menyebar hingga membuatnya berpikir untuk melepaskan Benjamin saja. "Mungkin ... aku memang tidak ditakdirkan menikah."

*** 

Related chapters

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   3. Pengakuan Perbuatan

    Berbagai pikiran yang menghampiri Bonita tidak sanggup membuatnya tertidur walau berusaha memejamkan mata. Saat akhirnya dia membuka mata karena matanya terasa sangat perih, Velica sudah terlelap.Dia menghela napas gusar dan mengambil ponsel yang tergeletak di dekatnya, tapi tidak ada satu pun kabar dari Benjamin hingga membuat luka di hatinya semakin menganga dan mulai terasa menyesakkan. Kini, berbagai perasaan buruk yang berkecamuk di dalam hatinya berubah menjadi ombak yang bergulung-gulung tanpa mampu dibendung.'Dia pasti sibuk, bukan? Sibuk bercinta.' Pikirnya putus asa.Dadanya berdenyut nyeri saat kata-kata itu muncul. Dia mampu membayangkan apa yang Benjamin dan model bernama Zayna itu lakukan seolah benar-benar sedang melihatnya di depan mata. Sesuatu yang bahkan belum pernah dilakukan olehnya dan Benjamin selama empat tahun menjalin hubungan. Namun, dia wanita dewasa. Dia tahu betul apa yang terjadi jika sepasang manusia sedang bercinta.'Sadarlah, Boo! Seharusnya kamu mer

    Last Updated : 2024-10-29
  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   4. Kalah Telak

    Perjalanan panjang dari hotel dipenuhi dentam kencang berulang yang mengalir dari jantung ke seluruh tubuh, hingga membuat Bonita menggigil karena amarah. Sesampainya di rumah, dia meletakkan tas dan serangkaian kunci asal saja di tepi kolam renang, lalu mengempaskan tubuh ke dalam air yang menyilaukan mata. Masih terbayang di pelupuk matanya saat Benjamin dipeluk mesra oleh Zayna di dalam lift berjam-jam yang lalu. Dinginnya air kolam tidak mampu membuatnya berpikir jernih. Gigilan di tubuhnya bertambah. Amarahnya teraduk dengan rasa cemburu. Dia tidak mampu mengutarakan emosi macam apa yang sedang memenuhi jiwanya.Bagaimanapun kelihatannya di mata Bonita, di antara perasaannya yang berkecamuk hingga segalanya yang terlihat hanyalah abu-abu, Benjamin dan Zayna memang terlihat sangat serasi. Bonita sangat yakin mereka sepertinya sudah lama menjalin hubungan. Sepertinya kata-kata Benjamin saat menyebut Zayna sebagai teman lama —walau tanpa menyebut nama Zayna, memang merupakan kebenar

    Last Updated : 2024-10-29
  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   5. Pasangan Kekasih Baru Paling Panas

    "Kamu baik-baik saja?" tanya Helga untuk yang kesekian kalinya.Bonita mengedikkan bahu. Dia terlalu malas untuk menjawab setelah diceramahi habis-habisan oleh ayahnya.Pagi tadi, Nolan datang ke bridal. Dia mengaku baru saja membebaskan Benjamin dari kurungan penjara sementara di kantor polisi. Bonita sudah menjelaskan apa yang terjadi, tapi Nolan tetap memintanya bicara baik-baik dibandingkan dengan memanggil polisi untuk mengusir Benjamin. Nolan berpendapat, bagaimanapun juga Benjamin bukan kriminal karena datang ke rumah dengan niat untuk meluruskan masalah.Di layar ponsel Bonita yang sedang digenggam olehnya saat ini terdapat berbagai gosip mengenai betapa dekatnya hubungan Benjamin dan model bernama Zayna Lott. Dua insan itu bermunculan di berbagai portal berita. Bahkan ada foto-foto di sebuah halaman majalah online yang memublikasikan mereka sebagai "pasangan kekasih baru paling panas".Bonita berdecak kesal dengan dada bergemuruh. Ponselnya dihempaskan asal saja ke arah meja.

    Last Updated : 2024-10-29
  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   6. Mantan Sahabat

    "Aku manusia. Sama sepertimu. Mea hanya bercanda." Sela Benjamin seraya bangkit dan menarik lengan Zayna untuk duduk di salah satu kursi yang ada. "Kamu baru pindah? Aku dengar ibuku bicara dengan seorang wanita semalam. Mungkin itu ibumu karena aku sempat mendengar wanita itu berkata dia pindah bersama dengan suami dan anak gadisnya."Zayna mengangguk ragu. Dia memang duduk bersama mereka, tapi ada perasaan takut saat menatap Benjamin. Dia masih menganggap Benjamin mungkin saja memang hantu atau makhluk yang hanya ada di dalam khayalannya."Apakah kamu anak tunggal?" tanya Mea dengan nada suara bergelombang yang manis.Zayna mengangguk seraya menggeser duduk agar tidak terlalu dekat dengan Benjamin. Mea yang memperhatikan Zayna tersenyum karena memiliki sesuatu di dalam benaknya yang tidak seharusnya dilakukan, tapi rasa penasarannya mampu mengalahkan akal."Jangan ganggu Zayna. Dia tidak menyukaimu." Ujar Mea pada Benjamin seraya mengamit satu batang bunga liar dari sekian banyak yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   7. Getaran Cinta

    Ucapan Zayna menjadi kenyataan hanya dalam waktu hitungan jam. Saat Benjamin datang ke toko perlengkapan petualang miliknya setelah bertemu Zayna, ada beberapa pelanggan baru yang sengaja menunggu agar bisa menemuinya dan mengajaknya berbincang."Aku baru tahu ada toko selengkap ini di area ini. Aku akan ke sini lagi dan mengajak teman-temanku yang lain." Ujar Hugo yang marupakan salah seorang pelanggan baru Benjamin."Aku akan menunggu kedatangan kalian. Kim akan membantu kalian mendapatkan semua barang yang kalian butuhkan jika aku sedang tidak berada di sini." Ujar Benjamin dengan mata melirik pada Kimberly yang sedang berkutat di dekat kasir."Sebetulnya aku penasaran apakah bisa bertemu dengan Zayna. Dia anggun sekali dan sangat seksi." Sela Ressa dengan tatapan berbinar.Hugo menyikut lengan Ressa hingga Ressa tersenyum canggung, tapi tatapannya tidak mampu menyembunyikan kenyataan bahwa dia memang ingin sekali bertemu Zayna. Jika bertemu, dia ingin mencuri kesempatan agar bisa m

    Last Updated : 2024-10-29
  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   8. Tidak Berani Berharap

    Helga dan Bonita menghabiskan makan malam ditemani musik klasik yang mengalun dari gramofon antik peninggalan kakek Helga. Keheningan dilatari alunan musik seolah sedang memuntahkan petuah lama tanpa kata. Mengusik jiwa yang gelisah dengan nada rendah yang mendayu dan bergema."Salad buatanmu enak, Boo." Ujar Helga untuk membuka percakapan.Bonita mengangguk singkat seraya membereskan piring bekas makan menjadi tumpukan rapi di tengah meja. Empat tahun menjadi kekasih Benjamin membuatnya cukup menguasai banyak resep makanan khusus vegetarian. Salad merupakan resep yang paling mudah dibuat. Benjamin yang memberitahu berbagai resep salad yang sebelumnya belum pernah dibuat olehnya. Benjamin bahkan pernah berkata jika suatu hari Bonita membuka kedai makanan, maka kedai itu pasti ramai sekali oleh pengunjung."Kamu mungkin tahu kenapa aku mengajakmu menginap.""Aku tahu. Aku hanya tidak berminat membahasnya. Aku tidak tahu apa yang dulu membuatmu membantunya dekat denganku, tapi apapun itu

    Last Updated : 2024-10-29
  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   9. Calon Suami

    Empat setengah tahun yang lalu, Bonita datang ke pesta di sebuah kafe karena Velica memaksanya ikut. Dia merasa sangat bosan karena hanya Velica satu-satunya orang yang dikenalnya di tempat itu, maka dia pamit ke toilet seorang diri untuk mendapatkan sedikit ruang.Dia menerima pesan di ponsel sebelum sampai di toilet. Nolan memintanya menjaga diri dan menyemprotkan cairan merica pada mata pria manapun yang berniat buruk, juga menendang bagian vitalnya jika memungkinkan.Dua wanita di depan cermin besar sedang berbincang tentang seorang pria yang namanya tidak diperhatikan Bonita saat masuk ke area toilet wanita. Bonita tidak mengenal keduanya, itu sebabnya dia berlalu dan masuk ke salah satu kubik toilet yang kosong. Bonita baru saja memasukkan ponsel ke saku cardigan yang kebesaran saat mendengar teriakan histeris yang terkesan genit dari luar, yang sebetulnya lebih mirip dengan lengkingan dua ekor hyena yang menusuk telinga.'Selalu saja ada teriakan saat membicarakan pria seolah me

    Last Updated : 2024-10-29
  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   10. Pertemuan Yang Tidak Terduga

    "Kita hanya membutuhkan setengah dari ini. Jangan terlalu boros. Ada banyak kain menumpuk di gudang." Ujar Bonita melalui telepon dengan ayahnya karena baru saja mendapat kiriman tujuh lusin roll kain berbagai jenis dan warna."Kain-kain itu sedang diskon, Boo. Aku hanya membayar dua-pertiga harga aslinya." Ujar Nolan yang bersuara hangat di ujung sana. "Bagaimana denganmu dan Jeremy? Kalian tidak membakar rumah selama aku pergi, bukan?""Jeremy menggangguku sepanjang hari dan membuatku membereskan semua kegaduhan yang dibuat bersama teman-temannya di rumah." Desis Bonita seraya menatap ke luar etalase bridal —ke arah parkiran, lalu tersenyum pada sepasang pelanggan yang melambai padanya dari dalam mobil yang akan beranjak pergi."Kakakmu sebentar lagi menikah. Bersabarlah dengannya.""Andai aku tidak bersabar dengannya mungkin aku sudah pindah ke apartemen dan hidup sendiri.""Jeremy akan pindah setelah menikah dengan Melissa. Kamu pasti akan merindukannya nanti. Dia bersikap seperti

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   Extrapart [2]

    Bermandi peluh dalam kenikmatan yang tidak terelakkan membuat Bonita dan Benjamin lupa segala yang terjadi di luar campervan. Sudah tidak terhitung berapa kali Jeremy mencoba menelepon pengantin baru yang menghilang di acara pernikahannya sendiri. Padahal dia sudah jauh-jauh datang mengitari setengah dunia demi menghadiri acara sakrat adiknya yang selalu bersikap seenaknya."Sudahlah, biarkan mereka berdua. Tidak akan terjadi apa-apa." Ujar Melissa yang mencoba membuat kemarahan Jeremy reda seraya menepuk punggung anak laki-laki mereka yang bernama Julian yang berada di pelukannya. "Bahkan jika terjadi sesuatu, mereka akan menemukan cara menyelesaikannya."Jeremy melirik ke arah Edith yang tersenyum simpul di sudut resort yang disewa sebagai tempat menginap selama menyiapkan acara pernikahan. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu dengan ibunya, perasaan benci yang dulu menggerogoti hatinya perlahan pudar."Edith tidak akan khawatir. Boo sudah membuktikan dirinya pantas berkeliling dunia

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   Extrapart [1]

    Cumbuan dalam dan hangat terjalin di antara sepasang suami istri yang baru saja menikah di altar yang dibangun di area air terjun yang dikelilingi kabut tipis. Keluarga dan sahabat kedua mempelai bersorak riang saat menyaksikan dua sejoli itu akhirnya bersatu dalam cinta setelah perjalanan panjang yang menghabiskan waktu bertahun-tahun dan jarak jauh hingga mengelilingi dunia.Hanya ada belasan orang di tengah dinginnya hawa pegunungan termasuk pengantin. Tempat yang tidak lazim untuk mengadakan pesta pernikahan tentu saja, tapi apapun akan dilakukan agar Bonita dan Benjamin yang sudah lama menjalin hubungan dalam ketidakpastian mampu melangkah ke jenjang pernikahan.Gaun dan jas yang dipakai mempelai pengantin merupakan gaun dan jas yang sudah mereka miliki sejak lama. Dekorasi altar pernikahan dibuat sederhana menggunakan bunga dan tanaman pohon lokal yang berada di sekitar lokasi pernikahan. Velica dan Melissa yang menyiapkannya selama beberapa hari. Sedangkan hidangan hangat yang m

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   76. Berbagi Napas

    "Hentikan!" Tegur Bonita.Tawa Benjamin menggema di dinding batu. Poin-poin yang dituliskan Bonita sebagian besar masuk akal, walau ada poin yang menurutnya konyol, "Kamu yakin ingin tahu tentang itu? Kamu mungkin akan cemburu.""Aku tidak akan cemburu selama kamu jujur padaku. Aku tidak akan cemburu pada yang hal-hal sudah berlalu.""Baiklah." Ujar Benjamin seraya menggenggam tangan Bonita dan mengajaknya duduk di sofa. Tatapannya terpaku pada wanita yang paling bersinar di matanya itu, "Hanya agar segalanya jelas, apakah ini artinya aku diterima menjadi kekasihmu lagi?""Selama kamu memenuhi semua poin di kertas itu ..., maka: ya."Kecupan yang mendarat di bibir Bonita membuatnya terkejut dan canggung. Dia belum sempat berpikir lebih baik saat Benjamin meraih wajahnya seraya menggeser tubuh lebih dekat pada kekasih hatinya itu. Perlahan, Benjamin memimpin kecupan hingga berubah menjadi cumbuan lembut. Belum terbiasa bercumbu setelah bertahun-tahun berlalu, Bonita berusaha menyamakan

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   75. Lembah Cinta

    "Itu benar." Ujar Bonita dengan wajah tertunduk. Dia sudah memikirkan hal itu jutaan kali. Keputusan membatalkan pernikahan memang bukan hanya karena Mea. "Aku pergi mencari ibuku di hari seharusnya kita berkencan —di hari kamu bertemu Mea. Ibuku memberitahu semua yang terjadi dengan hubungannya dengan ayahku. Aku memang mencintaimu, tapi ... kupikir mungkin lebih baik jika aku kembali memikirkan apa landasanku jatuh cinta. Aku tidak tahu apakah cintaku padamu murni atau karena aku mencintai ide tentang jatuh cinta seperti yang dulu ibuku rasakan pada Frans."Angan Benjamin yang awalnya melayang, ditebas hingga roboh. Dia sadar harapannya masih ada, tapi alasan Bonita membatalkan pernikahan mereka membuatnya merasa hampa."Jujur saja, aku ragu apakah kamu benar-benar mencintaiku. Mencintai seseorang pada pandangan pertama terasa sangat sulit untuk kupercayai. Saat mengetahui tentang Mea, kupikir kamu hanya mencintaiku karena aku mungkin mirip dengannya.""Kalian sangat berbeda." Jelas

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   74. Rumah Batu

    Semua jendela di rumah batu milik keluarga Tristan berteralis hingga membuat Bonita menyerah untuk kabur. Dia sudah mencari setiap sudut rumah yang sekiranya bisa dibuka, tapi tidak ada jalan untuk keluar. Dia sudah meminta tolong pada orang-orang yang lewat melalui jendela, tapi mereka semua mengabaikannya seolah tidak ingin memiliki masalah karena membantu tahanan.Bulan sabit muncul dengan cepat. Bonita memilih bersabar menunggu Tristan esok hari dan akan membuat perhitungan dengan pria itu karena menyekapnya bersama Benjamin walau perkataan Tristan tentang makanan dan kamar benar adanya.Benjamin sudah mandi dan berganti dengan pakaian yang ditemukannya dari dalam lemari. Dia meminta Bonita untuk mandi dan berganti pakaian sementara dia menghangatkan makanan yang ada di dalam kulkas, tapi Bonita terlalu kesal untuk menurut saat melihat semua pakaian wanita di lemari hanyalah gaun tidur seksi.Anting berlian dan gaun putih berenda masih membalut tubuh Bonita yang berbaring di tempat

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   73. Rahasia Kecil

    "Apakah kamu sedang menggunakan metode yang sama seperti saat kamu meminta dekorasi bunga kesukaan Mea untuk tema pernikahan kita?" tanya Bonita dengan tatapan miris.Pertanyaan Bonita membuat tubuh Benjamin membeku. Dia tidak menyangka Bonita menaruh perhatian pada bunga itu hingga masih mengingatnya setelah bertahun-tahun berlalu."Kukira aku sudah menuliskan dengan jelas bahwa aku tidak sudi menjadi pengganti bagi wanita manapun.""Kamu tidak pernah menjadi pengganti wanita manapun, Boo.""Jangan!" Teriak Bonita penuh amarah seraya menunjuk ke wajah Benjamin. "Jangan memanggilku dengan sebutan itu! Aku tidak akan pernah mengizinkan kamu menyebutku seperti itu!""Baiklah. Akan kukatakan sekali lagi agar kamu mengerti. Kamu tidak pernah menjadi pengganti bagi wanita manapun, Bonita."Ujung jari Bonita terasa seolah terkena aliran listrik saat Benjamin menyebutkan namanya. Dia menurunkan telunjuknya dan menyilangkan lengan di depan dada untuk melindungi diri dari serangan yang mungkin

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   72. Ramalan

    "Aku tidak memercayai ramalan.""Hidupmu pasti membosankan." Celoteh Tristan dengan langkah menjauh. Dia mengeluarkan ponsel dari saku dan menerima telepon dengan mata bersinar. "Aku akan mengantarnya. Tunggu saja di sana dan siapkan penampilan terbaikmu.""Kamu bekerja untuk teater?" tanya Bonita asal saja karena menganggap penampilan yang Tristan sebutkan ada hubungannya dengan itu.Tristan tertawa seraya mengembalikan ponsel ke saku, "Tidak. Aku memiliki perkebunan buah di daerah barat. Dekat dengan tempat tinggal ibuku.""Wah, aku merasa tersanjung karena mengenal orang penting." Ujar Bonita dengan senyum simpul."Percuma saja karena kamu sudah menolak ajakan kencanku.""Haruskah aku menyesal?" sindir Bonita."Seharusnya ya, tapi tidak. Kamu sudah memiliki kekasih. Aku tidak akan merebut wanita manapun demi kesenangan pribadi."Bonita menatap Tristan lekat, "Aku bisa mengenalkanmu dengan Velica. Dia sahabatku. Dia sudah lama melajang sejak sebelum aku berkeliling dunia. Tertarik un

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   71. Tujuh Senti

    "Itu kekasihmu?" tanya pria asing itu dengan tatapan tertambat pada foto di samping kemudi campervan Bonita. Ingatan pria itu timbul tenggelam saat mencoba kembali menatap wajah Bonita lebih serius.Bonita tidak menanggapi. Dia tahu foto yang dimaksud pria asing itu merupakan foto Benjamin. Foto itu memang sudah lama tertempel di sana."Lupakan candaanku tentang menjadi kekasihmu. Aku tidak bersungguh-sungguh.""Aku tidak akan menerima ajakan kencanmu walaupun kamu bersungguh-sungguh.""Tenang saja, aku tidak akan menghitung makan siang yang kutawarkan tadi sebagai kencan. Restoran itu berjarak dua jam dari sini, tapi sebaiknya kamu memiliki pakaian yang sedikit pantas untuk makan di tempat yang berkelas."Bonita tersenyum lebar, "Kurasa ini saat yang tepat untuk memakai gaun kesukaanku lagi.""Kamu memiliki gaun?" tanya pria asing itu dengan sudut mata memicing."Tentu saja. Sebetulnya aku mewarisi bridal keluarga. Aku berpakaian seperti ini," ujar Bonita seraya menunjuk kaus dan cela

  • SOMEBODY THAT YOU LOVED   70. Tahun Berganti

    Minggu, bulan, tahun demi tahun berganti. Keinginan Benjamin untuk menemukan Bonita tidak pernah surut. Dia sudah benar-benar melupakan Mea. Di hatinya hanya ada Bonita. Wanita-wanita lain yang menggodanya selama di perjalanan mencari mantan tunangannya bahkan tidak ada seorang pun yang mampu membuat hatinya berpaling walau hanya seperseribu detik.Satu yang dipelajari Benjamin dari petualangan mencari kekasih hatinya, yaitu dia yakin mereka akan dipertemukan di saat yang lebih tepat. Itu sebabnya dia bersabar dengan apapun yang terjadi di hidupnya. Jika memang harus menempuh dunia ratusan keliling pun, dia sanggup asalkan pada akhirnya dia bisa bertemu dengan Bonita.Namun, Benjamin tidak tahu Bonita menghindari tempat-tempat yang pernah mereka bahas bersama. Bonita lebih memilih pergi ke tempat lain sementara Benjamin mencarinya di tempat-tempat yang dulu pernah menjadi calon destinasi bulan madu mereka. Benjamin menatap kanguru dari kejauhan di Australia, saat Bonita berpesta deng

DMCA.com Protection Status