Renate bangun dan terduduk, ia meraba kening dan juga tangannya. “Aku merasa baik-baik aja, tapi kenapa suhu badanku meningkat seperti ini? Apa karena mimpi buruk tadi?”Renate merasa bingung dengan keadaannya sendiri. Tubuhnya memang baik-baik saja, tapi ia lupa kalau hatinya tidak sedang baik-baik saja.Tidak lama kemudian Bibi Delma kembali dengan membawa wadah berisi air hangat dan handuk kecil untuk mengompres Renate.“Berbaringlah,” titah Bibi Delma kepada Renate yang sedang terduduk sambil menangkup wajahnya. “Kalau sakit bilang pada Bibi, jangan diam saja.”“Aku nggak sakit, Bi,” kata Renate sambil merebahkan tubuhnya. Membiarkan Bibi Delma mengompresnya.“Lalu kenapa kamu demam seperti ini?” tanya wanita tua yang sedang menempelkan handuk kecil di kening Renate setelah sebelumnya dicelupkan pada air hangat“Aku sendiri tidak tahu. Mungkin karena mimpi buruk itu, aku ketakutan dan suhu tubuhku jadi meningkat.” “Kalau ada masalah atau sesuatu yang membuat hati dan pikiranmu tid
Assalamu'alaikum Takbir berkumandang di setiap penjuru negeri tanda kemenangan akan hari yang fitri. Ramadan telah berganti, syawal menjadi pembuka hari yang penuh fitri. Izinkan Nyi Ratu haturkan maaf atas segala khilaf dan salah kata. Untuk semua pembacaku, mohon maaf jika Nyi melakukan kesalahan baik dalam membalas komen, penulisan yang membuat kalian pusing ( typo dan salah sebut nama, hehehe ) dan maaf juga updatenya tidak teratur. Semoga Allah menerima puasa kita dan setiap tahun semoga kita senantiasa dalam kebaikan, aamiin. Taqabbalallahu minna w* minkum. Minal aidin w*l faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syaw*l 1443 H. Salam cinta untuk semua pembacaku. Selamat berlebaran bagi yang menjalankan.
“Kalau dia bertanya tentang ayahnya, bagaimana aku harus menjelaskan?”“Dia tidak akan bertanya siapa ayah kandungnya. Ada Viktor dan William yang akan menjadi sosok ayah untuk anakmu kelak. Kamu jangan banyak pikiran, jalani saja hidupmu sekarang. Bahagiakan dirimu supaya anakmu selalu merasa bahagia.” “Aku lupa ada mereka,” kata Renate sambil tersenyum. “Sekarang aku tidak perlu khawatir lagi.”Bibi Delma meraba kening Renate. “Demamnya sudah turun, sekarang kamu tidurlah.”“Iya, Bi.” Renate memejamkan matanya sambil memeluk baju Leon yang sudah berhari-hari tidak pernah dicuci.Wanita tua itu pergi ke dapur untuk menaruh wadah air bekas mengompres. Kemudian ia kembali ke kamar Renate dan berbaring di sampingnya. Ia tidak berani meninggalkan wanita hamil itu sendiri.‘Kamu masih muda, tapi cobaan hidupmu begitu berat. Semoga kelak kebahagiaan akan selalu bersamamu,’ ucap Bibi Delma dalam hati sambil memandang wajah cantik Renate sebelum memejamkan mata.Renate tidur sangat nyenyak,
"Orang tuanya sedang ada di luar negeri. Ayahnya juga sedang ada tugas di luar negeri. Sejak kecil Daniel sudah akrab dengan keluarga kami, jadi saya yang akan bertanggung jawab terhadapnya."Julie hanya mengangguk tanpa berani bertanya, walau ia bingung dengan ucapan Nyonya Roweena. 'Apa maksudnya orang tua dan ayah?' gumamnya dalam hati."Nona Julie ... apa kamu wanita yang disukai Daniel?" tanya Nyonya Roweena yang membuat wanita cantik itu terkejut mendengarnya.“Bukan, Nyonya,” jawab Julie dengan cepat. “Saya hanya rekan kerjanya saja. Lagi pula saya sudah mempunyai calon suami.”“Oh … saya pikir kamu wanita yang akan dinikahi Daniel," ucap Nyonya Roweena. “Nona Julie sebaiknya kamu pulang saja, sejak semalam kamu di sini, pasti lelah.”“Saya akan tetap di sini, Nyonya. Tuan Hans dan Tuan Daniel sekarang Boss saya. Saya harus memantau perkembangan kesehatan mereka.”Sebenarnya Julie sangat khawatir dengan keadaan Daniel. Ingin sekali ia masuk ke dalam ruangan itu jika diizinkan.
"Saya tidak akan berbicara seperti itu lagi.” Tuan Diedrich memeluk istrinya dengan erat. “Kita salah mendidik anak-anak, anak perempuan kita pergi entah ke mana, sekarang anak laki-laki kita sedang berjuang melawan maut. Di penghujung usia ini saya hanya ingin keluarga kita kembali bersatu seperti dulu.”Nyonya Roweena dan Tuan Diedrich berpelukan mencurahkan isi hatinya masing-masing. “Tuan, Nyonya,” ucap Julie saat Boss besarnya datang.“Mendengar suara Julie menyapa orang lain, Nyonya Roweena melepas pelukannya, kemudian menoleh pada orang yang datang menghampirinya.Melihat yang datang adalah orang tua dari wanita yang disakiti anaknya, Nyonya Roweena dan Tuan Diedrich bangun dari duduknya dan langsung menunduk meminta maaf kepada kedua orang itu.“Maafkan anak saya, Tuan dan Nyonya Moris,” ucap Tuan Diedrich, masih menundukkan kepalanya.“Saya tahu kesalahan Hans begitu fatal, tapi saya akan terus mengemis pengampunan dari anda untuk putra saya.” Nyonya Roweena menimpali.Kedua
“Ya Tuhan.” Nyonya Alice menghampiri Nyonya Roweena, lalu memeluknya untuk memberi dukungan. “Saya turut prihatin atas apa yang menimpa Hans, semoga dia bisa secepatnya sadar dan sembuh seperti sedia kala.”“Terima kasih, Nyonya,” ucap Nyonya Roweena sambil terisak. “Mungkin ini balasan Tuhan untuk Hans karena telah menyakiti hati wanita yang sedang mengandung anaknya.”Nyonya Alice melepas pelukannya, lalu menatap wanita yang sedang meneteskan air mata. “Jangan bicara seperti itu. Ini musibah, tidak ada yang tahu apa yang telah Tuhan rencanakan untuk kita. Anda harus bersabar.”“Anda benar Nyonya, seharusnya saya bisa lebih sabar dari anda karena Jessi mengalami hal yang lebih mengerikan dari pada Hans.” Wanita tua itu mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia melakukannya berulang kali hingga dirinya sudah merasa cukup tenang.“Anda harus tetap kuat, Hans butuh dukungan orang-orang terdekatnya.” Nyonya Alice mengusap-usap lengan ibu dari laki-laki yang menghamili a
Nyonya Roweena bangun dari duduknya dan menghampiri Julie yang baru saja keluar dari ruang ICU. Bagaimanapun Daniel adalah orang terdekat anaknya yang sudah sangat akrab dengan keluarganya karena sang ayah juga merupakan orang kepercayaan keluarga Karl.“Bagaimana keadaan Daniel?” tanya wanita tua yang terlihat sangat khawatir itu.Ia berharap Daniel tidak mengalami hal yang sama seperti anaknya.“Sepertinya Tuan Daniel masih sangat lemah. Dia tidak mengatakan apa pun hanya merespon dengan kedipan mata saja,” kata Julie.“Ya Tuhan.” Nyonya Roweena menutup mulutnya. “Apa dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun?”Sebenarnya ia ingin melihat langsung keadaan Daniel, tapi ia takut tidak kuasa menahan tangis jika teringat kondisi anaknya.Julie menggeleng. “Dia sempat ingin mengatakan sesuatu, tapi saya melarangnya karena Tuan Daniel masih terlihat sangat lemah, saya yakin dia akan bertanya tentang Tuan Hans, jadi saya segera memberitahukannya.”“Lalu, apa kamu memberitahukan keadaan H
“Baiklah, kalau begitu saya pergi dulu.” Julie segera pergi setelah berpamitan. Ia tidak bisa membantah perintah Nyonya Roweena karena takut wanita itu salah paham dengan kedekatan dirinya dan Daniel.Sejujurnya ia juga tidak mengerti dengan dirinya, kenapa begitu mengkhawatirkan laki-laki itu. Padahal Julie pernah mencintai Leon, tapi ia lebih takut terjadi apa-apa terhadap Daniel.“Tunggu dulu, Julie.” Seruan Nyonya Roweena menghentikan langkah sang sekretaris. “Simpan nomormu di ponsel saya!” titahnya sambil mengulurkan tangan memberikan ponselnya pada Julie.Sang sekretaris berjalan mendekati Nyonya Roweena. “Baik, Nyonya.” Julie mengambil ponsel wanita itu, lalu mengetikkan nomor teleponnya, kemudian mengembalikan benda pipih itu.“Tuan, Nyonya, saya permisi dulu.” Julie kembali berpamitan. Tidak lupa juga berpamitan dengan kedua orang tua Jessica."Hati-hati Julie," kata Nyonya Alice."Baik, Nyonya." Julie menunduk hormat sebelum meninggalkan keluarga para penguasa itu.Setelah