Leon segera menutup teleponnya ketika Jessica datang, padahal ia belum selesai berbicara dengan ibunya.
Sebenarnya laki-laki itu ingin meminta bantuan kepada sang ibu untuk membujuk Garry supaya tidak menyakiti wanita yang dicintainya."Apa itu ibumu?" Jessi duduk di samping kekasihnya sambil menumpangkan kaki. "Kenapa kamu selalu menutup telepon dengan terburu-buru ketika aku datang?" Jessi merasa curiga pada Leon."Kamu tahu dari mana? Jangan bilang sejak tadi kamu menguping pembicaraan saya dengan ibu," tukas Leon sambil bercanda."Aku hanya menebak saja." Jessica menoleh pada kekasihnya. "Apa tebakanku benar? Tadi yang menelepon itu calon mertuaku?""Tebakanmu sangat tepat, tadi itu calon mertuamu," kata Leon sambil mencubit hidung Jessica. "Ibu saya sangat cerewet, dia pasti akan banyak bicara, hingga kamu kewalahan menanggapinya. Maka dari itu saya tidak mengizinkan ibu berbicara denganmu.""Dia calon mertuaku, Leon," sahut Jessi deng"Leon ...! Leon bangun!" Jessi menepuk-nepuk pipi kekasihnya supaya laki-laki itu terbangun dari tidurnya.Keringat mengucur dari pelipis laki-laki itu. Napasnya memburu seperti kelelahan setelah berlari."Ya Tuhan, dia mimpi apa?" gumam Jessi saat sang kekasih tak kunjung bangun."Leon ... bangunlah!" Jessi menepuk pipi kekasihnya dengan keras.Barulah Leon membuka mata. Ia langsung bangun dan memeluk Jessica dengan erat."Tolong jangan tinggalkan saya. Jangan pergi! Saya tidak sanggup hidup tanpamu, Liebe." Leon memeluk kekasihnya dengan sangat lama. Ia sangat takut mimpi buruknya terjadi."Tidak akan ada yang berani memisahkan kita." Jessi mengusap-usap punggung kekasihnya untuk menenangkan.Setelah beberapa menit barulah Leon melepas pelukannya. Kemudian menggenggam lengan Jessi."Liebe, berjanjilah padaku, kamu tidak akan pernah meninggalkan saya!" Sang pengawal itu mencium jari jemari lentik mili
"Tuan Hans?" gumam Jessi sambil menoleh ke belakang.Leon hanya diam mematung saat Jessi menggumam nama Hans sambil menatapnya.'Habislah riwayat saya,' gumam Leon dalam hati."Ada apa Tuan Hans ke sini?" tanya Jessi saat melihat Daniel keluar dari mobil berwarna hitam mengilat.Leon menoleh ke arah pandang kekasihnya. Tenyata sang asisten yang berpura-pura sebagai Hans juga datang.'Kenapa mereka semua ada di sini?' Leon bertanya-tanya dalam hatinya ketika melihat Daniel dan Garry datang ke perusahaan pesaingnya."Leon kamu urus Tuan Hans dan laki-laki itu. Aku akan masuk ke dalam lebih dulu!" titah Jessi sambil menatap Garry dan Daniel secara bergantian. "Jika mereka tidak ada keperluan yang penting, kamu bilang saja aku sedang sibuk.""Baik, Nona." Leon menunduk hormat pada Boss yang sekarang sudah menjadi kekasihnya.Jessi melenggang masuk ke dalam kantornya sendirian. Ia sengaja menyuruh Leon untuk mengurus
"Jika Leon sudah dekat, kamu beritahu aku!" titah Jessi pada sekretarisnya. Terpancar aura kebahagiaan di wajah cantik sang CEO."Baik, Nona.""Ya sudah, aku akan menunggunya. Kamu silakan keluar!""Baik." Julie menunduk hormat sebelum keluar dari ruangan boss-nya.Jessica menunggu kekasihnya sambil membayangkan reaksi Leon jika mendengar kabar bahagia yang akan ia sampaikan.Sementara Leon masih berada di depan gedung kantor Beauty Corporation bersama Daniel dan juga sepupunya, Garry."Daniel, ada apa kamu datang ke sini?" tanya Leon dengan sangat pelan. Ia khawatir ada yang mendengar pembicaraannya dengan laki-laki yang dikira CEO D. R Corporation itu.Daniel menunduk hormat sebelum menjawab pertanyaan boss-nya. "Saya disuruh Tuan Garry agar cepat-cepat datang ke sini katanya Tuan membutuhkan saya.""Garry?" Leon menoleh pada laki-laki yang sedang tersenyum padanya.Entah kejahatan apa yang dia rencan
Daniel segera menghubungi orang yang bisa mengatasi masalah tuannya dengan cepat.Ia menyuruh temannya untuk menghapus semua video kekasih dari boss-nya tanpa jejak dengan segera.Lelaki muda itu menyusul tuannya ke dalam kantor Beauty Corporation setelah menghubungi temannya. Namun, seruan Garry menghentikan langkah kakinya. Daniel menoleh ke belakang, lalu bergumam. "Untuk apa dia kembali lagi?""Tunggu Daniel!" Garry menghampiri asisten sepupunya itu. "Tidak seru kalau saya langsung pulang tanpa melihat pertunjukkan yang menyenangkan ini. Mari aku temani menonton."Garry tersenyum, lalu berjalan lebih dulu masuk ke dalam kantor Jessica. Ia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap asisten sepupunya yang masih diam mematung."Ayo Daniel, aku sudah tidak sabar melihat pertunjukan setelah skandal sang penguasa Beauty Corporation beredar di publik.""Tuan Garry. Saya mohon, jangan memperkeruh suasana lag
"Liebe, dengarkan saya dulu." Leon berusaha menjelaskannya, tapi lagi-lagi Garry membuat suasana semakin keruh."Aku pergi dulu, selamat sukses saudaraku. Saingan terbesarmu sudah tumbang. Akibat skandal sang penguasa Beauty Corporation akan menjadikan D. R Corporation berjaya selamanya." Garry menepuk-nepuk bahu Leon, lalu pergi dari ruangan Jessica. "Berterimakasihlah padaku!" teriaknya sebelum membuka pintu ruangan itu."Apa yang akan kamu jelaskan, Leon?" Jessica menyilangkan tangannya di bawah dada sambil menatapnya dengan sinis. "Oh maaf, maksudnya Tuan Hans." Jessi tersenyum mengejek."Liebe, saya bisa menjelaskan semuanya. Bukan saya yang mengunggah video itu." Leon meraih lengan Jessica, tapi wanita yang sedang patah hati itu menepisnya dengan kasar."Tapi, kamu yang merekamnya!" Hardik Jessi. "Kamu masuk ke dalam kehidupanku, membawa cinta palsu hanya untuk menjebakku." Jessi sangat kecewa. "Aku mengaku kalah, kamu menang Tuan Hans Leona
Selama menjadi CEO di perusahaan keluarganya, ia baru tahu kalau ada jalan rahasia untuk keluar dari gedung itu."Kita akan keluar dari gedung ini tanpa diketahui para pencari berita," jawab Tuan Felix pada wanita cantik yang sejak kecil sudah dekat dengannya."Apa ada jalan rahasia di gedung ini?" tanya Jessica sambil mengikuti langkah laki-laki tua itu. Walau usianya sudah hampir enam puluh tahun, tapi Tuan Felix masih terlihat sangat bugar dengan postur tubuh yang tinggi dan tegap."Hanya saya dan papimu yang mengetahui jalan rahasia ini," jawab laki-laki tua itu."Terima kasih. Paman sudah datang tepat waktu." Jessica bersyukur Tuhan mengirimkan penolong untuknya di saat yang tepat."Saya telah bersalah padamu karena pengawalmu rekomendasi dari saya. Ini kesalahan fatal yang saya lakukan pada keluarga Moris."Selama puluhan tahun baru kali ini Tuan Felix melakukan kelalaian, hingga berakibat buruk pada putri tuannya.
"Daniel, tolong bantu Nona Julie mengatasi semuanya, saya harus segera menyusul calon istri saya."Leon langsung pergi tanpa menunggu persetujuan asistennya. Ia berjalan menerobos kerumunan para wartawan. Tak segan-segan ia mendorong para pencari berita yang menghalangi langkahnya."Menyingkirlah kalau kalian tidak mau berurusan dengan keluarga Karl!"Seketika para pencari berita itu menyingkir dari hadapan Leon. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Karl pemilik D. R Corporation.Para pencari berita itu segera mencari tahu sosok laki-laki tampan yang mereka ketahui sebagai pengawal sang penguasa yang sedang viral karena skandalnya muncul ke publik.Setelah Leon pergi dari kantor Beauty Corporation, Daniel mendekati Julie."Nona Julie, saya ingin berbicara dengan anda. Apa anda ada waktu?""Maaf Tuan, saya harus mengatasi masalah Beauty Corporation akibat ulah Boss anda." Julie menolaknya dengan sinis.
"Bisa. Semua video Nona Jessica sudah dihapus, tidak akan ada yang bisa menemukannya lagi, kecuali bagi mereka yang sudah menyimpannya. Tapi, saya akan memastikan tidak akan ada yang berani mengunggah video itu lagi." Daniel berbicara dengan yakin."Anda yang melakukannya?" Julie ingat ucapan Tuan Felix kalau video sang nona sudah menghilang."Teman saya. Tentu saja atas perintah Tuan Hans," jawab Daniel. "Memang benar, Tuan yang sudah mengirimkan video itu kepada sepupunya sejak lama sebelum jatuh cinta kepada Nona Jessi. Tapi, bukan dia yang memerintahkan untuk mengunggahnya.""Kalau rencana jahat kalian batal, kenapa laki-laki itu menyebarkannya?""Tuan Garry sakit hati karena waktu dan tenaganya terbuang sia-sia ketika rencana ini dibatalkan. Padahal Tuan Hans sudah memberikan proyek besar D. R Corporation padanya, tapi dia tidak mau.""Sekarang siapa yang harus dipersalahkan?" Julie menatap wajah laki-laki yang pernah ia cium itu.