Beberapa hari kemudian, pengumuman pemilu disiarkan secara serentak, Walikota Aji yang sudah mengundurkan diri beberapa hari setelah pemilu, berhasil mendapatkan kursi presiden Indonesia.Sebagian besar rakyat Indonesia memberikan ucapan selamat dan juga optimis dengan kehadiran Aji. "Pak Aji!""Selamat, Pak Aji!""Pak Aji, jangan lupa dengan janji anda!""Pak Aji!""Pak Aji!"Pendukung Aji berkumpul di depan rumah dan berteriak kagum.Program Televisi hanya menyiarkan Aji dan keluarganya yang baru keluar dari rumah dan melambaikan tangan ke arah wartawan. Keluarga harmonis yang menjadi impian bagi semua orang. Bora duduk di depan tv tabung bersama Fendi yang sedang makan mile crepes rasa strawberry.Hari ini mereka berdua berhasil mendapatkan uang lagi, meskipun tidak terlalu banyak.Bora menghela napas panjang. "Kita tidak bisa terus-terusan seperti ini, harus punya penghasilan tambahan.""Mhm?" Fendi menoleh. "Jadi kamu tidak khawatir tentang yang di tv?""Hah?""Kamu tidak mengh
Pov Fendi.Apa yang paling menyedihkan ketika memiliki rumah dan keluarga, tapi merasa mereka tidak pernah ada ataupun hadir di dalam kehidupan kita?"Fendi, kenapa kamu di sana? Apakah kamu ingin menghalangi kakak kamu?"Aku bisa mendengar omelan ibu lagi, semakin lama aku membencinya."Fendi, turuti perkataan kakak kamu.""Fendi, kamu memang anak bungsu. Tapi seharusnya bisa bersikap dewasa dengan kakak kamu."Hah! Dewasa apa yang dimaksud ibu? Menghamili banyak wanita lalu digugurkan dan diberikan banyak uang? Semenjak Ibu terlalu memanjakan kakak, aku jadi tidak bisa bebas lagi. Tahu kenapa aku bicara seperti itu? Karena kakak pertama membuat ulah.Setiap ibu menghukum aku, kakak selalu melontarkan ejekan diam-diam atau menakut-nakuti aku."Fendi, apakah kamu tahu kalau kelahiranmu itu tidak diharapkan keluarga kita?"Aku tahu dan tidak mau tahu."Sebenarnya, ibu hanya ingin kehadiran aku dan Hendra. Namun ternyata kamu lahir tanpa diharapkan, menjadi anak bungsu. Apakah kamu suka
Pov FendiAku tahu bagaimana rasanya disakiti oleh orang terdekat, lalu berusaha menahan senyum, bertanya pada lawan bicaraku. "Apakah itu sakit?"Entah kenapa pertanyaanku terasa bodoh sekali, tentu saja pasti menyakitkan untuk anak perempuan lemah macam Bora yang tidak pernah olah raga, lihat saja tubuh kurusnya dan postur bertahan tapi tidak punya pertahanan sama sekali. Aku bisa melihat raut wajah terkejut Bora, seolah baru pertama kali mendengar pertanyaan itu. Lalu dia memaksakan senyum. "Jatuh dari tangga tentu saja sangat menyakitkan, tapi lebih sakit ketika Papa melihat langsung kejadian itu, tapi tetap membela Laras."Aku tidak menjawab, selain karena tidak paham, masalah dia juga bukan urusanku."Saya akan menjadi Presiden masa depan, tapi saya juga pasti akan menghadapi kematian di masa depan. Karena itu, tolong menikahlah dengan saya."Aku menolak dan hendak pergi dari ruangan itu, bukankah dia anak gila yang hanya ingin berambisi mengalahkan keluarganya? Aku sendiri jug
"Hm? Apa kamu tidak jajan?" Fendi yang sedang gosok gigi dengan mata mengantuk, sontak menoleh ke Bora yang berdiri di sampingnya. Mereka berdua berdiri di depan wastafel dekat cuci piring. "Apa?" tanyaku dengan mulut penuh busa dan sikat gigi di dalam mulut.Bora yang sedang menggosok wajah dan tidak peduli dengan kejorokan Fendi, menegurnya dengan tenang. "Beberapa hari ini aku tidak mimpi Bern, kira-kira kenapa ya?" Fendi menyelesaikan sikat gigi lalu berkumur. "Jangan membelokkan pembicaraan. Jelas-jelas kamu tadi bilang masalah jajan.""Salah dengar.""Kamu berdiri di sampingku dan bicara dengan jelas, mana mungkin aku salah dengar!""Anggap saja tidak pernah bertanya."Kedua mata Fendi menyipit curiga. "Hm? Jangan bilang kamu mau memberikan aku uang untuk jajan. Beli es saja sudah mengomel.""Itu karena kamu minta es krim mahal.""Aku lebih suka es krim merek itu, rasa strawberrynya terasa selain itu-"Bora menghela napas panjang. "Bukan jajan itu yang aku maksud.""Lalu jajan
Tangan Bora mulai pegal karena harus bergerak naik turun, antara takjub dan geli, dia bertanya pada Fendi. "Apakah hanya dengan begini, kamu puas?" Fendi tidak menjawab, dahi berkerut dan napasnya semakin berat. Bora merasa ada yang salah dan menghentikan tangannya. Suara Fendi berubah serak, dia memberikan perintah di telinga Bora. "Lanjutkan, apakah kamu ingin menyiksa aku?" Baru pertama kali Bora menghadapi hal seperti ini, sedikit menakutkan namun juga penasaran. Rasanya pun menggelikan. Fendi berusaha menahan diri untuk tidak menyentuh Bora dan hanya menyandarkan kepala ke pundak istri kecilnya sementara Bora tidak berani menggerakan tubuh, hanya menggerakan tangannya sementara pergelangan tangannya dipegang Fendi untuk mengajarkan Bora, bagaimana cara bergerak. "Apakah nyaman?" tanya Bora. Fendi mengerutkan kening dan menggeram kecil. "Gerakkan... lebih... cepat..." katanya dengan terengah-engah. Sudah berapa lama tidak melampiaskan hal ini? Tiga bulan? Enam bulan? Atau sa
Tiga hari kemudian, Bora dan Fendi melihat papan pengumuman penerimaan mahasiswa yang masuk ke dalam kategori penerima beasiswa, jarang ada universitas mahal dan juga terkenal, mau membuka jalur beasiswa penuh.Bora membaca di bagian list akhir nama-nama mahasiswa, tidak ada namanya yang muncul. Dia menjadi cemas.Fendi yang berdiri di belakang Bora, melihat di bagian atas pengumuman penerima mahasiswa dan terkejut sambil menepuk kedua bahu anak perempuan di depannya.Bora menoleh ke belakang. "Apa?""Kamu ikut ujian yang diberikan universitas bukan?""Ya." Bora mengangguk singkat."Lihat, nama kamu di paling atas."Bora tidak percaya dengan pendengarannya lalu melihat arah yang ditunjuk Fendi. Benar, namanya ada di nomor satu, bukan paling akhir, "Biasanya peringkat tiga teratas, mendapat beasiswa penuh, kamu mendapatkannya Bora."Bora tidak percaya, dirinya satu tahun tidak sekolah dan mulai melupakan pelajaran, Hanya satu bulan jadwalnya padat untuk belajar sekaligus mencari uang,
Pada kenyataannya Fendi dan Bora memang belum melakukan hubungan suami istri di atas ranjang, tapi kelakuan mereka yang salah tingkah, membuat orang yang bertanya sekaligus melihat, menjadi salah paham.Ditya tidak begitu paham hubungan seperti itu, karena yang ada di otaknya hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Dia percaya begitu saja. "Oh."Hendra dan istrinya bukan orang usil, mereka tidak akan ikut campur masalah orang lain. Fendi mengalihkan pembicaraan, dan bicara ke istrinya. "Bora, karena sertifikat sudah ada di tangan kamu- apakah kamu mau pindah rumah?"Bora mengangguk cepat, bahaya jika mereka berdua terus-terusan berada satu kamar. "Ya, aku tidak punya banyak barang, jadi kita bisa pindah secepatnya."Fendi lega mendengarnya, Bora sangat pelit dalam pengeluaran rumah tangga sehingga dia takut kalau sang istri menolak pindah dengan alasan uang. Hendra bertanya ke Fendi. "Beberapa hari ini, aku sudah memikirkannya- apakah kamu tidak ingin bekerja di salah satu firma kenalan
Kedua mata Bora berkedip ketika melihat wanita yang ada di dalam foto duduk di atas paha seorang pria bertubuh gemuk dan tangan wanita itu bersandar di bahu pria itu dengan tubuh melengkung ke belakang.Bora mengalihkan tatapannya ke Fendi dan menatap kasihan suaminya.Fendi menatap bingung Bora karena perubahan sikapnya. "Ada apa?"Bora mengalihkan tatapannya lagi ke profesor, lalu menurunkan tangan Fendi. "Apakah dia selingkuh dengan banyak pria?"Hendra menaikan kedua alis dan berpura-pura tidak paham. "Dia siapa yang kamu maksud?"Bora melirik Fendi sekilas, lalu kembali menatap Hendra. "Rina."Fendi terperangah. "Tunggu! Apa maksud kamu bicara seperti itu? Apakah kamu bekerja sama dengan kakak dan-"Bora menatap Fendi. "Profesor punya rekamannya.""Apa?""Jika kamu tidak percaya, bisa lihat sendiri. Itu bukan jebakan sama sekalu."Fendi bangkit dari kursi dan marah ke Bora. "Apakah kalian sudah menduga akan muncul hal seperti ini? Kakakku jelas menjebak Rina karena tidak suka aku
"Tuan, bisakah kita bertemu kembali?"Bern berjalan mendekati kucing kecil lalu duduk di belakangnya, mengamati arah pandang kucing kecil ke arah taman yang teduh, tempat bermain para hewan. "Kenapa kamu duduk sendirian di sini?""Aku hanya ingin bertemu dengan tuan, aku merindukan tuan."Bern bisa melihat punggung mungil si kucing kecil yang kesepian. "Aku sudah melihat apa yang kamu lakukan di dunia, bukankah bagi manusia terlihat bodoh? Kamu merindukannya sepanjang hidup dan hanya bertemu beberapa menit lalu bunuh diri.""Tidak masalah, asalkan Tuan bisa hidup bahagia bersama orang yang disayanginya."Bern menggoyangkan ekor. "Ayo, ikut bersama aku."Kucing kecil itu menoleh ke arah Bern dan bertanya. "Apakah kamu, jiwa yang menangis di atas peti mati istri Tuan?"Bern yang hendak berjalan jauh, menghentikan langkahnya lalu balik badan. "Apakah kamu melihat aku?"Kucing kecil itu mengangguk. "Ya.""Bukankah apa yang kita lakukan terlihat bodoh?""Tidak! Itu tidak bodoh!""Kenapa?"
Di dunia, kita tinggal dengan berbagai macam karakter manusia dan permasalahannya. Ada yang ingin pintar, ada yang ingin kaya, ada yang ingin memiliki kekuasaan. Ada juga manusia yang ingin mendapatkan semuanya secara instan, tanpa kerja keras. Salah satu contoh adalah Rina. Rina terlalu iri dengan Ratna, saudara tirinya. Ratna yang masih bisa berkumpul dengan keluarga, sempat dikucilkan, namun pada akhirnya menikah dengan pria tampan, kaya dan berkuasa. Rina ingin mengalahkan Ratna, tapi tidak mampu bersaing. Rina bukan tipe pekerja keras seperti Ratna, Rina juga hanya bisa menjalin sosial dengan orang lain, dia bukan pecinta hewan atau pendamping hidup yang cocok untuk para pria. Aku jauh lebih cantik, Aku jauh lebih hebat, Aku jauh lebih dihargai orang lain, Tapi kenapa Ratna lebih beruntung dariku? Hanya itu yang selalu ada di dalam kepalanya. Persaingan terhadap Ratna, dan menjatuhkan diri ke lembah sesat. Tidak peduli memiliki pria yang mencintainya, anak-anak yang pat
Rina yang syok dikeluarkan secara tidak hormat oleh Fendi, pria yang sudah melakukan sumpah setia kepadanya, balas dendam dengan mendukung Edwin. Tapi tidak disangka, Edwin meninggal terlalu cepat serta meninggalkan banyak bukti yang cukup memberatkan. Para penguasa yang tadinya mendukung mereka, mulai balik badan, memunggungi. Bertindak seolah tidak mengenal Rina dan lainnya, yang suka rela atau tanpa sadar menjadi boneka para penguasa demi kekayaan dan kejayaan. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa barang-barang aku dikeluarkan dari kantor?"Hendro maju dan menantang Rina. "Sudah cukup main-mainnya, kami akan bertindak sesuai prosedur, sekarang tidak ada yang melindungi kamu lagi, Rina."Rina menampar wajah Hendro.Hendro menerimanya tanpa membalas, lalu mengejek Rina. "Ini tamparan terakhir yang aku terima dari kamu- kamu sudah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada kami, membuat masyarakat menjadi rugi dan juga kami yang harus kena imbas, akibat dari perbuatan kamu!" Geram
Setelah Fendi sudah mengingat masa lalu dan kucing kecil itu, dia segera menyuruh seseorang untuk mengambil tubuh kucing kecil dan membakarnya hingga menjadi abu.Mungkin bagi orang lain, apa yang mereka lakukan adalah berlebihan tapi- bagi mereka yang sangat menghargai hubungan masa lalu, sangatlah berarti.Bora bicara ke Fendi dengan nada sedih, sambil melihat dua guci abu kecil yang berdampingan. "Kadang kala manusia memberikan saran agar kita harus move on, melupakan masa lalu dan menjalani hidup dengan baik. Bukankah itu berarti kita harus melupakan jasa makhluk yang sudah menolong kita di masa lalu?"Pantas saja ada yang mengatakan seekor anjing diberikan makan selama satu hari, akan mengingat pemberi makan selamanya tapi manusia yang diberikan makan selama satu tahun, akan melupakan penolongnya."Fendi yang berdiri di samping Bora, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya konsep yang kamu bicarakan tidak salah juga, tapi maksudnya bukan begitu.""Lalu harus bagaimana?"
Fendi mengubur kucing kecil itu ke tanah halaman rumah sakit hewan milik keponakannya, menepuk pelan gundukan tanah itu dan bicara dengan nada sedih. "Apakah kamu menyesal diciptakan menjadi hewan oleh Tuhan?" Di Indonesia ada berbagai macam kasus kekerasan hewan yang menimbulkan kematian atau cacat, ada manusia yang tidak peduli dengan kehidupan para hewan yang tidak beruntung dan hanya hidup dalam waktu singkat di dunia ini. Jika di dunia ini, manusia selalu mengeluh karena dilahirkan tidak beruntung- apakah hewan juga? Biar bagaimana pun hewan itu adalah kucing kecil yang menyelamatkan dirinya dari kecelakaan.Fendi menatap sedih kuburan kucing kecil itu sambil mendengarkan laporan dari sekretaris."Saya sudah mendapat informasi dari sopir, bahwa mobil yang anda pakai sudah dipotong jalur rem, sehingga saat anda mengebut- tidak bisa menghentikan mobil. Sopir itu melakukannya atas suruhan pak Edwin."Fendi bertanya ke sekretaris. "Bukankah itu perbuatan bodoh? Si sopir pasti juga
"Kucing kecil, kenapa kamu sendirian di sini? Apakah kamu kelaparan?""Hei, kucing kecil. Apakah kamu sudah kenyang sekarang? Jangan mengikuti aku.""Lihat, kucing kecil. Dulunya itu adalah rumahku, sekarang aku sudah tidak bisa tinggal di sana karena istri menceraikan aku dan hidup bahagia bersama anak-anak. Bukankah kita senasib?"Meong.Kucing kecil itu melihat Fendi yang duduk termenung sedih, melihat sebuah foto."Dia adalah istriku."Meong?"Kami menikah, tidak lama aku keluar dari penjara. Ayahnya minta tolong kepadaku untuk menikah dan menjaganya. Aku tidak bisa menolak, padahal masa depan aku sendiri juga buruk."Meong."Aku tidak bisa menjaga masa depanku sendiri, bagaimana caranya aku bisa menjaga masa depan anak orang lain?"Kucing itu hanya duduk mendengarkan keluh kesah Fendi.Fendi yang bertubuh kurus dan berpenampilan acak, tidak terlihat seperti berasal dari keluarga kaya. Saat ini dia hanya pekerja fisik serabutan, dia sudah kehilangan segalanya dan harga diri tidak
Suasana menjadi panik di media sosial, beberapa orang yang melakukan perundungan- tidak berani menggunakan handphonenya dan orang-orang kaya yang merupakan pelaku, mulai menjual handphone. Orang-orang suruhan para partai politik ataupun yang membenci Bora, mulai meminta pertanggung jawaban ke atasan.Edwin yang mendengar berita itu di tengah acara, keluar tanpa mengatakan apa pun. Bagaimana bisa Bora seberani itu? Bukankah dia hanya anak gila yang ingin mencari perhatian keluarga?Edwin semakin panik ketika melihat postingan Bora terkait dengan masa lalunya yang buruk. Bagaimana bisa dia mendapatkan bukti seperti itu? Pasti pria itu bicara ke orang lain. Sial!Edwin melihat mobil mewah milik Ike yang sudah diparkir di hadapannya lalu melihat sopir yang dikenal dari keluarga istrinya. "Kamu! Kenapa bisa ada di dalam mobilku?"Sopir itu menggaruk kepalanya dengan panik. "Pak! Saya hanya-"Edwin menyingkirkan sopir itu, keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam dan mulai menjalankan
Tidak ada yang mau berteman dengan saya di sekolah karena perundungan yang dilakukan kedua saudara tiri, pihak sekolah pun lebih membela ibu tiri yang notabene adalah istri Papa dan dianggap lebih memiliki kekuasaan.Bora kembali menulis di media sosial dengan postingan baru dan menumpahkan semua keluh kesahnya di media sosial, tanpa terasa air mata mengalir begitu saja. Yang kalian lakukan sekarang adalah perundungan, sama halnya dengan penguasa yang menekan rakyat kecil. Merasa diri sendiri paling kuat karena menerima didikan keras dari orang tua, jadinya menekan anak kecil yang tidak tahu mengenai dunia politik.Yang membuat saya lebih heran adalah perilaku orang-orang dewasa yang merasa dirinya kuat, pintar dan juga paham tentang segalanya. Tapi malah mengabaikan fakta bahwa saya menderita anxiety disorder.Kenapa saya membutuhkan seekor anjing dan hanya bersandar pada dia? Karena tidak ada yang mau menemani saya di saat terluka ataupun sedih. Hanya seekor anjing yang berhasil me
'Menurut aku, masalah mental health itu hanya dibuat-buat untuk zaman sekarang. Dulu saja, aku mendapat pukulan dari orang tua, tidak menangis atau pun merasa baper.'Zaman dulu tidak ada internet, tidak ada berita mengenai kekerasan rumah tangga yang beredar luas di internet. Dipukul, disiksa orang tua merupakan hal biasa dan tidak pernah diketahui banyak orang.'Ah, benar. Anak kelahiran tahun sembilan puluh relate dengan masalah ini. Isu mental health di zaman dulu tidak pernah ada. Karena adanya mental health- mental anak-anak muda kelahiran dua ribu bermasalah semua, mentalnya lemah.'Lalu kenapa sekarang banyak isu perceraian, kebanyakan kepala keluarga meninggalkan anak dan istrinya. Apakah kalian pikir, anak-anak korban perceraian dan kekerasan yang dilakukan orang tua, tidak memiliki akal dan hati? Kebanyakan anak-anak yang bermasalah dalam mental health, diabaikan oleh keluarganya sendiri.'Apa kabar bapakku yang sering kasih hukuman keras sampai pukulin, emak di rumah juga