Pada kenyataannya Fendi dan Bora memang belum melakukan hubungan suami istri di atas ranjang, tapi kelakuan mereka yang salah tingkah, membuat orang yang bertanya sekaligus melihat, menjadi salah paham.Ditya tidak begitu paham hubungan seperti itu, karena yang ada di otaknya hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Dia percaya begitu saja. "Oh."Hendra dan istrinya bukan orang usil, mereka tidak akan ikut campur masalah orang lain. Fendi mengalihkan pembicaraan, dan bicara ke istrinya. "Bora, karena sertifikat sudah ada di tangan kamu- apakah kamu mau pindah rumah?"Bora mengangguk cepat, bahaya jika mereka berdua terus-terusan berada satu kamar. "Ya, aku tidak punya banyak barang, jadi kita bisa pindah secepatnya."Fendi lega mendengarnya, Bora sangat pelit dalam pengeluaran rumah tangga sehingga dia takut kalau sang istri menolak pindah dengan alasan uang. Hendra bertanya ke Fendi. "Beberapa hari ini, aku sudah memikirkannya- apakah kamu tidak ingin bekerja di salah satu firma kenalan
Kedua mata Bora berkedip ketika melihat wanita yang ada di dalam foto duduk di atas paha seorang pria bertubuh gemuk dan tangan wanita itu bersandar di bahu pria itu dengan tubuh melengkung ke belakang.Bora mengalihkan tatapannya ke Fendi dan menatap kasihan suaminya.Fendi menatap bingung Bora karena perubahan sikapnya. "Ada apa?"Bora mengalihkan tatapannya lagi ke profesor, lalu menurunkan tangan Fendi. "Apakah dia selingkuh dengan banyak pria?"Hendra menaikan kedua alis dan berpura-pura tidak paham. "Dia siapa yang kamu maksud?"Bora melirik Fendi sekilas, lalu kembali menatap Hendra. "Rina."Fendi terperangah. "Tunggu! Apa maksud kamu bicara seperti itu? Apakah kamu bekerja sama dengan kakak dan-"Bora menatap Fendi. "Profesor punya rekamannya.""Apa?""Jika kamu tidak percaya, bisa lihat sendiri. Itu bukan jebakan sama sekalu."Fendi bangkit dari kursi dan marah ke Bora. "Apakah kalian sudah menduga akan muncul hal seperti ini? Kakakku jelas menjebak Rina karena tidak suka aku
Fendi pulang bersama Bora dalam keadaan linglung, sudah melihat semua video yang disimpan kakaknya. Dia masih ingat percakapan di dalam kantor."Kamu tahu, kenapa aku mendapatkan video ini?""Apa?""Istri kamu membuat masalah dengan aku. Dia menyerang beberapa dokter hewan di bawah pengawasanku dengan alasan pekerjaannya sebagai hak asasi manusia."Kami bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk menangkap pemburu liar, dan dia menekan aku para dokter hewan dengan menyatakan bahwa pekerjaan kami buat mereka kehilangan mata pencaharian."Aji tidak tahu harus bersikap bagaimana dengan penjelasan kakaknya. "Kakak, bagaimana bisa dia melakukan itu semua? Apa keuntungannya?""Kenapa kamu bertanya kepadaku? Tanyakan saja ke istri kamu nanti.""Bukti.""Apa?""Berikan aku bukti jika memang Rina yang menyerang, lagi pula dia hanya pekerja biasa. Tidak punya bekingan apa pun di belakangnya."Hendra yang duduk di kursi kerjanya, mendorong map berwarna biru ke arah Fendi yang duduk di seberangnya
Fendi berdiri, lalu membantu Bora berdiri dan mengambil keranjang berisi kucing gembrot yang larinya lincah, sampai membuat mereka berdua berkeringat. "Maaf, saya dan istri tiba-tiba masuk ke dalam rumah kosong, mengejar kucing kami yang sempat kabur."Bora menunduk sambil menutup rapat wajahnya dengan topi baseball. "Benarkah? Kalian tidak sedang melakukan tindakan senonoh kan?"Fendi hampir saja mengeluarkan amarahnya. "Tidak, mana mungkin saya dan istri melakukannya di tempat terbuka? Kami punya rumah. Ini, lihat kucing kami di dalam keranjang."Kucing itu masih menggeram dan berontak di dalam keranjang. Untung saja Fendi sudah menambahkan item tali di keranjang itu. "Apa buktinya kalian berdua suami istri? Bisa perlihatkan ktp?""Ktp kami masih belum diganti statusnya, tapi kami membawa surat nikah. Kebetulan kami sedang mengurus dokumen juga."Bora cepat-cepat mencari buku pernikahan mereka di dalam tas, untuk berjaga-jaga. Setelah ketemu, dia berikan ke Fendi dan Fendi memberi
Aji marah begitu mendengar berita bahwa Bora melakukan kecurangan. "Anak kurang ajar itu- dia bukannya bertobat, malah ingin menghancurkan karier aku?"Yuni berusaha menenangkan Aji. "Jangan seperti itu, Bora masih muda dan tidak paham, harusnya kamu menasehati dia saja."Laras mengangguk setuju. "Anak seperti itu jika kita terlalu keras, maka dia akan semakin keras. Tidak perlu khawatir, dia juga sudah dewasa.""Tapi ada massa berdiri di depan gerbang dan telah menuduh aku melakukan kecurangan."Yuni berpikir lalu memberikan jawaban. "Bagaimana jika kamu mengumumkan, sudah tidak bertanggung jawab pada kehidupan Bora? Toh, kamu juga sudah tanda tangan perpindahan wali ke dokter hewan itu, bukan?"Sebagai Presiden Indonesia, Aji selalu tegas dan dikabarkan tidak mudah terpengaruh oleh lawan politiknya, jika mereka mulai menyerang dirinya. Namun, saat di rumah, Aji lebih mudah terpengaruh istrinya karena sang istri yang mengurus rumah tangga. Intinya, Aji percaya seratus persen pada per
'Bora.'"Hmm." Bora yang masih tertidur lelap merasa terganggu.'Bora.'Bora membuka mata ketika menyadari siapa yang memanggil lalu melihat di sekelilingnya gelap. "Bern?"Tiba-tiba muncul cahaya di sekeliling Bora sekaligus layar dan juga sosok Bern. Bora memeluk Bern lalu menatap mata anjing kesayangannya berbulu cokelat. "Apakah ini di dalam mimpi? Sudah lama kamu tidak datang, aku jadi merindukan kamu."'Aku sengaja tidak datang karena kamu akhir-akhir ini lelah.'Bora baru menyadari sekarang, beberapa hari belakangan terlalu sibuk mengejar hewan dan juga hadiah. "Aku- membutuhkan uang banyak, jadi tidak sadar-"'Bora, apakah kamu tidak sedih?'"Sedih?"'Tulisan di media sosial tentang kamu dan pernyataan keluarga, apakah itu tidak menyakitkan hati kamu?'Bora menggelengkan kepala. "Aku sudah terbiasa mendapat perlakuan kasar dari berbagai orang, perasaan aku tidak penting, aku harus membalas perbuatan mereka ke kamu."Bern menggosokkan kepala di pipi Bora, untuk menghapus air m
Netizen semakin lama menekan Bora di media sosial dan bahkan ada yang berusaha mengambil akunnya.Sistem yang mendapat peringatan, menunggu perintah dari Bora. Sementara yang bersangkutan membuat satu postingan berupa tiga foto.Bora memeluk seekor anjing cokelat dengan memakai leash bertuliskan service dog, serta kalung bertuliskan Bern lalu foto selanjutnya tubuh gosong Bern yang sudah ditutup kain oleh dokter Ditya, foto selanjutnya adalah punggung Bora yang sedang melihat matahari.Bora menuliskan postingan. 'Ketika manusia menekan manusia lain dengan menyiksa hal yang paling berharga di dalam hidup manusia lain.'Postingan itu spontan membuat semua pecinta anjing di Indonesia menjadi heboh, bahkan pengikut Bora pun menjadi marah. "Apakah itu Bern?""Pantas saja Bora tidak memasang foto Bern, apakah Bern disiksa?""Gila! Tidak masuk akal!""Siapa yang sudah menyiksa anjing manis kesayanganku?""Ah- sedihnya, kenapa Bern? Apakah dia dibakar hidup-hidup?""Tidaak! Kenapa mereka men
Aji tertekan di ruang kerjanya ketika mendapat laporan mengenai postingan media sosial Bora terkait Bern. "Apakah dia masih mengingat anjing itu? Kenapa? Bukankah aku bisa membelikannya lagi?"Kepala sekretariat negara adalah orang yang logis dan tidak mudah terpengaruh dengan pendapat orang lain, masalah mengenai Bora pun tidak terlalu ikut campur karena dia baru masuk awal masuk bekerja di bawah perintah presiden. "Apakah ada masa lalu yang membuat anak itu trauma sehingga membutuhkan service dog?""Bagaimana kamu tahu Bern itu service dog?""Saya melihatnya di media sosial putri anda." "Dia hanya berlebihan, mental lemah. Biasalah anak muda zaman sekarang suka mengkaitkan semua hal dengan mental health.""Apakah anda tidak percaya pada putri anda sendiri?""Bagaimana bisa aku tidak percaya pada Bora? Dia darah daging aku.""Dari perkataan anda, saya menilai anda tidak terlalu percaya pada Bora.""Aku tidak peduli kamu percaya atau tidak, yang pasti aku sudah memberikan semua kebut