Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan berharap manusia mampu menjaga alam dengan baik dan juga ciptaan lain. Namun, semakin lama- manusia mulai melupakannya dan perlahan merusak alam.Tidak hanya alam saja yang dirusak, tapi juga banyak hewan dibunuh dan manusia menjadi tingkat pertama dalam merusak ekosistem alam.Hewan-hewan yang tadinya hidup dan berguna untuk ekosistem, dinilai secara sepihak oleh manusia bahwa mereka telah merugikan manusia, tidak ada gunanya dan wajib dibunuh jika sudah merugikan.Itulah yang terjadi pada Bern, seekor service dog yang ditugaskan untuk menemani kesehatan mental Bora. Mereka membunuh dengan alasan yang masuk akal bagi manusia, melupakan peristiwa itu dan tidak akan pernah mendengar jeritan hewan."Ayo, kita bunuh anjing yang suka menggigit.""Lempar batu ke anjing itu.""Racuni saja kucing yang suka buang kotoran sembarangan.""Bunuh ular yang masuk ke rumah warga!""Tembak burung itu!""Aku benci cicak, suruh kucing menangkapnya!"Masih ada ban
Yuni menggeram marah begitu mendengar kabar dari keluarganya. Gosip yang tidak berdasar tapi dia tahu dengan baik siapa sebenarnya Aji. "Dia hanya ingin melindungi mantan istrinya, bagaimana bisa dia mengkhianati aku setelah mengucapkan banyak janji pernikahan? Apakah dia sudah gila sekarang?" Akmal tidak tahu harus bicara apa dan lebih suka memilih diam dari pada menjadi masalah, terakhir kalinya dia membuat masalah tanpa menganalisa terlebih dahulu sehingga sempat mendapatkan teguran dari dosennya. Laras mendecak kesal. "Apa gunanya si ketua ham itu, jika dia tidak melakukan pekerjaan dengan benar? Bukankah suaminya ada di Bora? Kenapa tidak ada balasan dari Bora? Apakah ketua ham itu hanya salah lihat karena sakit mata?" Alih-alih menyalahkan dirinya sendiri, Laras lebih suka menyalahkan orang lain. Yuni bertambah kesal jika mengingat wanita itu. Dia tidak berguna sama sekali, tapi- "Apakah kamu sudah melihat akun media sosialnya? Dia buat postingan apa?" Laras melihat akun Rin
Jika memikirkan kembali masa lalu yang mereka berdua lewati, memang terasa hambar. Tidak ada cinta ataupun kasih sayang yang diperlihatkan. Hanya perasaan tanggung jawab dan bermimpi hidup bebas. Ike dan Aji menikah hanya berdasarkan tanggung jawab, menghargai orang asing, lalu ketika sudah mulai bosan, tidak ada yang namanya mempertahankan. Keduanya hanya ingin menjauh dan saling melepaskan. Tidak peduli meskipun memiliki tiga orang anak yang membutuhkan perhatian orang tua. Sekarang, mereka berdua mulai menyadari kesalahan masing-masing dan merasakan penyesalan mendalam karena telah menyakiti tiga anak kecil yang tidak tahu apa pun. "Terkadang-" Ike mulai bicara sambil mengamati tangan Aji yang memperlakukan kakinya dengan lembut. "Aku pernah berpikir untuk mengulang semua waktu." "Tidak ada yang seperti itu." "Hahahaha- benar, memang tidak ada. Tapi bukankah Bora mendapatkan keajaiban?" "Dia berbeda. Dia masih memiliki pemikiran polos dan suci, Tuhan pasti akan memilih umat ya
Rina terkejut ketika mendapat undangan pesta di rumahnya yang diberikan seorang pria bertubuh besar dan memakai jas formal. "Ini?" "Tuan ingin mengundang anda datang, silahkan datang." "Hanya aku saja?" tanya Rina yang melihat namanya yang tertera di undangan. "Ya." "Bagaimana dengan anak-anak?" "Ya?" Rina tersadar dari kesalahannya lalu menggeleng. "Tidak, tidak masalah. Aku bisa datang, terima kasih." "Ini kotak untuk anda." Pria pengantar undangan menyerahkan sebuah kotak ke Rina. Rina menerima kotak dari pria tersebut. "Apa isinya?" "Saya tidak tahu, saya hanya disuruh membawa ini dan diberikan kepada anda." "Terima kasih banyak," ucap Rina sambil memegang erat kotak berwarna putih itu. Dia yakin sekali kalau ini adalah pemberian mantan suaminya, Fendi. Dia pasti masih cinta dan ingin mereka berdua rujuk. Rina akan memaafkan semua perselingkuhan yang dilakukan Fendi lalu teringat dengan janinnya yang hilang, dia keguguran saat perjalanan pulang dari villa milik istri pr
Pesta dimulai dan para tamu undangan mulai berdatangan dengan perasaan bangga karena berhasil diundang salah satu keluarga terkemuka di Indonesia, wartawan pun mulai menyoroti para tamu, tidak ingin ketinggalan berita mengenai anak kedua yang kembali.Beberapa orang pun mulai berdebat di televisi siaran nasional, hal yang tidak biasa di Indonesia, namun berita tentang keluarga ini menaikkan nilai penjualan berita yang dimuat. Tidak mungkin ditinggalkan begitu saja."Saya sudah pernah mendengar salah satu pangeran yang memutuskan keluar dari keluarga, karena ide idealisnya tentang merawat hewan. Namun, saya tidak pernah mendengar anak lainnya, bukankah dia anak kedua?""Yang mana?""Yang baru saja kembali.""Bukankah anak ketiga? Paling bungsu?""Kenapa banyak berita yang muncul anak kedua?""Kita tidak tahu mana yang benar, karena keluarga itu bekerja secara misterius dan tertutup. Sekarang saja menjadi heboh karena bersamaan dengan skandal anak Presiden.""Benar, biasanya pergantian
"Oh, hallo. Terima kasih telah datang ke acara keluarga kami." Semua orang sontak menoleh ke sumber suara, di atas panggung. Arka.Laras terbelalak ketika melihat betapa tampannya pria itu. "Astaga, dia sangat tampan, selain kaya dan juga berpengaruh, ternyata wajahnya juga bisa dibanggakan. Kalau begini, aku rela menjadi selirnya."Akmal memutar kedua bola mata ketika mendengar celotehan kakaknya. "Yang jadi pertanyaan, mau nggak dia sama kamu?"Laras cemberut ketika mendengar ucapan buruk adiknya. "Apakah kamu tidak bisa mendoakan aku yang baik-baik?"Akmal mengangkat kedua bahu dengan santai.Yuni masih menatap Aji, merasa cemas karena tidak bisa mendekatinya, lalu menatap kesal Ike yang sudah menghalangi jalannya. 'Dia masih melihat Presiden, apakah anda tidak khawatir?'Buat apa mengkhawatirkan hal yang tidak perlu?'Humm? Bagaimana dengan wanita yang memakai gaun merah dan seksi itu? Wow, pakaiannya terbuka sekali.'Bora spontan menoleh ke arah yang ditunjukan Bern palsu. Seora
"Hari ini saya sangat terharu karena keluarga masih mau menerima anak pemberontak seperti saya, terutama kakak yang tidak bisa hadir." Fendi melanjutkan pidatonya. "Setelah puluhan tahun memikirkan masa lalu yang tidak jelas, akhirnya saya mulai memutuskan masa depan yang masih mau menerima segala kekurangan saya." Fendi mengulurkan tangan ke arah bawah panggung. "Wanita yang paling saya cintai, dan juga menerima saya apa adanya. Meskipun dia juga tahu masa lalu saya yang sedikit buruk, sebagai tahanan-" Rina merapikan gaunnya lalu bergegas berjalan menuju panggung, meskipun Fendi tidak menyebut namanya, dia tahu bahwa suami sedang mengharapkan dirinya. Wanita mana yang bersedia menunggu pria yang masuk ke dalam tahanan selama puluhan tahun? Hanya dirinya, Rina seorang. Para tamu undangan yang tahu tentang Rina, menyingkir untuk memberikan wanita itu jalan. Fendi tersenyum dan mengganti arah tangannya lalu menyebut nama wanit lain. "Istri saya, Bora Zanitha Rukmasara." Rina membek
Rina menatap tidak percaya Fendi dan bertanya dengan nada terbata-bata. "Dia... mengumpulkan... rekaman?""Pada dasarnya Ayah kandungku, orang yang sangat jahat- dia tidak pernah sekalipun peduli pada masalah orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Ayah kandungku, orang yang sangat berhati-hati dan tidak mau jatuh sendiri, sehingga dia selalu membawa alat perekam untuk membuktikan bahwa dia tidak jahat sendirian." Arka mengeluarkan sisi buruk Raka. "Dia Ayah kandung brengsek tapi kaya raya dan tampan, aku juga tidak mungkin bilang kamu salah satu korbannya, bukan? Karena banyak sekali video-video yang menampilkan kamu bekerja sama dengan Ayah kandungku."Rina duduk di lantai, kedua kakinya goyah seolah tidak bisa menapak, menatap nanar layar besar di panggung serta potongan video yang direkam diam-diam oleh Raka. "Apakah- dia tahu soal ini? Apakah kakak kedua kamu tahu soal ini?" Tanyanya tanpa menatap Fendi.Fendi menghela napas panjang. "Kakak kedua aku sudah tahu sejak awal, kamu