"Lea."Evelyn mendekat, duduk di kursi kosong sampingnya saat Lea sedang menikmati sarapan paginya. Valen yang sudah menyelesaikan sarapannya sedang bersenda gurau dengan teman-temannya di pinggir kolam renang.Lea menoleh, meletakan cangkir tehnya dan tersenyum."Kenapa?""Aku pikir kamu harus melihat berita ini."Evelyn menyodorkan smartphonenya memperlihatkan sebuah situs yang menampilkan foto-fotonya dan Valen di bandara kemarin siang. Headlinenya memberitakan kalau mereka berdua tertangkap basah terlihat mesra di bandara. Lea menghela napas saat netizen ramai-ramai memberikan pendapatnya di sana."Well, aku tahu cepat atau lambat mereka akan memberitakannya."Lea mengembalikan ponsel Evelyn yang duduk menyandar di sampingnya."Aku tahu bagaimana perasaanmu. Dulu aku juga begitu saat Mario memperkenalkanku sebagai kekasihnya. Banyak pujian tapi banyak juga hujatan. Apalagi kalau sudah ketemu fans yang menatapmu iri," desah Evelyn."Itu resikonya." Lea tertawa lalu kembali menyesap
"Maafkan aku."Valen yang berniat mengambil tas milik Lea di sampingnya menoleh ketika mendengar suara lirihnya yang merasa bersalah karena telah merusak kencan manis mereka bahkan sebelum festival itu di mulai. Valen sepenuhnya menghadap Lea dan tersenyum lembut, tangannya terulur menyentuh pipi tapi seakan tidak puas sekalian saja dia menangkup wajah Lea seakan-akan dunianya saat ini berada di dalam genggamannya. Valen menatap intens tepat di manik mata mencoba saling mengatakan kalau mereka akan merindukan keberadaan satu sama lain."Don't worry about me, sweety," bisiknya lembut agar Lea tidak terus merasa bersalah. "Ada hal penting yang harus kamu lakukan. Aku jelas bangga padamu lebih dari yang bisa aku katakan. Azalea, desainer berbakat yang akan mengikuti ajang bergengsi PFW dan dia kekasihku sendiri. Aku akan menjadi orang pertama yang berdiri di garis depan mendukungmu." Memang itulah yang Lea butuhkan. Dukungan yang berasal dari seseorang yang mencintai keberadaanya. Lea
Lea memasuki salah satu restauran hotel bintang lima di Jakarta dengan gaun yang meski berpotongan sederhana tapi melekat cantik di tubuhnya. Tersenyum saat menemukan Kendra berdiri dan menyambutnya di salah satu meja VVIP yang di pesan. Di sana tidak hanya ada Kendra tapi juga wanita cantik yang jelas-jelas berdarah asia, mungkin Thailand, tersenyum dan menatap Lea secara keseluruhan seakan menilai penampilannya malam ini. Lea tanpa sadar merasa sedikit terintimidasi dan berharap kalau wanita itu seramah wajahnya. Ini pertama kalinya Lea bertemu dengan pengelola agensi terkenal itu dan sama sekali tanpa persiapan. Rencana awal mereka sebelumnya kalau Lea dan Kendra yang akan pergi menemuinya di Macau.Dengan kepercayaan diri penuh, Lea memberikan senyuman ramah untuk keduanya dan memeluk singkat Kendra."Maafkan aku harus meneleponmu secara mendadak seperti ini Lea. Aku juga baru diberitahu kalau Miss Ariana sedang berkunjung ke sini dan bersedia bertemu denganmu setelah
Keesokan harinya, selama setengah harian, Lea berkutat dengan desain akhirnya menyesuaikan dengan tema PFW tahun ini. Setelah itu dia akan sibuk sampai gaun-gaun tersebut jadi dan memastikan segalanya sempurna. Merasa optimis bahwa dia bisa menampilkan yang terbaik di sana. Jika Kevelinn Modelling setuju untuk mendukungnya sampai ke Paris maka tidak ada lagi hal yang perlu dia khawatirkan. Lea hanya tinggal menyiapkan mental dan fisiknya. Segala keperluan yang akan dia bawa ke Macau besok malam telah dia persiapkan dan Valen adalah orang pertama yang dia beritahu sepulangnya dari acara makan malam dengan Ariana. Cowok itu memberi tambahan energi untuk Lea yang meskipun lelah tapi tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.Lea menyelesaikan desain terakhirnya dengan senyuman puas di wajahnya saat ponsel di dalam tasnya berbunyi. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, Lea langsung menjawab video call dari Sky."Halo, sayang.""Lea," suara Sky serak dan dia nampak berantakan. Lea mena
"Aku keberatan kamu ikut Lea." Valen mendesah di sebrang sana melalui sambungan telepon. "Aku merasa kalau ini hanya rencana Keenan untuk dekat denganmu.""Aku tidak mau berpikir negatif seperti itu. Ini tawaran yang tidak main-main Valen. Tidak bisa kah kamu mengerti?" "Bagaimana aku bisa melepasmu ikut kalau Keenanlah yang menawarimu setelah dia mengancamku malam itu untuk merebutmu. Aku tidak bisa membiarkannya."Lea menegakkan duduknya dan menatap Valen, "Ini sama saja dengan kamu tidak percaya padaku.""Tidak. Bukan seperti itu maksudku.""Aku menganggapnya seperti itu. Kamu melarangku hanya karena ini acara milik Keenan yang artinya kamu tidak percaya padaku. Aku tidak suka hal seperti ini." "Aku hanya tidak suka kamu berhubungan dengan lelaki itu apapun alasannya."Lea duduk melipat lengan dan menatap ke arah luar mobil masih di area parkir apartemennya. Tadi dia berniat pergi ke rumah Sky untuk mengambil hadiah Maria dan pergi ke pub menghadiri pesta lajangnya sebentar saat
Pub selalu ramai saat malam apalagi saat ini Maria sedang mengadakan pesta lajang bersama teman-temannya. Lea beranjak berdiri dari duduknya, mendekati Maria yang berada dalam pelukan calon suaminya untuk pamit pulang."Astaga, kenapa cepat sekali?"Lea memeluk Maria erat, "Sudah satu jam aku di sini Maria. Aku besok harus ke Macau dan sepertinya aku butuh istirahat.""Sibuk sekali desainer kita ini." Alby, calon suami Maria tertawa lalu memeluk Lea sebentar sebagai salam perpisahan."Begitulah wanita karier.""Ingat untuk mencari pasangan Lea," timpal Maria.Lea tertawa, "Aku akan mengingatnya. Tenang saja. Untuk kalian berdua aku ucapkan selamat. Setelah beberapa tahun bersama akhirnya kalian menikah juga.""Terima kasih banyak. Aku sudah tidak sabar menjadi istrinya dan memakai gaun rancanganmu yang indah itu."Lea tertawa dan mengangguk. Suara hingar bingar musik masih menggema di dalam pub yang ramai sesak. Lea memang tidak terlalu suka dengan keramaian seperti ini. Jadi satu jam
Jordan bangkit dan duduk menyandar di kepala ranjang, menggenggam erat tangan Azalea dan tersenyum."Aku harap kita bisa bahagia dengan pilihan kita masing-masing. Aku akan tetap memepertahankan Alexandra jika memang dia tidak terbukti berselingkuh di belakangku.""Mungkin kalian hanya salah paham."Jordan langsung memeluk Lea erat-erat membuatnya hanya bisa bergeming di sana tidak menyangka akan merasakan lagi pelukan lelaki yang dulu di cintainya. "Ini yang terakhir kalinya aku memelukmu. Anggap saja pelukan persahabatan."Lea membalas pelukan Jordan dan mengangguk, "Baiklah."Mereka bertahan dalam posisi itu beberapa saat sampai suara tepukan tangan menggema membuat Lea kaget dan melepaskan pelukannya begitu juga Jordan. Alexandra dengan senyuman menghina di wajahnya berdiri di ambang pintu kamar."Alexandra!!" Seru Jordan dan meringis saat bergerak terlalu cepat.Lea sudah berdiri dari duduknya dan merutuki kebodohannya sendiri karena membiarkan dirinya terlalu lama berada di apa
Berita itu menggemparkan. Di dukung dengan foto dan saksi mata di pub juga di apartemen Jordan membuat Lea hanya bisa menatap dalam diam ketika lagi-lagi orang-orang di luaran sana memberitakan tentangnya yang tidak-tidak.Lea sudah mencoba menghubungi Jordan agar dia mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi malam itu tapi sama sekali tidak ada tanggapan sama seperti Valen yang entah ada di mana.Lea sudah mendapatkan banyak telepon dari berbagai pihak menanyakan tentang kebenaran berita itu hingga membuatnya sakit kepala. Kalau dia berdiri sendirian di hadapan wartawan mengklarifikasi berita itu pasti akan terlihat menyedihkan. Kenyataan kalau setelah kandasnya hubungannya dengan Jordan, dia masih saja sendiri pasti membuat orang-orang akan berpikir bahwa berita itu benar tapi kalau dibiarkan saja, Alexandra pasti akan muncul lagi."Sudah aku bilang, kamu bodoh karena menolongnya Lea."Ricko berjalan mondar-mandir di depannya. Sky yang masih sakit flu tapi sudah tidak parah hanya