Lea terbangun dengan senyuman saat melihat wajah rupawan Valen Ackerman yang tidur di sampingnya. Diusapnya wajah Valen dan mengecup pipinya pelan. Lea perlahan melepaskan diri dan bangun dari tidurnya seraya merapikan rambut. Sempat terdiam sesaat memandangi Valen lalu entah dari mana datangnya pikiran itu, Lea berjalan ke arah wardrobe nya dan mengambil kamera Polaroid. Lea duduk lagi di samping Valen mengambil satu foto yang bagus.Dikibaskannya lembaran foto yang langsung jadi itu dan tersenyum. Dia akan menyimpannya untuk dirinya sendiri.Lea berdiri dan menyimpan kamera juga foto Valen, lalu keluar dari kamar berniat membuat sarapan pagi. Membiarkan saja Valen masih tertidur di sana. Lea bergerak cepat di dapur membuat yang paling mudah yaitu nasi goreng. Meskipun Lea jarang memasak tapi dia bisa memasak meskipun tidak seenak masakan buatan Sky.Lea sudah selesai menyiapkan meja makan dan melihat jam yang menunjukkan pukul delapan pagi. "Beres. Aku akan mandi lalu membangunkann
"Maaf menunggu lama." Valen berdiri di dekat meja makan beberapa menit kemudian setelah tadi menyapa orang tuanya dan pamit untuk mandi lebih dulu. Valen menundukkan sedikit kepalanya menatap bergantian orang tuanya dengan sopan. "Tidak apa-apa. Kami juga belum sarapan. Kalau begitu ayo duduk dan sarapan bersama.""Terima kasih Om." Valen menarik kursinya seraya menatap Lea yang sejak awal nampak cemas dan menyapanya. "Selamat pagi Azalea."Lea ternganga sesaat sebelum berdecak dan tersenyum. Valen benar-benar nampak santai bahkan masih bisa menggodanya dengan tatapan jahilnya padahal mereka sedang tidak berdua saat ini. Setelah dia duduk, Mamanya mengambil piring dan sarapan untuk Papanya. Selalu seperti itu sejak mereka menikah. Lea jadi terikut kebiasaan Mamanya yang juga bergerak mengambil piring untuk Valen."Bukannya seharusnya TheHasky sedang tour ya?" Papanya membuka percakapan dengan santai. Lea bersyukur memiliki Papa seperti beliau. "Steph di rumah selalu mengatakan tenta
“Ini kartu akses untukmu Lea." Kanza, istri Zian menyerahkan kartu bertuliskan Kru TheHasky yang langsung Lea ambil dan kalungkan di lehernya. Setelah dari bandara tadi, Valen langsung membawanya ke tempat konser dan meletakkan barangnya di bawah penjagaan ketat bodyguard.Lea tidak pernah membayangkan akan berada di antara kru yang sibuk mempersiapkan tempat berlangsungnya konser untuk menemani Valen. "Kamu bebas masuk ke ruangan rehat TheHasky dan berada di sekitar area panggung. Kami sedang mempersiapkan semua alat-alat jadi perhatikan langkahmu kalau kamu mau naik ke atas melihat latihan mereka sebentar lagi.""Makasih Kanza," kata Lea dengan senyuman."Sama-sama. Evelyn ada di atas bersama Mario. Nanti malam kamu bisa bersama dengannya. Dia sudah biasa ikut Mario manggung kalau sedang libur. Aku ingin menemanimu tapi aku juga harus membantu kru yang lain.""Jangan khawatir. Aku akan menyusul Evelyn sebentar lagi sekalian melihat Valen."Kanza menatap Lea dengan senyuman hangatn
"Kanapa gadis itu menempel sama Valen seperti lintah?"Lea tidak bisa menahan pertanyaan bernada sarkastiknya saat melihat Valen di area depan di dekati tiga orang gadis yang mungkin anak kuliahan dan nampak begitu akrab. Valen sendiri tidak terlihat risih bahkan meladeni semua pertanyaan yang diajukan ketiga gadis itu dengan ramah. Acara jumpa fans sudah selesai lima belas menit yang lalu tapi gadis-gadis itu tidak juga pergi.Evelyn yang berdiri di sebelahnya menatap sekilas Lea lalu tertawa."Setiap personil memiliki fans basenya masing-masing, Lea. Selalu ada di masing-masing daerah." Lea mendengarkan penjelasan Evelyn masih sambil memperhatikan Valen. "Salah satu dari ketiga gadis itu pasti ketua fansbase Valeners wilayah Malang dan Valen tentu saja harus ramah dengan mereka. Kelihatan dari gelang khusus yang dipakainya. Grup band tanpa penggemar bukan apa-apa, Lea."Lea menolah, "Jadi, mereka memiliki akses istimewa untuk bertemu dengan Valen?""Tentu saja. Nanti mereka akan men
Lelah. Itu yang dirasakan Lea. Satu setengah jam menonton konser TheHasky yang sukses, setengah jam menunggu sampai mereka semua diperbolehkan kembali ke hotel. Jadi Lea tidak bisa menahan rasa kantuknya sedikit saja saat mereka sudah berada di dalam bus meringkuk dengan selimut yang menutupi tubuhnya dalam pelukan Valen di area belakang. Cowok itu bahkan lebih lelah dari pada Lea. Jadi mereka hanya memejamkan mata, saling meresapi detak jantung yang naik turun dengan cepatnya.Perjalanan memakan waktu setengah jam karena TheHasky memilih hotel yang agak jauh dari keramaian kota dengan pengamanan yang ketat. Maklum saja karena fans kadang bisa bertindak di luar akal sehat. Ada yang hobinya menguntit idolanya bahkan sengaja menemui mereka di luar dari konser.Konser TheHasky sukses dan mereka bisa bersantai beberapa bari sebelum bertolak ke kota berikutnya. Leaa berusaha untuk releks saat ponsel dalam saku celana berbunyi membuat wanita itu bergerak untuk mengambilnya dan Valen yang j
TheHasky ternyata tidak menginap di hotel tapi menyewa Villa keren yang ada di daerah Batu, Malang. Zian menjadikan tur manggung mereka tidak hanya untuk bekerja tapi juga berlibur. Tujuannya supaya personil TheHasky tidak cepat lelah dan bisa menikmati waktu bersantai di sela-sela jadwal yang padat. Mungkin tadi malam, saat sampai, mereka dalam keadaan lelah jadi tidak ada yang benar-benar menyadari seperti apa tempat dan suasananya.Pagi ini, saat Lea terbangun dari tidur nyenyaknya dan keluar mengarah ke balkon, Lea bersyukur bisa ikut bersama Valen untuk berlibur. Manik matanya mengagumi keseluruhan area Villa yang benar-benar cantik dengan detail sentuhan artistik terbaik yang berpemandangan indah dan menyegarkan. Villa yang berada di daerah perbukitan jadi tidak heran kalau dari tempatnya berdiri, Lea bisa melihat pesona fajar yang cantik.Zian menyewa empat unit Villa sekaligus untuk semua kru. Satu unit memiliki empat kamar yang digunakan masing-masing personil TheHasky. Keb
"Lea."Evelyn mendekat, duduk di kursi kosong sampingnya saat Lea sedang menikmati sarapan paginya. Valen yang sudah menyelesaikan sarapannya sedang bersenda gurau dengan teman-temannya di pinggir kolam renang.Lea menoleh, meletakan cangkir tehnya dan tersenyum."Kenapa?""Aku pikir kamu harus melihat berita ini."Evelyn menyodorkan smartphonenya memperlihatkan sebuah situs yang menampilkan foto-fotonya dan Valen di bandara kemarin siang. Headlinenya memberitakan kalau mereka berdua tertangkap basah terlihat mesra di bandara. Lea menghela napas saat netizen ramai-ramai memberikan pendapatnya di sana."Well, aku tahu cepat atau lambat mereka akan memberitakannya."Lea mengembalikan ponsel Evelyn yang duduk menyandar di sampingnya."Aku tahu bagaimana perasaanmu. Dulu aku juga begitu saat Mario memperkenalkanku sebagai kekasihnya. Banyak pujian tapi banyak juga hujatan. Apalagi kalau sudah ketemu fans yang menatapmu iri," desah Evelyn."Itu resikonya." Lea tertawa lalu kembali menyesap
"Maafkan aku."Valen yang berniat mengambil tas milik Lea di sampingnya menoleh ketika mendengar suara lirihnya yang merasa bersalah karena telah merusak kencan manis mereka bahkan sebelum festival itu di mulai. Valen sepenuhnya menghadap Lea dan tersenyum lembut, tangannya terulur menyentuh pipi tapi seakan tidak puas sekalian saja dia menangkup wajah Lea seakan-akan dunianya saat ini berada di dalam genggamannya. Valen menatap intens tepat di manik mata mencoba saling mengatakan kalau mereka akan merindukan keberadaan satu sama lain."Don't worry about me, sweety," bisiknya lembut agar Lea tidak terus merasa bersalah. "Ada hal penting yang harus kamu lakukan. Aku jelas bangga padamu lebih dari yang bisa aku katakan. Azalea, desainer berbakat yang akan mengikuti ajang bergengsi PFW dan dia kekasihku sendiri. Aku akan menjadi orang pertama yang berdiri di garis depan mendukungmu." Memang itulah yang Lea butuhkan. Dukungan yang berasal dari seseorang yang mencintai keberadaanya. Lea