"Kanapa gadis itu menempel sama Valen seperti lintah?"Lea tidak bisa menahan pertanyaan bernada sarkastiknya saat melihat Valen di area depan di dekati tiga orang gadis yang mungkin anak kuliahan dan nampak begitu akrab. Valen sendiri tidak terlihat risih bahkan meladeni semua pertanyaan yang diajukan ketiga gadis itu dengan ramah. Acara jumpa fans sudah selesai lima belas menit yang lalu tapi gadis-gadis itu tidak juga pergi.Evelyn yang berdiri di sebelahnya menatap sekilas Lea lalu tertawa."Setiap personil memiliki fans basenya masing-masing, Lea. Selalu ada di masing-masing daerah." Lea mendengarkan penjelasan Evelyn masih sambil memperhatikan Valen. "Salah satu dari ketiga gadis itu pasti ketua fansbase Valeners wilayah Malang dan Valen tentu saja harus ramah dengan mereka. Kelihatan dari gelang khusus yang dipakainya. Grup band tanpa penggemar bukan apa-apa, Lea."Lea menolah, "Jadi, mereka memiliki akses istimewa untuk bertemu dengan Valen?""Tentu saja. Nanti mereka akan men
Lelah. Itu yang dirasakan Lea. Satu setengah jam menonton konser TheHasky yang sukses, setengah jam menunggu sampai mereka semua diperbolehkan kembali ke hotel. Jadi Lea tidak bisa menahan rasa kantuknya sedikit saja saat mereka sudah berada di dalam bus meringkuk dengan selimut yang menutupi tubuhnya dalam pelukan Valen di area belakang. Cowok itu bahkan lebih lelah dari pada Lea. Jadi mereka hanya memejamkan mata, saling meresapi detak jantung yang naik turun dengan cepatnya.Perjalanan memakan waktu setengah jam karena TheHasky memilih hotel yang agak jauh dari keramaian kota dengan pengamanan yang ketat. Maklum saja karena fans kadang bisa bertindak di luar akal sehat. Ada yang hobinya menguntit idolanya bahkan sengaja menemui mereka di luar dari konser.Konser TheHasky sukses dan mereka bisa bersantai beberapa bari sebelum bertolak ke kota berikutnya. Leaa berusaha untuk releks saat ponsel dalam saku celana berbunyi membuat wanita itu bergerak untuk mengambilnya dan Valen yang j
TheHasky ternyata tidak menginap di hotel tapi menyewa Villa keren yang ada di daerah Batu, Malang. Zian menjadikan tur manggung mereka tidak hanya untuk bekerja tapi juga berlibur. Tujuannya supaya personil TheHasky tidak cepat lelah dan bisa menikmati waktu bersantai di sela-sela jadwal yang padat. Mungkin tadi malam, saat sampai, mereka dalam keadaan lelah jadi tidak ada yang benar-benar menyadari seperti apa tempat dan suasananya.Pagi ini, saat Lea terbangun dari tidur nyenyaknya dan keluar mengarah ke balkon, Lea bersyukur bisa ikut bersama Valen untuk berlibur. Manik matanya mengagumi keseluruhan area Villa yang benar-benar cantik dengan detail sentuhan artistik terbaik yang berpemandangan indah dan menyegarkan. Villa yang berada di daerah perbukitan jadi tidak heran kalau dari tempatnya berdiri, Lea bisa melihat pesona fajar yang cantik.Zian menyewa empat unit Villa sekaligus untuk semua kru. Satu unit memiliki empat kamar yang digunakan masing-masing personil TheHasky. Keb
"Lea."Evelyn mendekat, duduk di kursi kosong sampingnya saat Lea sedang menikmati sarapan paginya. Valen yang sudah menyelesaikan sarapannya sedang bersenda gurau dengan teman-temannya di pinggir kolam renang.Lea menoleh, meletakan cangkir tehnya dan tersenyum."Kenapa?""Aku pikir kamu harus melihat berita ini."Evelyn menyodorkan smartphonenya memperlihatkan sebuah situs yang menampilkan foto-fotonya dan Valen di bandara kemarin siang. Headlinenya memberitakan kalau mereka berdua tertangkap basah terlihat mesra di bandara. Lea menghela napas saat netizen ramai-ramai memberikan pendapatnya di sana."Well, aku tahu cepat atau lambat mereka akan memberitakannya."Lea mengembalikan ponsel Evelyn yang duduk menyandar di sampingnya."Aku tahu bagaimana perasaanmu. Dulu aku juga begitu saat Mario memperkenalkanku sebagai kekasihnya. Banyak pujian tapi banyak juga hujatan. Apalagi kalau sudah ketemu fans yang menatapmu iri," desah Evelyn."Itu resikonya." Lea tertawa lalu kembali menyesap
"Maafkan aku."Valen yang berniat mengambil tas milik Lea di sampingnya menoleh ketika mendengar suara lirihnya yang merasa bersalah karena telah merusak kencan manis mereka bahkan sebelum festival itu di mulai. Valen sepenuhnya menghadap Lea dan tersenyum lembut, tangannya terulur menyentuh pipi tapi seakan tidak puas sekalian saja dia menangkup wajah Lea seakan-akan dunianya saat ini berada di dalam genggamannya. Valen menatap intens tepat di manik mata mencoba saling mengatakan kalau mereka akan merindukan keberadaan satu sama lain."Don't worry about me, sweety," bisiknya lembut agar Lea tidak terus merasa bersalah. "Ada hal penting yang harus kamu lakukan. Aku jelas bangga padamu lebih dari yang bisa aku katakan. Azalea, desainer berbakat yang akan mengikuti ajang bergengsi PFW dan dia kekasihku sendiri. Aku akan menjadi orang pertama yang berdiri di garis depan mendukungmu." Memang itulah yang Lea butuhkan. Dukungan yang berasal dari seseorang yang mencintai keberadaanya. Lea
Lea memasuki salah satu restauran hotel bintang lima di Jakarta dengan gaun yang meski berpotongan sederhana tapi melekat cantik di tubuhnya. Tersenyum saat menemukan Kendra berdiri dan menyambutnya di salah satu meja VVIP yang di pesan. Di sana tidak hanya ada Kendra tapi juga wanita cantik yang jelas-jelas berdarah asia, mungkin Thailand, tersenyum dan menatap Lea secara keseluruhan seakan menilai penampilannya malam ini. Lea tanpa sadar merasa sedikit terintimidasi dan berharap kalau wanita itu seramah wajahnya. Ini pertama kalinya Lea bertemu dengan pengelola agensi terkenal itu dan sama sekali tanpa persiapan. Rencana awal mereka sebelumnya kalau Lea dan Kendra yang akan pergi menemuinya di Macau.Dengan kepercayaan diri penuh, Lea memberikan senyuman ramah untuk keduanya dan memeluk singkat Kendra."Maafkan aku harus meneleponmu secara mendadak seperti ini Lea. Aku juga baru diberitahu kalau Miss Ariana sedang berkunjung ke sini dan bersedia bertemu denganmu setelah
Keesokan harinya, selama setengah harian, Lea berkutat dengan desain akhirnya menyesuaikan dengan tema PFW tahun ini. Setelah itu dia akan sibuk sampai gaun-gaun tersebut jadi dan memastikan segalanya sempurna. Merasa optimis bahwa dia bisa menampilkan yang terbaik di sana. Jika Kevelinn Modelling setuju untuk mendukungnya sampai ke Paris maka tidak ada lagi hal yang perlu dia khawatirkan. Lea hanya tinggal menyiapkan mental dan fisiknya. Segala keperluan yang akan dia bawa ke Macau besok malam telah dia persiapkan dan Valen adalah orang pertama yang dia beritahu sepulangnya dari acara makan malam dengan Ariana. Cowok itu memberi tambahan energi untuk Lea yang meskipun lelah tapi tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.Lea menyelesaikan desain terakhirnya dengan senyuman puas di wajahnya saat ponsel di dalam tasnya berbunyi. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, Lea langsung menjawab video call dari Sky."Halo, sayang.""Lea," suara Sky serak dan dia nampak berantakan. Lea mena
"Aku keberatan kamu ikut Lea." Valen mendesah di sebrang sana melalui sambungan telepon. "Aku merasa kalau ini hanya rencana Keenan untuk dekat denganmu.""Aku tidak mau berpikir negatif seperti itu. Ini tawaran yang tidak main-main Valen. Tidak bisa kah kamu mengerti?" "Bagaimana aku bisa melepasmu ikut kalau Keenanlah yang menawarimu setelah dia mengancamku malam itu untuk merebutmu. Aku tidak bisa membiarkannya."Lea menegakkan duduknya dan menatap Valen, "Ini sama saja dengan kamu tidak percaya padaku.""Tidak. Bukan seperti itu maksudku.""Aku menganggapnya seperti itu. Kamu melarangku hanya karena ini acara milik Keenan yang artinya kamu tidak percaya padaku. Aku tidak suka hal seperti ini." "Aku hanya tidak suka kamu berhubungan dengan lelaki itu apapun alasannya."Lea duduk melipat lengan dan menatap ke arah luar mobil masih di area parkir apartemennya. Tadi dia berniat pergi ke rumah Sky untuk mengambil hadiah Maria dan pergi ke pub menghadiri pesta lajangnya sebentar saat