"Lea, lihat aku!!!"Lea menyisir rambut depannya ke belakang dengan jemari seraya menghela napas pendek lalu menghadap sepenuhnya ke Valen memberanikan diri menatap mata lelaki itu yang sangat menuntut penjelasan."Ya, dia datang tadi siang.""Begitu." Valen menaikkan alisnya. Atmosfir yang Lea rasakan berubah. “Apa yang dia mau? Untuk apa dia menemuimu lagi?" Tuntutnya."Valen, sebaiknya—""Jawab sekarang Lea!!!" Suaranya tegas mengintimidasi. Lea tanpa sadar menggigit bibirnya."Aku juga kaget dia datang begitu saja ke butik," kata Lea cepat. Kenapa dia jadi gugup seperti ini?"Terus?""Dia datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun, kita berbincang sebentar dan dia memberiku hadiah—""Hadiah?" Suara Valen jelas naik satu oktaf saat mengatakannya.Lea duduk di kursinya dengan gelisah, "Er ya, sepasang sepatu.""Dan kamu menerimanya?" "Hmm, tidak salah kan menerima hadiah dari teman—""Astaga Lea!!!! Apa kamu sepolos itu atau kamu pura-pura mengabaikan perasaan lelaki itu?""Dia d
Kemarin malam menjadi perayaan ulang tahun paling suram dalam hidupnya meskipun semua orang kelihatannya mencoba untuk mengerti dan bingung kenapa tiba-tiba dia menjadi seperti itu.Padahal keluarganya ada di sana tapi dia hanya tersenyum seadanya, makan malam dengan tenang dan mereka berbincang singkat karena Lea memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan baru keluar saat pagi harinya.Tadi pagi setelah mengatakan maaf untuk Steph yang terus saja menggeleng dan mengatakan tidak apa-apa, dia pulang bersama Rei. Kakaknya Erza jelas penasaran dan ingin mencecarnya dengan pertanyaan tapi Lea meyakinkan kalau semuanya baik-baik saja. Jadi sekarang di apartemennya hanya tersisa dua orang yang sejak tadi hanya diam memperhatikan dan mengunyah segala jenis kue-kuean di sofa ruang tamu. Televisi dibiarkan menyala tanpa suara.Yang bertahan di apartemennya hanya Sky dan Ricko yang menunggunya mengatakan sesuatu."Kami bertengkar kemarin."Sky dan Ricko reflek menoleh kaget. Lalu tanpa aba-aba
"Apa-apaan ini Lea!!"Ricko melipat kedua lengannya di dada memandangi Azalea yang masih meringkuk di dalam selimut enggan untuk keluar padahal satu jam lagi mereka harus pergi ke Bogor. Lea hanya melihat Ricko sekilas, menarik selimutnya sampai menutupi separuh wajahnya dan bergumam dengan suara serak, "Tinggalkan aku sendiri."Ricko berdecak, bergerak mendekati tirai kaca dan menariknya hingga sinar matahari masuk ke dalam kamar Lea. "Kita sudah punya agenda, ingat? Kita harus memenuhi janji makan siang dengan Ibu Alina.""Yeah, aku tahu. Bisa beri aku waktu satu jam lagi karena aku masih mengantuk." Lea semakin menarik selimutnya naik menghilang dari pandangan Ricko.Ricko menaikkan alisnya menatap penuh selidik Lea yang wajahnya tertutup. "Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Valen Ackerman? Kalian tidak bisa lagi berbicara baik-baik dan memilih berpisah lalu say goodbye?""SHUT UP!!!" teriak Lea seraya membuka sedikit selimut yang menutupi wajahnya memandang kesal Ricko yang malah
"Hai, Mam." Lea meletakkan ponselnya di telinga saat keluar dari mobil Ricko yang menurunkannya di lobbi aparteman dan berlalu meninggalkannya karena harus menjemput kekasihnya di bandara. Lea langsung berjalan ke arah lift meninggalkan pemandangan indah langit di luar yang sudah mulai menampakkan guratan orange yang cantik. Lea terlalu betah berada di rumah Bu Alina jadi mereka pulang hampir menjelang malam."Kamu besok ada di apartemen?""Besok?" Lea menekan tombol lift yang langsung terbuka dan masuk ke dalam. "Kemungkinan besar ada di butik. Kenapa?""Papa sama Mama mau pergi ke Korea. Sepupu Papamu sedang mengalami musibah. Jadi kami akan ke Jakarta besok dan berniat mampir lebih dulu ke apartemenmu sebentar.""Ah begitu. Tentu saja aku akan menunggu kalian.""Baguslah."Lea berdiri menunggu lift sampai di lantai apartemennya. "Lea?" Panggil Mamanya."Iya.""Bagaimana hubunganmu dengan Valen? Apa kalian sudah berpacaran?"Lea terdiam tidak menyangka kalau Mamanya akan menanyaka
Valen memegang dagu Lea memaksanya kembali menatapnya dan tersenyum tulus membuat Lea juga ikut tersenyum. Valen bergerak mendekat, menangkup wajah Lea dan menempelkan dahi mereka."Terima kasih. Itu berarti banyak bagiku," bisiknya penuh cinta.Lea terhipnotis. Entah kenapa berdekatan dengan Valen membuatnya ingin melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan dia lakukan. Lea mengangkat tangannya dan balik menangkup wajah Valen yang memejamkan mata. Ada sesuatu yang berbeda dia rasakan. Cowok ini sudah benar-benar mempengaruhinya bahkan setelah Lea mati-matian menolak dan menghindar. Ketika dia mencoba berlari menjauh, Valen lah yang akan dia temukan berdiri di depannya. Lebih dari seorang Keenan Smith yang tampan, dewasa dan memiliki segalanya.Valen menarik pinggang Lea mendekat dan mengurungnya dalam pelukan. Lea kaget ketika lagi-lagi Valen berkelakuan seperti ini. Dia tidak punya persiapan dan selalu hanya bisa diam merasakan kehadiran cowok itu dan aroma m
Lea memutar bola mata dan kembali melanjutkan mencucinya masih dengan posisi yang sama. Setelah selesai melakukannya, Lea kaget saat Valen tiba-tiba membalik badannya lalu mengangkatnya dengan mudah dan mendudukkannya di conter dapur.“What?” Lea merasa jantungnya mau amblas ditatap sedemikian intens.“Aku merindukanmu.” Valen tersenyum, mendekatkan wajahnya dan berbisik lembut. “Sangat merindukanmu.”Lea mengerjap, saat Valen mencium bibirnya, Lea sama sekali tidak melawan jadi yang dia lakukan menerima Valen sepenuhnya. Ciuman lembut yang semakin lama semakin intim. Lea melarikan jemarinya ke rambut Valen sementara laki-laki itu mengeksplore bibirnya membuatnya mendesah. Tubuh mereka saling menempal dan bibir saling melumat seakan tidak mau terpisahkan.“Hmmmpp—“ Lea mendesah pelan saat Valen semakin dalam menciumnya selama beberapa detik lalu menlepaskan ciumannya dan melarikan bibirnya ke leher jenjangnya membuat Lea mendongak dan mendesah.“Valen—““Hmm.”Valen menciumi leher Le
Lea terbangun dengan senyuman saat melihat wajah rupawan Valen Ackerman yang tidur di sampingnya. Diusapnya wajah Valen dan mengecup pipinya pelan. Lea perlahan melepaskan diri dan bangun dari tidurnya seraya merapikan rambut. Sempat terdiam sesaat memandangi Valen lalu entah dari mana datangnya pikiran itu, Lea berjalan ke arah wardrobe nya dan mengambil kamera Polaroid. Lea duduk lagi di samping Valen mengambil satu foto yang bagus.Dikibaskannya lembaran foto yang langsung jadi itu dan tersenyum. Dia akan menyimpannya untuk dirinya sendiri.Lea berdiri dan menyimpan kamera juga foto Valen, lalu keluar dari kamar berniat membuat sarapan pagi. Membiarkan saja Valen masih tertidur di sana. Lea bergerak cepat di dapur membuat yang paling mudah yaitu nasi goreng. Meskipun Lea jarang memasak tapi dia bisa memasak meskipun tidak seenak masakan buatan Sky.Lea sudah selesai menyiapkan meja makan dan melihat jam yang menunjukkan pukul delapan pagi. "Beres. Aku akan mandi lalu membangunkann
"Maaf menunggu lama." Valen berdiri di dekat meja makan beberapa menit kemudian setelah tadi menyapa orang tuanya dan pamit untuk mandi lebih dulu. Valen menundukkan sedikit kepalanya menatap bergantian orang tuanya dengan sopan. "Tidak apa-apa. Kami juga belum sarapan. Kalau begitu ayo duduk dan sarapan bersama.""Terima kasih Om." Valen menarik kursinya seraya menatap Lea yang sejak awal nampak cemas dan menyapanya. "Selamat pagi Azalea."Lea ternganga sesaat sebelum berdecak dan tersenyum. Valen benar-benar nampak santai bahkan masih bisa menggodanya dengan tatapan jahilnya padahal mereka sedang tidak berdua saat ini. Setelah dia duduk, Mamanya mengambil piring dan sarapan untuk Papanya. Selalu seperti itu sejak mereka menikah. Lea jadi terikut kebiasaan Mamanya yang juga bergerak mengambil piring untuk Valen."Bukannya seharusnya TheHasky sedang tour ya?" Papanya membuka percakapan dengan santai. Lea bersyukur memiliki Papa seperti beliau. "Steph di rumah selalu mengatakan tenta