“Ka-Kamu ....” Gerry tersentak, tak pernah mengira pujaan hatinya akan berani berbuat cabul seperti itu depan banyak orang.“A-Apa kamu ingin mempermalukan aku di sini?” tudingnya sambil menunjuk-nunjuk Gracia dengan tangan gemetar.Gracia segera melepas ciumannya dari Edward, melirik Gerry dengan tatapan dingin. “Pikir saja sendiri. Apa aku terlihat ingin mempermalukanmu?”Wajah Gery kian memerah, jelas-jelas Gracia sedang mempermalukannya. Jika tidak, untuk apa Gracia melakukannya hingga sejauh itu. Dia sudah pasti ingin menjatuhkan harga diri Tuan Muda dari keluarga Alexandria, ‘kan?Tidak terima diperlakukan seperti ini, Gerry langsung mengeluarkan amarahnya pada Gracia. Seketika lupa dengan tujuannya datang kemari, yakni untuk merayakan hari ulang tahun Gracia dan berharap bisa mendapatkan perasaan Gracia seutuhnya.Namun, situasinya sudah berubah saat ini. Gerry sudah tidak perlu menunjukan perhatiannya lagi untuk Gracia. Karena itu, dia tidak ragu mengeluarkan ejekan yang teram
Semua orang langsung terpana pada wanita gemuk itu, termasuk Edward, Gracia, dan Gerry yang tengah terjerat konflik. Ketegangan di udara terasa begitu nyata, namun seketika sirna akibat kemunculan wanita itu. Gerry, yang seakan menemukan oasis di tengah padang gurun, merasa bersemangat kembali. Dengan langkah cepat dan wajah memelas, ia menghampiri wanita itu. "Tolong aku, Tante. Bajingan itu hampir saja membunuhku!" keluh Gerry pada wanita yang tak lain adalah bibinya, Lili Alexandria. PLAK! Sayang, Gerry malah mendapat tamparan keras dari Lili. Sudah terjatuh, tertimpa tangga pula. "Aww! Sakit sekali, Tante!" jerit Gerry, mengusap pipinya yang perih. "Sakit? Baru segitu saja sudah sakit?!" Lili menatap tajam pada Gerry. "Dasar anak manja! Apa kamu tak sadar akan dampak perbuatanmu? Bagaimana bisa kamu menyabotase tempat yang sudah dipesan kekasihku? Kamu berani melawanku, HAH?!" Gerry terpana, kekasih mana yang Lili maksud? Bukan, maksudnya pria mana yang mau bersama wanita s
Kini pukul 23.00. Semua orang merasa sangat gembira setelah merayakan pesta ulang tahun Gracia di dalam restoran tersebut, terutama Gracia dan Edward yang menjadi pusat perhatian malam ini. Wanita itu sangat bahagia karena memiliki kekasih yang tampan, romantis, dan baik hati. Dia tidak henti-henti mengungkapkan rasa cintanya yang semakin dalam kepada Edward dan berjanji untuk selalu bersama dengannya tanpa ada perpisahan di antara mereka.Setelah itu, Gracia dan Edward pergi menuju ke salah satu kamar hotel mewah di Hotel Royal Hildegard. Kamar tersebut telah dipesan oleh Lili sebagai tanda terima kasih atas obat ajaib yang diberikan oleh Edward. Sementara, anggota keluarga Xander bergegas pulang ke rumah masing-masing, hanya Tomy yang masih tinggal karena dia punya sesuatu yang harus dibicarakan dengan Edward secara pribadi.Edward, yang sedari tadi duduk di sofa kamarnya, menoleh begitu mendengar pintu terbuka. "Ada apa, Tom?" tanyanya dengan nada bingung. Ia tahu Tomy bukan tip
Tiga hari kemudian. Di dalam rumah mewah milik keluarga Alexandria, telah terjadi sesuatu yang tak kalah mengejutkan di sana. Di salah satu kamar yang terletak di lantai atas, seorang wanita tampak terkejut ketika melihat dirinya sendiri di depan cermin. Dia adalah Lili Alexandria, putri bungsu keluarga Alexandria, yang selama ini dikenal dengan bentuk tubuhnya yang gemuk dan berwajah kurang baik. Namun, sekarang dia tampak sangat langsing dan cantik layaknya seorang model profesional.“Astaga! Ya Tuhan! Apa yang sudah terjadi padaku?!” Pekik Lili terpaku di depan cermin, tak percaya dengan apa yang telah dilihatnya. Dia mengangkat tangannya, memegang lengan yang kini tampak lebih kecil. Juga meraba perutnya, yang tampak lebih rata. Rasanya seperti dia sedang berada di dalam mimpi. “Papa! Aku harus memberitahu Papa!” Seru Lili, kemudian berlari keluar kamar, berjalan di koridor dengan cepat. Dia ingin menemui orang tuanya untuk menunjukkan perubahan yang telah terjadi padanya.
Dengan senyuman sinis, Edward berdiri di tengah taman tersebut. Di sekelilingnya, ada lebih dari sepuluh orang berbadan kekar, yang berdiri dengan tampang menyeramkan. Dipimpin oleh Gerry, semuanya memberikan tatapan penuh kebencian kepada Edward. Namun, Edward tidak gentar sama sekali. Ia tahu betul kekuatannya jauh melampaui mereka berkat adanya status sistem Harem, yang sudah lumayan tinggi saat ini.Tiba-tiba, Edward melompat tinggi ke udara dengan gerakan cepat dan tajam. Cahaya berkilauan dari tubuhnya, membutakan mereka semua terdiam sejenak. Dan ketika cahaya meredup, orang-orang Gerry roboh satu per satu akibat terkena tinju Edward yang teramat kuat. Mereka langsung terkapar di tanah tanpa memberikan perlawanan berarti.Edward kembali mendarat di tanah dengan ringan, ada debu berterbangan di sekelilingnya."Kau pikir kau bisa menang dariku?" ujarnya sambil tertawa. "Hahaha! Perlu kau tahu, aku ini bukan manusia biasa. Jadi, hentikan usaha bodohmu, Gerry."Gerry, terkejut da
"Edward, apa kau yakin dengan permintaanmu? Memiliki saham bank Alexandria bukan hal yang mudah soalnya. Tidka sembarang orang bisa memilikinya." Tuan Alexandria memastikan.Edward menatap Tuan Alexandria dengan wajah tenang. "Saya tahu, Tuan. Tapi itulah yang saya inginkan sekarang," ucapnya tegas.Lili, yang diam sedari tadi, akhirnya angkat bicara. "Tapi, kamu harus punya uang satu triliun untuk memiliki saham Bank Alexandria. Dan itu bukan jumlah yang kecil," ujarnya."Saya juga sudah tahu itu, Nona Lili. Tapi saya punya alasan sendiri." Edward masih bersikeras pada keingingannya.Tuan Alexandria menghela napas, mencoba meredakan kejutan di hatinya. "Bisakah aku tahu alasanmu? Kau seharusnya tidak asal meminta, ‘kan?" tanyanya, berharap tidak akan menyinggung perasaan pemuda itu.Edward menghembuskan napas, lalu menjawab pertanyaan Tuan Alexandria. "Saya sebenarnya ingin mendirikan sebuah perusahaan bersakala global. Makanya saya membutuhkan dana sangat banyak untuk mewujudkan it
“Apa yang terjadi?!” Tuan Alexandria dan Lili buru-buru masuk ke dalam ruangan begitu teriakan walikota terdengar.“Kenapa putraku sampai histeris begitu?!” Tanya Tuan Alexandria.Edward menoleh pada Tuan Alexandria dan Lili. “Cepat hubungi istri dan anaknya. Aku butuh bantuan mereka,” ujarnya.“Ini ….” Tuan Alexandria dan Lili malah mandek, saling tatap dalam keraguan.“Apa ada masalah?” tanya Edward, seharusnya memang begitu.Lili menghampiri Edward, menjelaskan dengan hati-hati, “Begini, Ed. Kakak ipar dan putrinya sudah tidak tinggal bersama kita sejak kakak menikahi Yuko. Mereka juga sudah memutuskan hubungan karena sakit hati. Kini mereka tinggal di sebuah desa yang teretak jauh di perbatasan kota Noxus. Jadi, agak sulit menghubungi mereka sekarang.”Edward sedikit mengerutkan kening, baru sadar jika tidak ada orang yang menemani walikota di sini. Padahal dia masih punya istri dan anak, tapi mereka tidak nampak batang hidungnya sedari tadi.Pria itu langsung memikirkan sesuatu d
“Ka-Kau ….” Gerry tersentak begitu melihat Edward di dalam rumah tersebut, luka pada wajahnya seketika terasa lagi.“Kenapa kau ada di sini, Edward? Sedang apa kau?!” tanya Gerry, perlahan mundur.Tidak peduli apa, pria itu sudah kalah telak dari Edward waktu bertarung di taman kampus. Kini dia datang lagi bersama orang-orang yang sama, artinya percuma saja jika harus bertarung melawan Edward di sini.“Sedang apa aku? Tentu sedang bertemu calon mertuaku. Lagi pula, aku sudah lama pacaran dengan Anna, tapi aku baru pertama kali menemui ibunya. Jadi, wajar jika aku ada di sini sekarang,” jelas Edward sambil melingkarkan lengannya di pinggang Anna, kebetulan gadis itu berdiri di sebelahnya.“Kamu ….” Anna langsung memberi tatapan tajam kepada Edward, tapi percuma saja karena Edward sudah teranjur berucap seperti itu kepda Gerry.“Apa, sayang? Jangan galak-galak gitu dong, nanti wajahmu jelek,” ujar Edward, menyentuh wajah Anna dengan lembut, sontak membuatnya memerah akibat malu.Gerry b