Edward merasakan tekanan luar biasa dalam menghadapi pertanyaan terakhir Dewi Lexia. Dia merenung sejenak, membiarkan pikirannya melayang ke masa depan yang mungkin terjadi jika dia memilih salah satu opsi.Di satu sisi, Edward menyadari bahwa melanjutkan Sistem Harem adalah tanggung jawabnya sebagai orang terpilih. Dia telah berjuang keras hingga mencapai titik ini, menghadapi berbagai rintangan dan bahaya. Jika dia memilih untuk melanjutkan perjuangan ini, dia bisa memastikan kalau peperangan itu akan berhasil dicegah, menyelamatkan banyak nyawa dan membawa kedamaian bagi dunia.Namun, di sisi lain, Edward tidak bisa mengabaikan kehadiran anak yang ada di dalam rahim Helena. Dia merasakan ikatan kuat dengan kehidupan yang sedang tumbuh di dalam rahim wanita cantik itu. Edward pun tahu, begitu ia memilih anak itu berarti dia harus berhenti menjadi pahlawan dan menghadapi kehidupan baru sebagai seorang ayah. Ini adalah pilihan yang sulit, karena Edward akan meninggalkan perjuangan
Sementara itu. Di tepi danau yang sepi dan berhawa dingin. “Ah, tolong hentikan, Edward. Rasanya ini terlalu geli ....” “Huh ... aku tak bisa menahannya lagi, bisa terbawa nafsu jika kamu terus begini ....” “Edwrard, apa yang akan kamu lakukan?! Hei ... cepat jauhkan ular besar itu dari sana! Punyaku masih perawan, bisa sobek jika kamu langsung memasukannya ....” Clara tampak berusaha menghentikan perbuatan Edward yang hendak memasukan benda pusaka ke lubang miliknya. Dia terkejut karena Edward tiba-tiba berubah seagresif ini. Sebelumnya, Clara dan Edward jatuh ke jurang yang sangat dalam. Beruntung mereka mendarat di permukaan air danau, sehingga tidak mendapatkan luka serius. Hanya saja, punggung Edward menghantam air lebih dulu, membuatnya tak sadarkan diri untuk waktu yang sangat lama. Clara langsung merasa bersalah gara-gara kejadian tersebut, sebab dia yang sudah membuat Edward celaka gara-gara dikejar kelompok mafia. Terlebih, Edward sudah melindunginya saat terjadi ben
“Huh ... ini terlalu luar biasa. Aku bisa keluar lagi jika punya kamu masih seperkasa ini,” gumam Clara, tampak masih sibuk menyetubuhi Edward dari posisi atas. Entah sudah berapa kali dia mendapatkan pelepasan cairan cinta selama persetubuhan tersebut berlangsung. Pastinya, dia benar-benar sudah kecanduan oleh benda pusaka Edward yang besar dan panjang itu. Terlebih, Clara tidak bisa menemukan kelemahan dari benda puasa nafsu itu. Tidak peduli seberapa cepat dia memainkannya, kepunyaan Edward bisa memberikan respon yang sangat baik. Kalau tidak, Clara tak akan mungkin akan segila ini. “Keluar ... aku keluar lagi ... ahhhh .....” Clara mendesah panjang, bersamaan dengan mengalirnya cairan hangat dari lubang nikmatnya. Langsung membasahi kepunyaan Edward yang masih menusuk di dalam sana. Clara berusaha menstabilkan tubuhnya, menarik nafas berkali-kali guna memulihkan stamina. Rasanya sangat melelahkan ketika dia terus mengeluarkan cairan cinta, sementara pihak lain belum mengeluark
“Sembunyilah di balik semak, biar aku yang akan melawan mereka,” ujar Edward, berlari ke arah helikopter kelompok mafia itu. Clara bangkit, berusaha menghentikan Edward. “Tidak, kamu tidak boleh pergi sendirian, Edward,” cegahnya. “Jangan membantah, turuti saja perintahku. Kamu akan celaka jika pergi bersamaku,” ujar Edward tanpa menoleh, bersikap tegas demi menjauhkan Clara dari marabaha.Lagi pula, Edward melakukan itu bukan tanpa alasan. Sejujurnya dia tak ingin Clara melihat cara bertarungnya yang tidak biasa itu. Dia sadar hal tersebut sangat memalukan, makanya dia tak mau Clara melihatnya. Perasaan Clara langsung berkecamuk usai mendengar perintah Edward, merasa bersalah karena sudah melibatkan orang lain dalam masalahnya sendiri. ‘Coba aku ikut Jhon kembali ke markas, mungkin Edward tak perlu repot-repot seperti ini,’ gumamnya penuh sesal. “Jangan berpikir seperti itu, Clara. Bukankah kamu ingin bertemu ibumu? Kamu harusnya lebih kuat agar kita bisa keluar dari situasi in
Jhon langsung ketar ketir usai mendengar ancaman Edward, takut pria tampan itu akan menghabisi kelompoknya jika mereka masih bersikeras mengejar Clara.Apalagi Edward berasal dari sekte pencari cinta, takutnya kekuatan sekter tersebut sangat kuat dan bisa menghancurkan kelompok mafia Shadow dengan mudah. Jhon sendiri punya kekasih yang masih tinggal di dalam kelompok mafia tersebut. Dia jelas takut sesuatu yang buruk akan menimpanya.Karena itu, Jhon memutuskan untuk berdamai dengan Edward. Setidaknya dia harus memastikan Edward tidak mengincar kelompoknya sampai kekasihnya berhasil dibawa pergi.“To-Tolong lepaskan aku. Aku janji akan menuruti setiap perintahmu mulai dari sekarang,” ucap Jhon, memohon belas kasih pada Edward.“Apa maksudmu?” tanya Edward, menatap bingung wajah Jhon. Dia khawatir pria itu sedang berpura-pura dan akan mengambil kesempatan ketika lengah.Jhon bingung menjelaskan keadaannya, sebab dia takut Edward tidak akan percaya. Lagi pula, dia berniat menghabisiny
Di tengah hiruk pikuk ibu kota, terdapat sebuah kafe yang menjadi oase bagi para penikmat kopi. Kafe ini bernama "Caffeine Haven", sebuah tempat yang menawarkan kedamaian di tengah kebisingan kota.Dinding-dindingnya yang berwarna coklat hangat, dipenuhi dengan lukisan-lukisan abstrak yang menambah keunikan tempat ini.Cahaya lampu gantung yang temaram memberikan suasana yang nyaman dan hangat.Aroma kopi yang kuat dan menggoda juga mampu menciptakan suasana yang menenangkan.Di salah satu sudut kafe, tampak dua wanita cantik sedang duduk saling berhadapan.Helena Roses, dengan rambut legamnya yang panjang dan mata birunya yang tajam, terlihat anggun dalam balutan blus putih dan rok hitam.Sementara lawan bicaranya, Aluna Everdeen, memiliki rambut pirang dan mata coklat yang dalam. Ia terlihat menawan dalam gaun merah muda pastel.Kedua wanita cantik itu sudah berteman sejak masih kuliah, tapi hubungan mereka perlahan retak setelah lulus kuliah. Alasannya, mereka berasal dari keluarg
“Nona Everdeen ya?” Edward menyebut nama targetnya, agak asing dengan marga tersebut.“Irene, tolong caritahu posisi Nona Everdeen. Biar aku bisa menyelesaikan misinya dengan cepat,” pinta Edward pada Irene.“Baik, Master.” Irene pun melacak keberadaan wanita tersebut. Tak butuh lama, informasinya segera muncul di layar posel Edward. “Little Garden?” Edward mengerutkan kening saat membacanya. Melihat lokasi wanita itu, ternyata sangat dengannya.“Hahaha! Aku sangat beruntung!” Serunya, kemudian melangkahkan kaki menuju Little Garden.Meskipun langkah Edward cepat, matanya tak luput dari tempat-tempat yang berdiri kokoh di sepanjang jalan.Hingga langkahnya tiba-tiba terhenti di depan sebuah kafe bernama Caffeine Haven. Dia melihat ada kerumunan orang di sana.“Apa yang terjadi?” Edward bertanya pada diri sendiri, cukup penasaran dengan keributan di depan kafe itu. Apalagi, nampak sebuah ambulance di sana, yang membuatnya semakin penasaran.Hanya saja Edward tidak tinggal di sana terl
“Bagaimana, Nona Cantik. Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Edward, menantikan jawaban Aluna sebelum mengambil sikap.Meskipun, dia sebenarnya bisa langsung menghabisi sekelompok pria jahat itu, tapi dia tidak mau melakukannya. Lebih baik melihat respon Aluna dulu agar sesuai dengan tujuan misi utama Sistem Harem.Aluna menatap Edward, merasa ragu jika harus meminta bantuan pria tampan ini. Dia khawatir si gondrong dan anak buahnya akan mencelakai Edward.“Percayalah, mereka hanya semut bagiku,” ujar Edward lagi, tampak sangat percaya diri.Melihat ini, keraguan Aluna langsung sirna. “Ba-Baiklah, tapi kamu jangan terlalu memaksa. Kamu harus segera mundur jika situasinya tidak menguntungkan,” ucapnya terbata-bata.“Apa menurutmu aku akan kalah?” tanya Edward, matanya menatap tajam mata Aluna. Dia pun bisa melihat banyak kesedihan yang terpancar dari wanita cantik berambut pirang itu.Aluna menggeleng, entah kenapa dia mempercayai Edward begitu saja. “Aku yakin kamu akan menang,” ujarnya.